Ch.10 | Spirits to Making Friends

38 19 0
                                    

Suara sepatu berkelotak begitu pintu ruang guru terbuka

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Suara sepatu berkelotak begitu pintu ruang guru terbuka. Pemiliknya melangkah di sepanjang koridor, satu langkahnya sama persis dengan ukuran keramik 10x10cm yang menutupi sepenjuru lantai itu. Sebelah tangan penuh akan buku serta berkas-berkas ujian dua hari lalu. Ia seorang guru kanji. Ulangan harian menjadi kewajiban tiap ada mata pelajaran itu. Baginya, cara terbaik untuk memahami sesuatu adalah dengan selalu menguji sesuatu itu.

          Manik matanya melirik kertas yang berada di tumpukan paling atas. Di antara yang lain, angka pada kertas ini terbilang cukup buruk. Tetapi wanita ini tersenyum. Biar bagaimana pun, setidaknya, ada kenaikan untuk 'angka yang buruk' ini.

          Lirikannya beralih begitu ekor matanya menangkap sesosok anak laki-laki berbadan kurus tetapi cukup tinggi jika dibandingkan dengan anak seusianya. Anak itu balas menatap begitu mereka berpapasan. Tanpa ragu menarik ujung bibir untuk tersenyum. Membungkuk, lalu menyapa, "Konnichiwa⁷, Sensei."

          Sang guru wanita terpaku sesaat. Bertanya-tanya, apakah itu Shiroichi yang ia kenal? Ia baru membuka suara ketika anak itu sudah melewatinya, "Shiro-kun, tunggu."

          Yang dipanggil menghentikan langkah, berbalik menghadap gurunya kembali. Senyum masih mengembang di wajahnya. "Ya, Sensei?"

          "Sepertinya kau sudah baikan, ya? Sudah tidak demam lagi?"

          "Aku sudah segar bugar." Kali ini Shiroichi memamerkan jejeran giginya yang tidak begitu rata.

          "Syukurlah." Sang guru menghela napas. "Apa pulang sekolah nanti, kau ada waktu?" Ia bertanya begini karena teringat tiga hari lalu pernah meminta Shiroichi untuk menemuinya di ruang guru usai pulang sekolah. Tetapi anak itu malah tidak datang.

          "Hmm ... sebenarnya, aku ada janji sama teman. Tapi, apa ini penting, Sensei?"

          Sang guru mengerjapkan mata. Tidak biasanya anak ini mengucapkan kata 'teman'. Apalagi membuat janji dengan orang yang disebut sebagai 'teman' itu. Satu hari tidak bertemu, Shiroichi sudah menampakkkan beberapa perbedaan positif. Dan itu membuat batinnya menghangat.

          "Tidak, tidak apa-apa. Saya ingin bertanya saja." Tidak ingin merusak momen langka di kehidupan Shiroichi, ia pun mengurungkan niat untuk berbicara dengan anak itu sepulang sekolah, karena tampaknya Shiroichi pun sudah tidak terpuruk lagi.

          "Baik, Sensei. Kalau begitu, aku izin ke toilet dulu, ya." Setelah membungkuk lagi, Shiroichi menggiring kakinya menuju sudut sekolah, tempat di mana toilet berada. Langkah ini diikuti oleh tatapan sang guru yang tak lepas sampai akhirnya Shiroichi menghilang di balik dinding.

          Sang guru amat senang. Akhirnya ia bisa melihat pelangi muncul di wajah anak itu, setelah sekian lama hanya ada hujan yang menemani.

          Pelajaran keempat berakhir. Speaker meraung-raung ke sepenjuru sekolah dasar Furukawa, menandakan waktu makan siang akan segera dimulai. Shiroichi merapikan buku-bukunya ke dalam tas. Hari ini giliran ia yang menjadi petugas kyushoku touban di kelas. Sambil menunggu kelima teman lainnya, Shiroichi menoleh ke kebelakang, memperhatikan sekeliling sembari tersenyum.

You are My Dogwood [Extended Ver.]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum