Qarira Nur El-Bakri

3.4K 362 54
                                    

"Jika takdir Allah sudah bicara, tak seorangpun bisa menentangnya"

❤❤❤

Qarira's POV

Hi, namaku Qarira Nur El-Bakri. Orang-orang biasa memanggilku Qarira. Qarira mempunyai makna wanita yang lapang dada. Sekarang ini aku berumur 25 tahun. Dengan wajahku yang oriental timur tengah, mata coklat terang dan hidung mancung, banyak yang bilang aku ini cantik. Padahal kalau aku pikir setiap wanita terlahir cantik. Mereka paling menyukai lesung pipit yang ada di sebelah kanan pipiku ketika aku tersenyum dan bulu mataku yang lentik hitam dan lebat. Aku memakai hijab dan pakaianku selalu tertutup, karena aku seorang Muslim yang taat tapi bukan garis keras. Tak pernah sekali pun aku mengenakan pakaian yang ketat, tanpa lengan dan pakaian yang bagian atasnya terlalu turun ke bawah bahkan celana pun aku hampir tak pernah memakainya. Aku senang mendengarkan lagu-lagu pop yang lirik-liriknya romantis, meski aku sendiri bukanlah masuk dalam kategori orang yang romantis.

Kedua orang tuaku sangat menyanyangiku, bahkan mungkin bisa dikatakan memanjakanku karena aku anak tunggal. Namun aku bukanlah anak yang suka dimanja atau suka bermanja-manja.  Setelah lulus sekolah, aku bekerja sebagai seorang guru di taman kanak-kanak. Aku sangat menyukai anak kecil. Mungkin karena aku tak mempunyai saudara kandung. Mamaku seorang ibu rumah tangga biasa dan Papaku mempunyai sebuah kedai makanan. Terkadang aku dan Mama juga membantu Papa di kedainya. Kami keluarga yang sederhana. Kami bukan keluarga kaya tapi berkecukupan. Kami tinggal di sebuah sudut di kota Aleppo, Suriah. Rumah kami tak besar tapi cukup untuk kami bertiga.

Ketika aku berumur 20 tahun, aku memutuskan untuk menikah. Mama dan Papaku sangat kaget, saat aku mengutarakan keinginanku. Karena mereka tahu aku adalah anak yang rajin ke sekolah. Memang terlalu dini, tapi itu adalah salah satu keputusan besar dalam hidupku. Aku tak mau selalu merepotkan Papa dan Mamaku. Ketika ada seorang laki-laki yang melamarku, aku langsung mengiyakan. Bukannya apa-apa, suamiku menurutku orang yang sangat spesial dalam hidupku. Laki-laki hebat yang belum aku pernah temui sebelumnya selain Papaku.

Yusuf ... Yusuf El-Bakri. Itulah namanya. Laki-laki berumur 29 tahun. Seorang dokter muda yang tampan, idaman kaum hawa. Tinggi tegap, berambut hitam dan bercambang tipis. Matanya ... oh Tuhan, wanita mana yang sanggup menatapnya lama-lama. Tatapannya tajam seperti elang ketika menangkap mangsanya. Laki-laki yang rendah hati, baik, pintar ... dan romantis. Mungkin takdirlah yang mempertemukan kita berdua.

Udara terasa masih sejuk, matahari masih malu-malu menampakkan diri, namun hari sudah nampak mulai terang. Seperti biasa setelah sholat Shubuh, aku menyempatkan diri untuk sedikit berolahraga. Jongging dan senam pagi adalah kegiatan rutin yang aku lakukan. Selain mudah, juga gampang dilakukan.

Alun-alun kota Aleppo masih terlihat sepi. Hanya ada beberapa orang yang terlihat berolahraga. Aku melakukan senam pemanasan dan dilanjutkan dengan berlari-lari kecil. Tak lupa aku selalu membawa mini walkman dan menyalakan musik kesayanganku.

"When i think back on these times, and the dreams we left behind, I'll be glad 'cause I was blessed to get to have you in my life..."

Lantunan merdu suara Faith Hill terdengar dari earphone yang kuselipkan di telinga. Aku masih berlari-lari kecil tatkala tiba-tiba tubuhku terhuyung.

"Aaahh ..."

Entah kenapa, aku jatuh terjerembab. Kakiku seperti mengejang. Aku mengerang kesakitan. Kucoba mengurut kakiku pelan tapi rasa sakit itu menjadi-jadi. Aku memejamkan mata. Betapa kagetnya aku ketika seseorang menyentuh kakiku.

"Maaf, aku harus bantu kamu," suara sopan itu mengawali.

"Aku nggak apa-apa. Aargh."

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang