🕊 LU # 1 🕊

16 6 9
                                    

Lintang berjalan dengan angkuh menuju ruang kepala sekolah. Setelah sebelumnya ngotot ingin pindah sekolah, akhirnya papi Ramli yang begitu sayang dengan putri satu-satunya itu pun menyetujui keinginan Lintang pindah ke SMA Merah Putih.

Beberapa murid melirik ke arah gadis cantik tersebut. Bahkan tak jarang murid laki-laki bersiul menggoda yang hanya dibiarkan begitu saja oleh Lintang. Tidak penting.

"Eh lo, ruang kepala sekolah dimana?" tanya Lintang tanpa sungkan kepada cewek yang tengah berdiri di depan ruang kelas.

"Itu, kamu belok kanan, terus ke kiri, terus ke kanan, lurus dikit, dan belok kiri. Nanti ada tulisannya disana."

"Ckk... Ribet amat sih. Buruan anterin gue," dengan gaya songongnya Lintang menarik tangan cewek itu agar mau mengantarnya ke ruang kepala sekolah.

bisa dipastikan bahwa gadis yang saat ini ditarik oleh Lintang adalah tipe cewek cupu dan pendiam. Hal itu diperkuat dengan diamnya sikapnya sekalipun ia ditarik paksa oleh Lintang.

"Itu ruangan bu Sekar, kepala sekolah disini." katanya lalu pamit pergi meninggalkan Lintang.

Tok tok tok

"Permisi..."

Seorang wanita paruh baya dengan kacamata tebal yang melingkari mata mengalihkan pandangannya ke arah Lintang yang berdiri di depan pintu.

"Masuk," katanya dengan pandangan yang tajam bak mata elang.

"Erghh... saya Lintang, murid baru, Bu." 

"Oh, ayo ikut saya!"

Lintang pun mengekor di belakang bu Sekar, lalu keduanya berhenti di kelas XII IPA 2, yang sepertinya akan menjadi kelas baru bagi seorang Lintang. Bu Sekar terlihat berbisik kepada seorang guru yang tengah mengajar.

"Lintang, ini bu Rosa. Guru Sejarah sekaligus wali kelas XII IPA 2."

Setelahnya, bu Sekar meninggalkan ruangan ini setelah menyerahkan Lintang kepada bu Rosa.

"Baik Lintang, kamu duduk di sebelah Nanda."

Tidak ada sesi perkenalan di depan kelas yang berakhir dengan siulan menggoda dari murid-murid laki-laki setelahnya. Tidak. Bu Rosa tidak sebaik itu dengan membuang waktu mengajarnya sia-sia.

Setelah berkenalan singkat dengan teman sebangkunya, Nanda, Lintang mulai memperhatikan materi yang disampaikan oleh bu Rosa. Belum genap setengah jam, gadis itu mulai bosan. Matanya melirik ke arah teman-teman sekelasnya yang nampak begitu serius, walaupun Lintang yakin seratus persen bahwa mereka tak benar-benar mendengar apa yang disampaikan bu Rosa. Lihatlah beberapa anak cowok yang duduk di belakang? Matanya memang memandang ke arah depan, namun di balik meja ada tangan yang dengan lihai entah memainkan apa di ponselnya. Ck.

"Gue mau ke kantin, lo ikut?" Akhirnya jam istirahat yang begitu dinantikan oleh Lintang datang juga.

"Oke."

Mendengar kata kantin membuat cacing di perutnya mulai berteriak meminta jatah. Maklum saja, tadi pagi ia tidak sarapan karena terlalu bersemangat memulai hari di sekolah barunya.

"Astaga, my baby Atta."

"Siapa?" Lintang memicingkan matanya melirik Nanda yang keranjingan kayak tante girang di pinggir lampu merah.

"Syutttt... sini deh!" Dengan langkah yang agak terseok Lintang mengikuti Nanda mendekat ke arah lapangan basket. "Itu, yang saat ini lagi ngedruble bola, namanya Attalarik, atau Atta. Dia ketua basket di sekolah kita. Cakep kan?"

Lintang tak memperhatikan cowok yang ditunjuk oleh Nanda. Matanya terfokus pada cowok yang terlihat serius membaca bukunya di pinggir lapangan basket bersama beberapa cowok lainnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 22, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

🕊LINTANG UTARA🕊Where stories live. Discover now