17. Kerusuhan Razel di sekolah

Mulai dari awal
                                    

Riri mengeram kesal lalu ikut masuk kedalam kelasnya. Dia menempati kursi sebelah Tiara, yang berada di belakang Vina. “Butos, ada PR gak?” tanya Riri. 

Butos adalah istilah untuk Ibu Ketua OSIS. Vina memang salah satu anggota OSIS di sekolahnya. Termasuk murid pintar di kelasnya. 

“Riri, pulpen siapa lo colong lagi?” ujar Vina kesal. Di saat Riri membuka kotak pensilnya. Pasalnya dulu kotak pensil itu hanya ada beberapa pulpen, dan sekarang bisa sangat banyak. “Tunggu, inikan pulpen gue!!” ujar Vina menemukan beberapa  pulpen nya di dalam kotak pensil itu. 

“Ini juga pulpen gue!” Kania meraih pulpen nya yang berada di kotak pensil itu. “Sialan, Riri!! Ternyata selama ini Tuyul pulpen nya itu, lo?!” ujar Kania kesal. 

“Kebawa,” kata Riri ngeles. 

“Kebawa-kebawa! Udah jelas-jelas lo yang nyolong, pakai ngeles segala!!” sahut Tiara kesal. “Pulpen lari gue itu mahal!!” 

“Halah, cuma dua ribu doang!” kata Riri. “Pada pelit banget sih lo sama temen.” 

“Bukan nya pelit, Markonah!! Tapi lo kalau ngambil gak tau diri. Semua pulpen langsung diambil,” kata Kania kesal. “Udah tau cuma dua ribu doang, bukannya beli malah nyolong!!” 

*** 

Emosi yang tadi sedikit meredam, kini muncul kembali. Disaat pandangan mata Raisa melihat Angkasa tengah duduk berdampingan bersama Clara. Walaupun saat itu, Angkasa sibuk dengan ponselnya, tapi tetaap saja, Clara masih memeluk lengan Angkasa. 

“Sabar,” Vina menggenggam tangan Raisa dan membawanya memasuki kantin. Suasananya begitu ramai. 

“Terangkanlah... Terangkanlah, hati yang berkabut penuh dengan PHO.” Ujar Aan bernyanyi dengan nada yang sudah dipastikan tidak jelas. 

Karena mendengar suara nyanyi Aan, Angkasa mendongak menatap Raisa, yang ternyata kini sudah berada di hadapan nya dengan tatapan marah. Di sisi Aan, dia meneguk saliva nya, saat melihat lirikan tajam dari Raisa. 

“Kaga Bu Bos, kaga Pak Bos, kalau udah marah, berasa mau makan mangsa!” katanya merinding. Aan mengusap kedua bahu nya saat melihat lirikan tajam itu. 

Robi hanya menyeringai melihat mereka, dia masih berada di pojokan, dengan seputung rokok yang dia hisap, “Makanya, An. Jadi orang jangan dua-duanya di embat, satu-satu dulu. Kek orang kelaperan!” sindir Robi dari jauh. 

“Kok gue?” sahut Aan menunjuk dirinya. 

“Emang kamu, By.” Kata Riri menimpali Aan. 

Semenjak mereka dekat dengan anak Razel, hingga saling kenal lebih dalam. Mereka menjalin cinta bersama, seperti Riri dengan Aan, Kania dengan Robi, dan Erick yang masih berusaha untuk mengejar cinta Vina, yang sulit untuk didapatkan. 

“By, By, Babi kali!” sahut Erick. 

“BERISIK JOMBLO!!” sahut Erick dan Riri bersamaan. “Gak punya cewek diem, gak ada yang merhatiin aja belagu!” sahut Aan kesal. 

Angkasa melirik Robi tajam, dia tau bahwa Robi menyindirnya, bukan menyindir Aan. Angkasa menatap kesal Robi yang masih menyeringai dengan rokok itu. 

Dia berusaha melepaskan tangan Clara, yang memeluk lengan nya. Sebenarnya Angkasa memang risih, hanya saja dia tahan jika bukan karena permintaan Clara. Tetapi sekarang rasanya ingin dia lepas, karena melihat mata Raisa yang memerah. 

“Ca.” Angkasa menatap mata Raisa. Hingga saat Raisa menoleh, dia buru-buru mengalihkan nya dari Angkasa. “Lepas, Clar.” Kata Angkasa dingin. 

“Kenapa sih mau dilepas?” tanya Clara. “Kamu lupa kalau minggu depan kita mau tunangan?” tanyanya kembali. 

“Mimpi kali Neng?” sahut Tiara kesal. “Kalau emang demen, kaga usah gitu-gitu amat kali!!” ujar Tiara. 

“Gue gak mimpi, tapi ini beneran,” balas Clara menunjukan cincin yang dia pakai. “Ini Angkasa yang pilih sendiri, cincin nya. Angkasa suka sama cincin ini, jadi dia pilihin ini untuk gue.” 

“Clar,” Angkasa menatap Clara dingin. Dia masih mencoba untuk meredam emosinya, tidak ingin ribut dengan Clara yang akan membuat masalahnya semakin panjang. 

“Kenapa sih, Angkasa? Biarin mereka lihat cincin pertunangan kita. Ini kan pilihan kamu sendiri, Daddy udah siapin semua acaranya. Dan kita juga akan ngundang temen-temen kamu.”

Raisa mengeram kesal, dia menatap tajam Angkasa dan langsung bangkit meninggalkan mereka. Dengan sigap Angkasa langsung menepis tangan Clara dan bangkit mengejar Raisa terlebih dahulu. 

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang