4

15.1K 1.6K 126
                                    

"Kau datang kembali saat luka ini belum sepenuhnya mengering."

***

"Kerja bagus semuanya."

Michelle tidak menyangka kali ini semuanya berjalan sesuai rencananya. Mereka tetap bisa melakukan praktikum walaupun banyak hal menjengkelkan yang terjadi sebelumnya. Namun semua itu terobati karena realitanya tetap berjalan sesuai ekspektasi.

"Chelle ngomong-ngomong tadi tuh siapa? Ganteng banget," tanya Sarah dengan suaranya yang cukup pelan namun tetap bisa terdengar oleh Michelle karena dia berada tepat disisinya.

Michelle sudah tahu sarah akan menanyakannya terkait hal ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dia terobsesi oleh pria tampan. 

Jujur, dia tidak ingin membahas sosok itu bersama orang baru. Cukup teman SMAnya saja yang tahu apa yang terjadi dengannya dan Rifqi. Bagi Michelle membahas masa lalu hanya akan menyakiti dirinya sendiri.

"Pasti ada sesuatu yang diantara kalian berdua?" Tebak Sarah saat melihat ekspresi Michelle yang berubah drastis saat dia mempertanyakan Rifqi.

"Sar, gue buru-buru. Nanti lagi yah bahasnya," Michelle memang sangat mahir dalam mencari alasan untuk menghindar dari suatu hal.

Setelah memastikan keadaan laboratorium rapi seperti semula, Michelle bergegas pergi dari ruangan tersebut. Tidak seperti biasanya, kali ini dia hanya berpamitan singkat dengan teman-temannya.

Sepanjang perjalanan menuju lobby kampus, Michelle berusaha untuk mengontak Rifa. Sayangnya, sudah berkali-kali dia meneleponnya, panggilan itu tidak dijawab olehnya.

Sampai akhirnya panggilan dari Michelle pun diangkat olehnya. "Rifa, lo dimana?" Tanya Michelle to the point ketika panggilannya sudah terhubung.

"Di café langganan gue, ada apa Chelle?" Rifa bertanya balik, karena selama ini Michelle tidak pernah meneleponnya di jam kuliahnya.

Michelle berhenti melangkah. Dia pikir Rifa masih ada di kampus. Ini salah Michelle yang tidak memberitahunya lebih awal. Michelle menyesal, dahulu dia tidak mau belajar mengendarai mobil ataupun motor karena takut menyelakai dirinya sendiri ataupun orang yang sedang menumpanginya. Michelle juga selama ini selalu diantar jemput oleh Adi atau Rifa. Kini dia sadar hidup itu tidak boleh bergantung pada siapapun karena ada saatnya dia sendiri.

Michelle menjawab, "Ohh, ngga kalo masih di kampus gue mau numpang." 

"Maaf banget Chelle, gue kira lo bakal bareng Adi lagi kaya biasa," Rifa merasa tidak enak hati.

"Salah gue kok, gue lupa ngabarin lo," Michelle tidak mau Rifa merasa bersalah karena jelas-jelas ini salahnya sendiri.

"Terus lo gimana dong pulangnya, mau gue susulin ke sana?" Tawar Rifa.

"Gak papa, gue naik bis atau ojek aja kayaknya," Michelle menolak karena itu sangat merepotkan untuk Rifa.

"Ohh yaudah hati-hati yah," ucap Rifa sebelum panggilannya diakhiri.

"Iya, makasih."

Setelah Michelle menutup panggilan tersebut, dia kembali berjalan santai menuju halte yang ada di depan kampusnya. Baru kali ini Michelle melihat bangunan kampusnya secara mendetail karena selama ini saking sibuknya Michelle tidak ada waktu untuk memperhatikan sekitarnya.

Berkuliah di fakultas kedokteran sangat menyenangkan bagi Michelle. Walaupun sulit karena tekanannya yang cukup berat, teman-temannya selalu mendukung satu sama lain. Menguatkan satu sama lain untuk berjuang dalam pilihannya. Beberapa teman-teman sejurusannya telah memutuskan untuk pergi, mengakhirinya karena tidak kuat dengan pressure yang ada di fakultas kedokteran. Sesekali Michelle juga sempat berpikir untuk mengakhiri segalanya, namun pikiran itu tak pernah terealisasikan karena Sarah, Gerry, dan teman-teman lainnya selalu ada menguatkannya.

CERITA LAMA BELUM KELAR - CLBK (IPA & IPS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang