tiga

47 3 1
                                    

Author pov

Kini Scarlet hanya tinggal sendiri. Mau tidak mau, dia harus berjuang sendiri untuk hidup. Tidak ada sanak saudara, karena almarhum papanya adalah anak tunggal.
Sekarang ia tinggal sendiri dalam bangunan berlantai dua itu bersama dengan bi Ami, asisten rumah tanggas kepercayaan keluarganya sejak dlu.

Scarlet mulai berusaha.
Ia sadar, diumurnya yang masih muda saat ini, ada banyak sekali hal yang masih perlu ia sesuaikan.

Ya, mungkin keluarganya punya banyak harta. Namun, mau tidak mau, ia harus tetap bekerja untuk pengalaman yang lebih banyak dalam bertahan hidup.

Untungnya, sebelumnya ia sudah terbiasa dengan pengalaman kerjanya di sebuah restoran, cukup membantunya dalam menangani hal ini.

Scarlet pov

Hari ini, gw harus masuk sekolah. Semester ini adalah semester terakhir gw di SMA. Ntar lagi gw bakal hadapin banyak tes masuk universitas.  Gw harus bisa buat banggain nyokap sama bokap gw.

Author pov

Niat dan keinginannya untuk bersekolah masuk ke universitas sangatlah besar.  Sampai sampai, anak itu tidak pernah peduli dengan yang namanya pacaran dan semacamnya. Bila pun ia menyukai seseorang, ia akan hanya memendamnya dan memperhatikannya dari jauh.

Waktu pun berlalu, masa ujian dilalui Scarlet dengan belajar sungguh sungguh dan dengan hasil yang cukup memuaskan.

Di hari perpisahan, ia ditunjuk sebagai penyampai sepatah kata untuk kesan pesan mereka selama masa SMA mewakili 630 murid disana.

Di akhir pembicaraannya, ia disambut dengan sorak dan tepuk tangan yang meriah.

Memang, ia adalah anak yang pintar dan cantik. Ia juga memiliki senyum manis, yah walaupun ia tidak terlalu tinggi, namun ia hampir membuat setiap lelaki populer di sekolahnya pernah menyatakan perasaan mereka padanya. Namun sayang, Scarlet bukanlah seorang anak yang suka membuka hati dengan sembarang orang. Ia tidak akan membiarkan ia dibodohi dengan pikiran "cinta monyet" anak SMA.

Tak heran, banyak sekali anak perempuan yang iri dan bersikap sinis padanya, tak terkecuali adek adek kelasnya dan teman teman sederajatnya.

Namun Scarlet tidak pernah memperdulikannya. Untungnya ia adalah anak yang cuek, jadi ia tidak perlu memikirkan hal hal yang dirasanya tidak penting sekali.

Di penghujung acara, ada acara foto bersama dengan teman dan keluarga besar sekolahnya. Mau tidak mau, Scarlet yang paling malas berfoto, harus ikut arahan dari gurunya.

Setelah acara selesai, Scarlet berjalan menuju meja tempat duduknya, ingin mengambil tasnya lalu pulang bersama Nina.

Scarlet pov

"Scar, kita pulang bareng ya, gw nebeng sama lo, soalnya gw pengen traktir kita makan di sebuah  restoran, hehe itung itung perayaan kelulusann", pinta Nina dengan bersemangat.

"Oh, okeoke, tapi gw ke toilet dulu, tunggu gw di mobil deh, ni kunci gw", sembari melempar kunci ke Nina.

"Oke, gw tungguin"

"Siiipp!", jawab gw singkat sambil berlari kecil menuju kamar mandi.

Gw masih mencari kamar mandi yang ada di gedung ini, dan akhirnya.
"Yes! I got you babe!", gw langsung masuk dan mengeluarkan apa yamg perlu du keluarkan.

Selesai dari toilet, gw langsung keluar sambil membereskan pakaian gw agar tetap terlihat rapi. Andd... bruukk!

"Haduh!, siapa sih ini yang jalan ga liat liat.", rintih gw sambil mengusap kepala gw yang masih sakit.

"Sorry, sorry lo masih sakit?", tanyanya cemas.

Gw mendongak keatas, lelaki itu cukup tinggi.

"Steven?"

"Hehe, iya"

"Lo ngapain kesini? Mau ke toilet juga?", tanya gw serius.

"Eh, engga, gw tuh kesini karna..."

"Nyari temen lo?", potong gw.

"Engga, bukan itu, tadi gw lihat lo kesini. Yaudah deh gw ikutin", jawabnya sedikit ragu dengan senyum cengir.

"Oh, ngapain nyari gw? Bukannya kegiatan osis udah kelar ya?", tanya gw penasaran.

Steven pov

"Haduh, gimana ya gw bilangnya"

"Kenapa Stev? Kok bengong?, kalo ga mau bicara gw pergi ni, soalnya Nina udah nungguin gw di mobil."

"Gini, gw mau bilang sesuatu."

"Apaan?"

"Emm, gini..."

"Gini apa?", tanya Scarlet  penasaran

"Emmhhgg, gini, jadi sebenernya..."

"Sebenernya apa?...

"Gw tuh..."

"Ah, udah ah, lo bicaranya lama banget, ga kaya ketos yang keren dan gagah seperti biasanya, gw duluan kalo gitu", jawab Scarlet langsung berjalan pergi.

"Scar!", gw langsung mencengkal tangannya.

Scarlet pov

"Heeh, lo kenapa sih Steven?", tanya gw balik.
"Waduh, kenapa lagi ni anak satu", bisik gw dalam hati
Agak deg deg ser sih.

Steven pov

"Gw suka sama lo", jawab gw singkat. Gw berbalik melihat Scarlet. Gw lihat matanya secara dalam.

"What?!apaan sih lo, pake becanda segala di saat saat seperti ini, gak lucu!" Jawab Scarlet sambil membuang muka.

Author pov

Akhirnya, Scarlet pergi menuju mobilnya dan pulang bersama Nina.

"Lo kok lama banget sih?"

"Nggak kok, gw tadi lama nyari toiletnya aja", jawab Scarlet bohong, lalu kembali fokus menyetir mobilnya.

"Oiya Ni, kita mau kemana nih sekarang?"

"Kita ke restoran dekat pantai di depan, gw kan udah janji mau traktir makan", jawabnya bersemangat.

"Yaudah ayok", jawab Scarlet santai menuju restoran yang mereka tuju.



Hai readerss, how are you?😄
Gimana nih, masih sehat kan?
Jangan lupa buat baca kelanjutannya yaa....

Hmm🤔🤔 kira kira, steven diterima enggak ya sama scarlet?

Tinggalkan komen ya temen-temen
😘

Author biar lebih semangt buat ceritanyaa😀😊😊😊


Scarlet in Deep SilhouetteWhere stories live. Discover now