14. Pacaran atau Pelampiasan

Start from the beginning
                                    

“Aku tau kamu marah,” ucap Angkasa.    

“Aku itu siapa kamu sih Angkasa? Aku gak berhak larang ataupun maksa kamu untuk deket sama orang lain. Kalau emang kamu mau pacaran, itu terserah kamu,” kata Raisa dingin. Dari sorot mata Raisa yang memicing tajam, Angkasa sudah tau bahwa Raisa cemburu, hanya saja terhalang oleh gengsi nya yang besar. 

“Ya terus aku harus gimana?” tanya Angkasa. 

“Dasar es batu!! Gak peka!! Gila!! Orang mah tembak kek, minta pacaran kek, buat apa kesini, kalau cuma beli es cendol!!” batin nya kesal. 

Angkasa semakin bingung saat Raisa terlihat menggerutu. Gadis itu marah, tetapi sikapnya sangat lucu, ingin sekali Angkasa mencubit pipi yang terlihat menggembung. 

“Ya mau gimana, Ca? Ngomong aja, jangan buat aku makin bingung sama sikap kamu,” kata Angkasa memainkan jari telunjuk nya di rambut Raisa. “Kalau di tanya, ya di jawab, Ca. Bukan diam aja.” 

“Aku gak bisa romantis, Ca.” Kata Angkasa lagi. 

“Makanya jadi orang itu peka Angkasa!” sahut Raisa kesal, “P E K A!!” kata Raisa dengan mengeja.

Bukan nya menyadari kesalahan, Angkasa justru tertawa geli. “Kalau kamu gak tau peka, searching aja, apa itu peka.”

Angkasa membuka aplikasi Google di ponselnya. “Peka adalah, suatu perasaan dimana orang yang di cintai, mengerti dan paham bagaimana perasaan orang tersebut,” kata Angkasa. “Terus apa hubungan nya sama aku dan kamu?”

“IH!!!!” Raisa memukul berulang kali bahu tersebut kesal. Angkasa memang benar-benar tidak peka, laki-laki itu hanya membuatnya kesal aja. “Dasar Angkasa bego!!” sarkasnya.

“Aku cinta kamu!” Angkasa langsung menyambar ucapan Raisa yang memaki nya. “Aku emang gak peka, tapi aku cinta sama kamu. Kamu mau kita pacaran kan? Sedangkan aku gak mau kita pacaran. Kalau kita pacaran, kita pasti akan putus, dan aku gak mau kita putus. Kamu hanya milik aku, punya aku, punya Angkasa, dan sampai kapanpun gak akan ada yang bisa gantiin posisi kamu. Itu pengakuan, dan pernyataan aku!”

Untuk kesekian kalinya Raisa tertegun, mendengar kalimat panjang itu. “Udahkan?” tanya Angkasa menyeringai, “Mang, mana cendol nya?!”

Penjual cendol itu memberikan dua gelas cendol kepada Angkasa dan Raisa. “Ini namanya es cendol barokah, alias es cendol Mang botak. Gerobaknya di modip sama Aan, jadi warna pink sama ada plat nomor bekas motor aku dulu,” kata Angkasa.

Raisa terkekeh kecil. Padahal dia sudah tau, bahwa anak Razel sangat absurd tetapi kalau melihat kekonyolan mereka, sepertinya sangat lucu. “Biasanya kalau habis pulang sekolah, Mang botak ada di Warsep.”

“Kamu suka ini?” tanya Angkasa.

“Suka,” balas Raisa. “Cincau nya gak pahit, rasanya juga manis.”

“Karena ada aku.”

***

“Kalian dari mana? Angkasa kenapa kamu sama dia? Tadi di kelas juga kamu gak ada. Kenapa kamu ninggalin kelas tanpa beri tau aku?” tanya Clara bertele saat Angkasa dan Raisa mendekat ke arah kantin. 

Di meja pojok sudah terdapat Kania, Tiara, Riri, dan Vina yang tengah makan siang bersama anak Razel. Semenjak mereka duduk bersama, mereka lebih mudah bergaul dengan anak Razel yang memang baik. Bahkan Aan dengan terang-terangan menembak Riri saat itu. Kini hubungan nya semakin langgeng setiap hari. 

“Bener-bener ya lo, Sa. Murid beasiswa tapi kerjaan nya madol!” sahut Kania menggeleng. 

Raisa tersenyum kikuk, dia memperlihatkan deretan gigi putihnya. “Ternyata enak,” balasnya tanpa dosa. “Gue gak di tanyain sama Guru kan?” 

“Gak ada guru, freeclass.” Balas Tiara. 

Angkasa duduk di sebelah Raisa, dan merangkul pundaknya. Tangan nya tergantung di leher itu, hingga Raisa sendiri merasa tidak nyaman, karena menjadi tatapan sinis para murid yang sedang berlalu-lalang. 

Clara mengepalkan tangan nya kesal. Dahulu Clara yang berada di posisi Raisa, bermain, dan bersama Angkasa. “Angkasa, kamu sama dia dekat banget. Apa kalian memiliki hubungan spesial?” tanya Clara. 

“Pacarnya lah, orang sampai di rangkul gitu!” sahut Aan kesal, “Udah deh, Clar. Gak usah berharap terus sama Angkasa. Lagian kalian juga udah nggak sedekat dulu.”

“Tapi gimana dengan pertunangan kita? Papa Adam sudah membicarakan nya dengan daddy. Sebab itu aku kembali ke Indonesia, untuk bertunangan dengan kamu,” Clara menatap Angkasa penuh harapan. 

“Lo aja kawin sendiri. Gak usah nyuruh Angkasa!” kata Robi kesal. “Kayak Jailangkung aje lo, datang tak di jemput, pulang minta di antar. Eh Markonah, lo fikir Angkasa tukang ojek?!” 

“Angkasa, aku sedang bicara.” Clara menatap nya berbinar. Dia kira hubungan nya dengan Angkasa akan baik-baik saja setelah dia kembali ke Indonesia. “Papa Adam kemarin membicarakan pertunangan kita setelah meninggalnya Mama kamu.” 

“Papa gak bilang,” kata Angkasa dingin. 

“Tapi kan....” Belum selesai Clara berbicara, Erick sudah lebih dulu menggebrak meja. 

“Oiiiii gue mau makan!! Gak usah banyak bacot! Ini kantin, bukan lambe turah!” kesalnya. Bakso yang berada di atas sendok, masih belum sempat untuk masuk ke dalam mulut Erick, karena sahabatnya terus saja berbicara. 

Tangan Clara mengepal kesal. Dia bangkit meninggalkan kantin dengan perasaan marah. Clara tidak akan tinggal diam dengan semua ini. Dia dan Angkasa sudah saling mencintai sejak kecil. Clara meninggalkan Angkasa karena harus menjalani pengobatan, karena saat masih kecil, Clara sudah di vonis penyakit Jantung. Dia tidak ada niatan sama sekali untuk meninggalkan laki-laki yang dia sayang. Clara bahkan masih ingat, betapa lucu dan lugu nya Angkasa saat itu. Kenangan yang masih ada di memori otaknya, tidak bisa Clara lupakan begitu saja. Rasanya tidak mungkin untuk melupakan Angkasa. 

Di sisi lain. Ada perasaan mengganjal di lubuk hati Raisa. Dia tidak tega, saat melihat mata Clara berbinar. Karena Raisa tau, rasanya memiliki penyakit yang tidak bisa sembuh kecuali karena pendonor. Seakan-akan Dunia tidak berpihak padanya. Umur Raisa yang sudah tidak lama, dengan hadirnya Angkasa saat ini. 

“Kalau kamu cinta sama seseorang, tapi kamu gak punya waktu, gimana?” tanya Raisa. 

“Kenapa emang?” Angkasa menatap Raisa yang menggeleng dengan penuh selidik. “Aku akan lepasin orang itu, dan biarin dia bahagia. Walaupun aku akan sakit, tetapi melihat dia bahagia, itu membuat aku bahagia.” 

“Ucapan itu, adalah ucapan yang sama sekali gak ingin aku dengar dari mulut kamu. Aku belum siap melepaskan kamu untuk Clara.” Batinnya. 

“Kenapa sih nanya kayak gitu?” tanya Angkasa. “Siapa yang ngga punya waktu? Kenapa kamu bicara kayak gitu? Hm?” tangan Angkasa tergerak membelai rambut panjang Raisa. “Ca.” Panggilnya. 

Raisa meraih air putih dan meminumnya, di saat yang bersamaan Angkasa melihat bagian tangan Raisa yang membengkak, dan langsung meraihnya. “Tangan kamu bengkak, Ca. Ada yang lukain kamu? Ada yang buat kamu jatuh?” tanya Angkasa cemas. 

Raisa terlihat tampak gelagapan. “Iya! Ini terbentur dinding. Tapi aku baik-baik aja kok.” Balasnya. 

Bengkak adalah bagian salah satu yang terjadi, ketika tubuh tidak dapat menyaring racun di tubuh. Seperti yang dilakukan Ginjal nya, dan saat Raisa telat melakukan pemeriksaan kesehatan, maka efek yang terjadi adalah bengkak. 

ANGKASA (END)Where stories live. Discover now