Tangan lelaki itu bergerilya di punggungnya, mulai merambat ke arah perut, dan pahanya, Liona rasanya ingin mati saja, tidak pernah ia mengecap setitik kebahagiaan dalam hidupnya.

"BERHENTI!" teriak Liona.

"Berhenti atau lo bakalan liat gue mati!" ancaman itu sukses membuat Alkana menghentikan aksinya, ia menatap Liona dalam, emosinya surut seketika melihat wajah frustasi Liona.

"Maaf." ucapnya singkat penuh sesal, Alkana hilang kontrol, ini di luar kendalinya.

"Gue benci lo Brengsek..." lirih Liona sebelum jatuh pingsan dalam dekapan Alkana.

"Maaf..." lagi-lagi hanya itu yang mampu Alkana katakan, ia menatap wajah gadis itu lalu mengecup lama kening Liona.

"Penolakan lo bikin gue frustasi Athena, hati gue sakit banget, seandainya lo bisa ngerasain rasa sakit gue, gue yakin lo nggak akan kayak gini." bisik Alkana sebelum mengangkat gadis itu ke kamar apartemennya.

Alkana membaringkan Liona di atas ranjang besarnya, menyelimuti gadis itu, Alkana pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di bawah guyuran shower Alkana memejamkan matanya menikmati setiap tetes air yang membasahi tubuhnya.

Sepuluh menit kemudian, Alkana keluar dari sana dengan hanya mengenakan celana pendek hitam di atas lutut, tanpa baju. Yap Alkana Shirtless. Pahatan indah di tubuhnya terlihat jelas, perut six pack, dada bidang yang tegap, lengan berotot, dan jakunnya yang bergerak ketika menenggak segelas alkohol.

Alkana mengambil rokok dan juga korek api miliknya, ia berjalan menuju balkon, membuka pintu kaca tersebut Alkana di suguhkan pemandangan kota dengan penuh lampu. Ini salah satu alasan Alkana membeli apartemen ini, karena view nya yang bagus dan cocok untuk bersantai dan menenangkan diri.

Alkana mendudukkan bokongnya di sofa balkon apartemennya. Alkana membakar ujung rokoknya, lalu mulai menghisap benda itu. Pikirannya kacau, dulu bagi Alkana cinta sama sekali tidak penting, dan tidak ia butuhkan sama sekali dalam hidupnya. Namun pada dasarnya tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan. Untuk pertama kalinya Alkana merasakan ketertarikan pada lawan jenisnya, tapi ia sendiri tidak menduga jika dirinya akan seterobsesi itu pada Liona.

"Entah harus pake cara apa lagi biar gue bisa dapetin hati lo Athena. Gue juga heran sama diri gue sendiri, setergila-gila itu gue sama lo?" gumam Alkana terkekeh.

Di tengah lamunannya, ponsel Alkana berdering. Teresa yang menghubunginya, pasti ibunya itu akan menanyakan Liona.

"Halo Ma?" sapa Alkana.

"Alkana, kamu bawa Liona kemana tadi?" tanya Teresa langsung, karena saat Pak Risman sampai ke rumah, Teresa bertanya, namun supir keluarga Faresta itu enggan membuka mulut.

"Ke suatu tempat, Mama tenang aja, dia baik-baik aja."

"Kamu nggak macam-macam kan?"

"Nggak Ma." jawab Alkana dengan pelan.

"Terus mana Liona? Mama mau ngomong."

Alkana memejamkan matanya lelah, "Lagi tidur, mungkin..."

"Kok mungkin sih, jangan coba-coba bohong sama Mama!"

"Nggak Ma, Liona lagi tidur. Perlu Alkana video call?"

"Yaudah, Mama tutup ya, jangan aneh-aneh ingat batasan!"

"Iya Ma." ucap Alkana lelah. Di seberang sana Teresa merasa aneh dengan nada suara Alkana yang terdengar putus asa.

ALKANA [END]Where stories live. Discover now