1

47 57 10
                                    

"Apa lo bilang? Gue sok cantik? Lo gak ngaca, hah?! Itu bibir apa cabe, merah banget."

Gadis itu menatap adik kelasnya dengan kesal. Sebisa mungkin ia mencoba untuk tidak takut. "Lo adik kelas nggak sopan banget. Lo gak diajar sopan santun sama orang tua lo? Ck!"

Lantas, anak yang disebut tak sopan itu melipat tangan di dada. Matanya berkobar api, ia marah. "Sekarang gue yang tanya, lo diajar sopan santun apa sama orang tua lo? Lo berurusan sama gue tapi orang tua yang lo sangkutpautin. Kaca di rumah tuh jangan dianggurin, ya, Kakak kelas nggak tau sopan santun." Sengaja ia tekan suaranya di bagian kata 'kakak'.

Gadis itu berwajah merah padam. "Lo?!" Tangannya berpindah menampar sang adik kelas keras. Membuat yang ditampar naik pitam.

Saat hendak menampar balik penampar, tangannya lebih dulu dicekal oleh seseorang. Dengan wajah merah, ia berbalik. "Lepasin!"

Cowok itu tampak menggeleng pelan. "Udah, deh."

Mendengus, amarahnya kini tambah memuncak. "Lepasin atau lo gue jambak?" Napasnya naik turun menahan sesuatu yang hampir meledak.

"Kalau lo berani." Senyumnya mengembang simpul, diikuti dengan seringai yang tertuju untuk cewek lain yang sedang terpana melihatnya.

Tiba-tiba senyumannya berganti ringisan saat tangan seseorang beralih menjambak keras rambutnya. "Joi! Apa-apaan sih lo?! Lepas, nggak?!" Tangannya mencoba menjambak lawan balik, namun tak bisa.

"Makanya jangan ngeremehin Joita Rastanti!"

Saat tangannya mencapai rambut lawan, segera ia jambak tak kalah keras. "BASKARAAA!! LEPASIN IH, SAKIT BANGET!"

Lidahnya keluar, mengejek lawan karena mampu membalas dengan kekuatan berbeda. "Makanya jangan ngeremehin Baskara Lautan!"

***

Joita Rastanti, dengan rambut awut-awutan, ia duduk di pinggir bangku bekas yang selalu ada di rooftop gedung Ipa. Sama halnya dengan cowok berambut acak-acakan itu. Ia duduk di kursi yang sama di pinggir yang berbeda, Baskara Lautan.

"Apaan? Gue sibuk."

"Dasar sok sibuk!"

"Jawab atau gue jambak."

Baskara mendengus sebal. Kejadian seperti tadi hanya akan menurunkan harga dirinya sebagai cowok karena melawan cewek seperti cowok, Joita Rastanti. "Jadi pacar pura-pura gue."

Ucapan santai itu membuat Joi melirik Baskara cepat. "Buat?" tanyanya, tak langsung menjawab antara 'iya' dan 'tidak'.

Baskara memainkan jarinya di udara. "Biar fans fanatic gue gak ganggu gue lagi. Secara lo kan tukang labrak." Baskara mengedikkan bahu, seolah menyindir.

"Emang tampang pengemis kek lo punya fans? Cuih!"

Baskara melirik Joi tajam. "Jangan cari masalah sama gue!"

"Dasar tukang geer!" gumam Joi sembari melipat tangan di dada.

"Gue masih denger, Joi."

"Bodo."

Baskara menghela napas. Syarat dekat dengan Joita ada 3; sabar, sabar, dan sabar. "Lo mau nggak?"

Joi terdiam sebentar. "Untungnya buat gue apa?"

"Lo dapet pahala karena jagain gue." Baskara tersenyum kemenangan.

"Serius atau gue jambak."

Baskara kembali menurunkan wajahnya. Perempuan di sampingnya ini benar-benar tak bisa diajak bercanda. "Gue kasih permintaan sehari dua kali. Gimana?"

Joi tampak tertarik. "Kalo gue minta kanguru?" tanyanya random.

Baskara mengangguk mantap. "Pasti."

Bibirnya terangkat. "Oke, deal."

***

Hay, cerita baru dengan nuansa baru💖
Slalu support Kai, ya:)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 06, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SEQUOIAWhere stories live. Discover now