13. Hadirnya seseorang dari masa lalu

Mulai dari awal
                                    

“Gue gak kenal,” balas Raisa dingin, “Lo ngga tau kalau Mama nya Angkasa, baru aja meninggal?” 

“Meninggal? Tante Sindi meninggal?” pertanyaan Clara di anggukan oleh mereka semua. “Oh my God!! Gue belum tau tentang hal ini, terima kasih info nya.” 

“Robi, Gue izin pulang, ya? Kalau ada Guru yang nanyain, lo bilang aja. Gue pamit ya, bye!!” Clara melambaikan tangan nya ke udara meninggalkan kantin. 

Sedangkan Raisa masih diam termenung tidak mengerti apa yang dia fikirkan sekarang. Kejadian tadi, seakan-akan menyuruh Raisa untuk mundur dalam mencintai Angkasa. Rasanya sakit, dia tidak pernah jatuh cinta, dan baru kali ini Raisa merasakan jatuh cinta. Tetapi Raisa sadar bahwa jatuh cinta memang menyakitkan. 

“Lo jangan dulu percaya, Sa. Angkasa belum bicara apapun, ngga usah lo fikirin,” ucap Robi ketika Hafiz menyenggol bahu nya. “Coba aja lo bilang sama Angkasa, dia ngga mungkin bohong sama lo,” katanya lagi. 

*** 

Raisa membuka pintu gerbang rumahnya, dengan tertatih-tatih. Tangan nya mencengkeram erat dada yang kini terasa sangat sakit, nafas nya kini tersenggal-senggal, bahkan wajah nya sudah terlihat memucat pasi. 

“Raisa!!” ujar Kevin menangkap tubuhnya yang hampir jatuh. “Kamu gak papa, Dek?” tanya Kevin segera membawa Raisa memasuki rumahnya. 

Dia membaringkan tubuh adiknya di sofa, dan melepas tubuh Raisa. “Abang siapin makanan sama obat kamu, ya?” sahut Kevin cemas. Raisa memang sering seperti ini, tetapi tetap saja Kevin selalu merasa ce3mas ketika adiknya terlihat lesu. 

“Gak usah,” lirih Raisa, “Tadi Raisa sudah makan, Bang. Abang temenin Raisa aja di sini, Raisa hanya sesak,” Tangan Raisa terulur menggenggam tangan Kevin. 

Kevin duduk di tepi sofa, dengan lihai dia mengusap kepala Raisa yang kini sudah ingin tertidur. “Raisa sakit, Bang. Raisa capek, Raisa kesakitan setiap hari, Raisa ngga kuat, Bang,” Raisa menatap samar Kevin. 

Kevin mengusap pelan dada Raisa, “Kamu harus kuat, Dek. Abang tau kamu kesakitan, adik abang harus kuat melawan penyakitnya, ngga boleh lemah!!” kata Kevin. “Abang tau kamu pasti kuat, dan akan bisa sembuh dari penyakit kamu, kamu ngga boleh nyerah gitu aja, percaya sama abang,” kata Kevin. 

“Sakit, Bang,” lirihnya sendu. Air mata Raisa mengalir deras tak tertahan, dia menatap samar Kevin. “Raisa ngga kuat, Bang.” 

“Kita ke rumah sakit sekarang!!” ujarnya. 

Kevin meraih tubuh Raisa, menggendong dan membawanya ke mobil. Dia membawa mobil itu dengan kecepatan tinggi ke arah rumah sakit. “Raisa kuat ya, Dek, Adik abang pasti kuat, Raisa harus sembuh! Raisa harus sama abang terus,” kata Kevin. 

Raisa memejamkan matanya saat sekeliling sudah terasa gelap. Ketika harapan Raisa hanya hidup untuk keluarga nya, kini sudah berbeda sekarang, semenjak hadirnya Angkasa, Raisa sadar bahwa Angkasa berbeda dari yang lainnya. Raisa sadar bahwa dia mencintai Angkasa, dia merasakan suatu hal yang berbeda ketika bersama Angkasa. Raisa terlihat lebih bahagia dengan Angkasa. Laki-laki itu membuat hidup Raisa berwarna tanpa sengaja, kehadiran Angkasa memang mengubah hidup Raisa tanpa di sadari olehnya. 

Sebelumnya, Raisa memang belum pernah jatuh cinta kepada siapapun orang. Untuk dekat saja, Raisa jarang untuk berteman, dengan perempuan ataupun laki-laki, tetapi sekarang sudah berbeda. Raisa kini memiliki banyak teman, dia tak mengenal latar belakang dari semua sahabatnya. Banyak pelajaran yang bisa di ambil ketika bersama sahabatnya. 

Kevin membawa nya ke ruang HD, yaitu ruang hemodialisa atau merupakan terapi cuci darah. Terapi ini umumnya dilakukan  oleh pengidap masalah ginjal, karena sudah tidak berfungsi. Mesin ini berperan sebagai ginjal buatan. 

“Apa yang sebelumnya Raisa makan, Kevin?” Dokter itu menatap Kevin dengan tatapan tajam dan kecewa. “Sepertinya Raisa makan, makanan sembarang, dan secara belerbihan. Dia tidak bisa seperti ini, atau mungkin akan berbahaya dengan nya” 

Kevin mengusap wajahnya kasar, “Saya ngga tau, Dok. Tadi Raisa hampir pingsan, saya belum tau kalau Raisa makan sembarang. Saya dan keluarga selalu memperingatkan nya, tapi terkadang Raisa nakal.” 

Dokter Brevan menggeleng berulang kali, dia sudah hampir berulang kali untuk selalu mengingatkan Raisa. Tetapi kebiasaan Raisa yang selalu melanggar perkataan Dokter Brevan. 

Kevin tergerak mengusap wajah yang pucat itu. “Cepet sembuh, adik abang, abang tau kamu akan sembuh, Raisa.” 

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang