Chapter 50

42.1K 1.3K 71
                                    

Chapter 50

Akbar's POV

Gue memasuki kedua pintu kaca dan langsung disambut oleh wewangian khas kantor.

"Selamat siang, ada yang bisa Saya bantu?" sambut resepsionis perempuan dengan senyum hangatnya.
"Ya,siang. Bisa bertemu dengan tante Mirda?" Tanya gue.
"Sebentar ya" jawab dia, dan langsung mengecek sesuatu di layar komputernya. "Maaf kak, boleh tau hubungannya sama Ibu Mirda apa?"
"Keponakan" jawab gue cepat tanpa basa basi supaya gue bisa langsung nemuin tante Mirda. Si mba resepsionis pun ngangguk dan langsung menunjukkan arah ke ruangan/kantor tante Mirda. Gue segera berjalan kearah yang ditunjuk. Dinding-dinding kantornya berisi banyak pajangan hasil karya butik dan perempuan mancanegara yang mengenakan pakainnya di runway. Ternyata bisnis nya tante Mirda sama temannya cukup sukses.

Gue mengetuk pintu dan setelah mendengar panggilan "masuk", gue membuka pintunya.

"Eh? Akbar?" Tante Mirda melepas kacamatanya dan beranjak dari kursinya.
"Siang tante" ucap gue, "Ini buat tante" gue memberikan plastik berisi kotak donat.
"Aduh..maaf repot-repot sampe kesini.Makasih banyak ya,sayang" tante Mirda mengambil plastiknya dari gue lalu gue salam sama dia. Tante Mirda menpersilahkan gue untuk duduk dan beliau juga kembali duduk di belakang mejanya. "Ada apa?" tanya dia.
"Erm..jadi gini tante..kan Kanya minggu depan mau ulang tahun. Aku sama yang lain rencana nya mau surprise-in dia. Tante bisa tolong hubungin bapaknya- eh suami tante gak?" ucap gue,mencoba untuk tenang dan menunggu jawabannya. Gue menggigit bibir gue secara reflek sambal menunggu jawaban tante Mirda. Beliau masih diam dan bolak-balik liatin gue dan telfon. "Kebetulan tante tadi juga mau hubungin Bapaknya.. kita coba telfon ya," jawab beliau dengan senyuman dan gue menghembuskan nafas lega dan membalas senyumnya. Tapi gue gabisa sepenuhnya lega sekarang. Tante Mirda memencet tombol yang langsung menghubungi nomor bapaknya Kanya,lalu memencet tombol speaker.

"Halo? Kenapa Ma? Papa masih ada kerjaan," suara bapak-bapak keluar dari speaker telfon tersebut. Ia terdengar terburu-buru. "Pa,ini ada temannya Kanya mau ngomong sebentar."

"Oh,iya ?"
"Halo Om, Saya Akbar,temannya Kanya"
"Temannya Kanya?"
"Iya Om."
"Ya ada apa?"

Gue menjelaskan apa yang gue katakan ke tante Mirda sebelumnya ke beliau. "Jadi Saya minta kedatangan Om,minggu depan"

1 detik
2 detik
5 detik hening..

"Om? Tante? Ini putus telfonnya?" Tanya gue.
"Eh ya halo- Om masih disini," jawab beliau dari sana.
"Gimana Om?"
"Saya banyak kerjaan jadi belum tahu-"
"Saya mohon Om..dari awal sejak ketemu Kanya, dia selalu ngomongin Om.Dia pengen banget ketemu lagi sama Bapaknya," kata gue dan gue merasakan pandangan tante Mirda.
"...Baik..Om akan usahakan."
Gue akhirnya mengeluarkan nafas yang sangat amat lega. "Makasih banyak ya,Om"
"Iya, sama-sama." lalu dengan itu, percakapan selesai.

Tiba-tiba, tante Mirda memeluk gue seakan seorang Ibu memeluk anaknya. "Makasih banyak ya,Akbar..tante bangga banget Kanya bisa punya temen kayak kamu." tante Mirda seakan menahan air matanya.

"Haha iya tantee..temen hehe- oh iya tadi..aku bilang ke respsionis kalau aku keponakan tante, gapapa kan?"
"Ahh menantu juga gapapa hahaha"
"Aduh bisa aja sih,tante Mirda."

****

Gue di café tempat gue bawa Kanya setelah opening cup SMA Pusat. Gue lagi ngurusin reservasi untuk ulangtahun Kanya besok. Tiba-tiba pintu café terbuka dan muncul seorang Bapak-bapak yang mukanya sering gue liat fotonya di rumah Kanya. Beliau melihat gue dan gue langsung menghampiri dia.

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang