Chapter 32

42.9K 1.4K 22
                                    

Kanya's POV

"DIH MIMPI KALI LO." Sergah gue akhirnya setelah beberapa saat memperhatikan wajahnya.
".....HAHAHADUH NYAA, MUKA LO MERAH BANGET!" Gue kaget mendengar reaksi Akbar yang menggelegar. Anjir nih orang.
"ADUUH!" Rintih Akbar setelah mendapat lemparan bantal dari Alif. "Makasih lif" Kata gue dan dia mengacungkan jempolnya lalu kembali mengerjakan tugas.

"Ampun Nya bercanda, pengen liat reaksi lo aja." Tutur Akbar.
"Udah liat kan?" Jawab gue sambil mengerutkan dahi. Akbar menahan senyumnya tapi gagal dan malah ketawa lagi. Aduh berisik banget sih, gue cipok dah lama-lama—gak deng. Gue menyelesaikan beberapa nomor lagi dan suasana kembali tenang.

"Ra," panggil Akbar sambil nengok ke belakang. "Apa?" Jawab Alara yang masih membaca buku Ekonomi. Bokapnya menekan dia separah ini?
"Lo beneran mantannya Dika?" Anjir. Alara kan katanya gasuka banget bahas ini? Alif sampai mencabut earphone nya dan mengalih perhatian ke mereka berdua, termasuk gue.
"Iya." Jawab Alara sambil tetap memandangi bukunya.
"Bar..dia gasuka ngomongin mantannya" Bisik gue.
"Itu anak satu misterius. Lo gamau tau lebih apa?" Hm kayaknya yang lebih misterius itu Alif.

"Gue bisa denger." Alara menutup bukunya dan melihati kita berdua.
"Maaf Ra..Akbar gabisa diem," gue melirik ke Akbar yang terdiam.Ternyata dia bisa ceplas-ceplos juga ya.
"Gue diselingkuhin sama dia," kata Alara datar seakan pernyataan itu udah diulang-ulang sama dia. "Ra..gausah kasih tau kalo males." AKHIRNYA ALIF NGOMONG.

"Alah lu sok-sok gapeduli sama orang ternyata sama Alara iya." Ledek Akbar dan Alif tertawa maksa. "Mau tau gak? Kanya juga belom gue ceritain, mumpung gue lagi mau ngomong." Alara menawar dan gue sama Akbar saling melihat dan mengangguk.

"Sebenarnya typical sih kayak orang diselingkuhin. Suatu hari lo merasa ada yang janggal, rasa sayang dia ke lo berkurang. Dia jadi lebih sibuk sama hp nya dibanding buku pelajaran dan gue..." Tutur Alara sambil memeluk bantal sofa. "Tapi waktu itu dia ketangkap basah banget. Pas lagi dirumah gue, gue bilang mau ke toilet dulu, terus pas gue balik,dia lagi telfonan sama selingkuhannya itu."

"...Sorry ra." Akbar berkata dengan halus.
"Terus alasan bokap lo gak bolehin ada cowok lagi di kamar lo kenapa?" Tanya Alif.
"Soalnya gue sama Dika berantemnya di kamar gue dan Dika yang malah emosi abis itu dia ngelempar barang gue...Gila gak sih? Nya, pasti lo ilfeel."
"Astaga gue jadi takut duduk sama dia," Tapi..gamungkin kan Dika tiba-tiba lempar kursi ke gue? Agresif banget ya dia ternyata.
"Tunggu tunggu, kan dia yang selingkuhin, kenapa dia yang emosi?" Tanya Akbar.
"Pas gue kasih kesempatan untuk jelasin, dia langsung ngaku dan bilang kalo gue jadi pacar dia tuh selama ini sia-sia lalu dia mulai emosi.Terus gue tanya 'kenapa gak putusin?kenapa malah selingkuhin?' dia malah jawab, kalo gue pasti susah move on dan lupain dia. Jadi untungnya juga dia selingkuhin gue itu adalah mempermudah untuk lupain dia."Alara mengehembuskan nafas panjang.

Akhirnya Akbar mengangguk dan meningkatkan mood nya kembali dengan menceritakan kejadian lucu yang terjadi pada Nicky. Kita berempat ketawa dan Alara terlihat kembai ke mood biasanya dan Alif juga berkontribusi dengan cara bikin Alara kesal...

"Alara nyimpen foto dia sama Alvin di bindernya loh," Alif menyeringai.
"Aduh ra, kenapa lo gak cerita-cerita sih kalo mau lebih dari kakak-adekan?" Sindir gue dan mata Alara langsung membesar. Haha pantes aja Alif suka banget bikin dia kesel, reaksinya kocak dan gue udah lama gak nge-cakin orang. Alara sasaran yang tepat.
"Anjaay sakit tuh kalo mau lebih tapi cuma dianggap adek," Akbar meletakkan tangan di dada nya.
"Apaansih? engga." Alara memeluk bantalnya lebih erat. "Bentar lagi doi lulus ra." Alif mendorong pundak Alara. "Gue ngga suka sama Alvin." Tegas Alara.
"Ohh sama Alif nih?" Akbar nyeletuk dan gue tos sama dia.
"Kalo Alvin suaranya kayak gue, lo suka gak sama dia?"Tanya Alif. Waduh..........dia tau obsesi Alara sama suaranya..atau sadar suaranya emang bagus?
"Hih yang ada mukanya yang kebayang lo mulu. Geli."
"Tunggu..lo tau Alara suka sama suara lo?" Tanya gue dan Alara melempar bantal ke arah gue. "Hah? Iya ra? Yaudah gue telfon lo aja ya terus daripada bbm. Jempol gue bisa cedera" Uh oh....
"Najis lo lebay," kata Akbar sambil lempar bantal yang dilempar Alara tadi.
"WHAT HAVE YOU DONE?" Bercak merah di pipi kulit sawo matangnya Alara muncul. "Lif, Kanya lebih suka sama suara lo, jadi telfon dia aja. Gausah ganggu hidup gue lebih sering dibanding sekarang," Kata Alara frustasi sebelum gue bisa jawab apa-apa.
"Eh Kanya kan cewek gua. Awas aja lo nelfon-nelfon dia. Kanya cuma milik gue dan cuma gue yang boleh ganggu dia." Akbar merangkul gue dan mendorong kepala gue agar bersandar di pundak dia. Bar plis jangan bikin gue tambah suka sama lo lebih dari yang gue rasain sekarang.

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang