Chapter 3

51.5K 1.8K 14
                                    

Akbar's POV

Gue menunggu di depan gerbang sekolah sendirian dan tiba-tiba banyak fans dateng. Pede abis. Kakak-kakak kelas cewek pada dateng ke gue dan minta foto bareng. Setelah 5 cewek itu pergi, gue di datengin kak Raihan.

"Oy, lo udah kenal sama Kanya dari kapan?" Tanya dia sambil menepuk pundak gue.
"Ha? Gimana ya..jadi dari SMP gue udah tau dia tapi ngga saling kenal. Cuma tau muka dan nama doang."
"Nama? Dih, lo ngestalk dia ya?"
"Ya engga lah. Emangnya gua cewek?" Oke. Bisa dibilang gue emang stalk dikit.
"Terus dari mana?"
"Jersey nya lah" Jawab gue ringan.
"Oh iya ya, lo berdua basket." Suara mobil mendekat pun terdengar dan mobilnya tidaklah familiar lagi. Kaca depannya dibuka. "Den ayo pulang." Panggil supir gue. Raden lagi,raden lagi.

Gue mencoba menutupi muka gue yang pastinya keliatan malu banget.
"Kak,gua duluan ya" Kata gue ke kak Raihan.
"Iya den,hati-hati ya." Ledek dia sambil tersenyum.
"Ok deh mas." Gue mengangguk dan dia dengan bercanda mendorong gue masuk ke mobil. Gue duduk di samping Pak Syaiful yaitu supir gue yang udah setia menemani dari gue umur 8 tahun.

"Gimana den hari pertama nya?" Tanya dia layaknya bapak yang baik.
"Ya lumayanlah Pak."
"Ada yang cantik gak?"
"Wah Bapak mau gebet anak SMA nih ceritanya? Inget Istri!!" Gue mukul lengan nya dan dia tertawa. Gue menyalakan radio dan mengambil hp dari tas. Karena gue dulu udah pernah stalk Kanya, gue iseng follow twitter nya dia. Dalam hitungan menit, dia langsung followback gue. Nih orang megang hp mulu kali ya? Pantesan aja sampe disita pikir gue.

"Kok senyum-senyum sendiri?" Tanya pak Ipul.
"Siapa juga yang senyum-senyum?"
"Hayoo liatin poto cewek cantik ya?" Goda dia.
"Kalo iya, terus gue kasih liat?"
"Iya lah. Pengen tau siapa yang bisa memikat hati Akbar dari kesedihan yang sudah larut mendalam ditinggal ke luar negri men." Sindir dia.
"Huanjiirr sialan si Bapak!" Pak Ipul pun ketawa puas. Pak Ipul emang tau semua masalah gue. Gue gasuka curhat sama nyokap walaupun dia ngasih saran yang bagus.Tapi Pak Ipul beda.Mungkin karena sesama cowok kali ya?

Setelah 20 menit menembus kemacetan, mobil akhirnya berhenti di depan gerbang rumah gue.

"Makasih Pak." Kata gue sambil nepuk pundaknya lagi.
"Iya, den." Pas gue mau ngetuk pintu rumah, udah dibuka duluan sama nyokap.
"Eh Akbar udah pulang."
"Iya ma." Gue mencium tangan nyokap.
"Udah makan siang belum?"
"Belom ma. Aku mandi dulu ya."
"Yaudah, abis itu langsung ke meja makan ya, sama tolong panggilin adek kamu suruh makan." Gue mengangguk dan langsung ke lantai atas dan ngebuka pintu kamar adek gue; Iseng-iseng ngagetin dia.

"AHH!" Teriak adek gue dan dia pun jatuh ke lantai. Ternyata dia baru mau keluar dan gue ngedobrak pintu di depan muka dia.
"Huahahah maaf adek ku sayaang!" Gue ulurin tangan buat membantu dia berdiri.
"Rese lo emang ya." Kata dia ketus sambil narik tangan gue dan gue ikutan jatoh di sebelah dia.
"Heh sejak kapan pake 'gue-lo'? gasopan." Gue gelitikin dia.
"HAHAHAH UD-AH MA AF HAHAH KAK HAHAHAHA" Dia guling-guling di lantai.
"Jangan pake gue-lo lagi. Kedengeran mama baru tau rasa."
"Iya iyaaa. Eh kok udah pulang aja?"
"Kan baru MOS jadi pulang cepet."
"Oh iya ya."
"Eh disuruh makan tuh sama mama."
"Peluk aku dulu." Kata dia sambil membentangkan tangannya.
"Dasar manja- eh jomblo deng." Ledek gue.
"Jahat. Kakak juga kan? Yaudah kita sesama jomblo pelukan." Dia langsung meluk gue dan gue memeluknya balik.
"Ih mandi dulu deh kak. Bau" Dia melepas pelukan dan langsung kabur sambil menjerit takut gue apain. Sialan. Gue ke kamar meletakkan tas dan pergi mandi.

"Gimana kak hari pertama nya?" Tanya nyokap ketika gue baru duduk di kursi meja makan.
"Ya lancar aja sih ma."
"Syukurlah. Kamu sekelas sama Rio gak?"
"Engga.Gak sekelas sama temen-temen."
"Hahaha mampus." Kata adek gue.
"Hush, Jihan." Kata nyokap dan dia langsung nunduk,lanjut makan.
"Udah dapat temen belum?" lanjut nyokap gue.
"Udah lah ma. Oh iya ada tugas kelompok juga berdua tapi belum tau ngapain."
"Ooh gitu. Kalo emang perlu, ajak kesini aja kak." Saran nyokap.
"Hah..erm..kayaknya ngga mungkin deh."
"Loh emang kenapa?" Tanya Jihan, ikut-ikutan.
"Dia cewek." Kata gue sambil menyuap nasi dan menghindar dari tatapan dan muka mereka.
"Ah bisa aja sih boongnya." kata Jihan yang menyelamatkan keheningan.
"Boong gimana?"
"Namanya siapa kak?" Tanya nyokap.
"Kanya."
"Oh Kanya. Yaudah kalau emang jadi disini, bilang aja mama yang ajak. Biar sekalian kenalan sama dia yang tiba-tiba bikin anak mama punya temen cewek di hari pertama." Kata nyokap sambil tersenyum dengan biasa. Gak biasa nya nyokap gue kayak gini. Jihan sampe keselek minumnya, nahan ketawa.

"Apa salah nya sih ma punya temen cewek?" Tanya gue sambil nyendok makanan dan natap sinis. Biasanya kalo gue gini,nyokap langsung diem.
"Engga salah kok nak. Mama seneng aja kamu masih bisa bergaul sama lawan jenis, temen mu yang cewek juga biasanya karena teman basket aja." Sekarang giliran gue yang diem. Gak lama setelah itu, Jihan langsung cerita tentang temen-temen nya dan gue nyuci piring lalu pamit ke kamar.

Hidup gue ya gini-gini aja. Pagi bersama teman, siang sama adek dan nyokap, malam nunggu bokap pulang. Terkadang, gue suka mikir kenapa hidup gue biasa aja? Tapi gue masih bersyukur dikasih kehidupan yang layak.

"Akbar?"
"Eh Papa udah pulang." Gue berdiri dari kasur dan jalan menuju pintu kamar.
"Iya, ngga ada yang perlu dikerjakan lagi di kantor. Kamu besok masih MOS kan? Tidur lah." Kata dia sambil senyum dan berantakin rambut gue
"Iya Pa sebentar lagi."
"Bener ya.Yaudah Papa mau ke si Jihan dulu." Dia langsung pergi ke kamar sebelah. Jam udah menunjukkan jam 10 malam. Gue matiin lampu dan tidur. Berdoa supaya MOS cepat berlalu.

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang