Chapter 37

33.6K 1.2K 109
                                    

Kanya's POV

Akbar terdiam namun gue ngga bisa menatap dia. Gue hanya bisa memandangi dinding kamar gue dengan tatapan kosong. Akbar berjalan kearah kiri kasur gue lalu duduk di sisi kasur gue.

"Yakin,Nya?" tanya Akbar setelah keheningan. Gue gabisa mengeluarkan sepatah kata pun. "Jadi lo dari kemaren bengong gara-gara mikirin Raihan?" tanya Akbar lagi sambil memperhatikan gue. Gue memberanikan diri untuk menatap dia.
"Gue mikirin lo justru. Gue ngga enak soalnya lo udah bantuin gue sejauh ini." padahal alasan kenapa kita "pacaran" aja juga gara-gara gue mau menghindar dari Raihan.
"Gausah mikirin gue lah. Sana cari pacar beneran.. Belom pernah ngerasain kan?" kata Akbar sambil tersenyum.
"Sama lo kan udah?"
"Kata lo sendiri, kita juga boongan kan? Lagian gue juga bukan tipe pacar yang baik,Nya.Gue gak seromantis yang lo pikir." Akbar lalu tertawa kecil.

Kalo Akbar itu bukan tipe pacar yang baik, gue mau tipe yang mirip Akbar. Tapi gue mau yang original aja. Gue mau Akbar, sayangnya Akbar hanya mau Tamara.

"Lo masih mau temenan sama gue gak?" tanya gue pelan sambil memegang bantal.
"Jadi masalahnya ini, Nya?" tanya Akbar dan dia ketawa.
"Yaampun Kanyaa," Akbar masih ketawa sendiri lalu dia menggenggam tangan gue yang lagi memegang bantal.
"Gue gapeduli lo suka sama siapa.Gue ngga peduli lo itu bawel dan kadang ngeselin.Gue ngga peduli kalo lo lagi PMS kayak apaan. Gue gabakal kapok sama lo.." tutur Akbar pelan dengan senyuman di suaranya. "Gue betah lah temenan sama lo. Sampe kapanpun, apapun yang terjadi gue selalu ada buat lo. Kalo misalnya nanti lo udah jadian sama Raihan atau cowok beruntung lainnya dan dia macem-macem, lo bisa panggil gue."

Gue ngga bisa berkata apa-apa. Kenapa Akbar sebaik ini? Kenapa dia belom move on dari Tamara? Kenapa gue gak bisa suka sama orang lain selain dia?

"Lo mending pulang sekarang, Bar. Udah sore dan besok sekolah." Kata gue pelan setelah lama mencerna kata-kata dia.
"Gue mau nemenin lo,Nyaa.gak gabut apa?" Kata Akbar sambil mencibir dan nyenggol gue.
"Haha gapapa Bar. Udah pulang sana." Gue mendorong pundak dia.
"Yaudah. Istirahat ya, Nya.cepet sembuh." Akbar mencium kening gue dan walaupun singkat, gue masih bisa merasakan bagaimana rasanya. Akbar beranjak dari kasur gue dan sebelum dia keluar,dia balik badan dan senyum ke gue tapi dengan raut sedih di mukanya. Beberapa detik setelah Akbar pergi, abang gue masuk kamar.

"Sedih amat muka lo abis dikunjungin kesayangan." Gue mematai bang Putra dengan tatapan sinis tapi kemudian gue malah menguburkan muka gue di bantal dan nangis lagi.
"Move on susah banget ya." rintih gue sambil tertawa dengan air mata yang terus mengucur.
"Aduh Kanya, dia ngapain lagi?" Bang Putra duduk di kasur dan menarik gue dari bantal-bantal supaya gue duduk dan menghadap dia.

Gue menghapus air mata gue dan menarik nafas panjang, menenangkan diri sebelum gue cerita apa yang terjadi. Mulai dari gue liat chat Akbar sama dia yang namanya gamau gue sebut lagi, sampai apa yang Akbar bilang ke gue tadi.

"Yaampun Kanya sabar banget jadi lo aduh." Bang Putra memeluk gue dengan erat.
"Duh gue harus apa...." Tutur gue pelan sambil lepas dari pelukan abang yang maut.
"Ya lo berarti harus berusaha suka sama Raihan..Dia baik kok, Nya. Asik juga, tipe lo sih kayaknya." Bang Putra menggaruk-garuk kepalanya seakan masih mikir.
"Tapi dia bukan Akbar"
"Namanya juga move on. Ya jangan cari yang kayak Akbar lah. Gimana sih nih adek gua?" Gue hanya terdiam dan membayangkan gimana hubungan gue sama Raihan nanti.
"Adeknya Adam sekelas sama lo kan?" tanya bang Putra, memecah keheningan.
"Alif?" tanya gue.
"Iya." jawab bang Putra dengan anggukkan.
"Dia kan sodaranya Akbar. Sama aja itu mah, aku juga gamau nikung Alara." Kalau Alara denger gue,dia pasti udah ngomel.
"Alara yang waktu itu?"
"Iya."
"Hmm.Temen lo pas SD? Siapa tuh yang gembul?"
"Daffa? Udah langsing banget dia terus ganteng, tapi taken sama Naya."
"Yaudah berarti lo ditakdirkan suka sama Raihan." Bang Putra menepuk lengan gue.
"Aduh apaan sih"

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang