Chapter 10

43.3K 1.4K 13
                                    

Akbar's POV

Gue masuk kamar dengan Kanya yang ngikut di belakang gue. Dia ngeliatin sekitar kamar gue selagi gue mencari kertas survey. "Lo narsis juga ya ternyata." Kata Kanya yang lagi liat foto-foto di dinding dekat meja belajar gue.

"Kan cinta keluarga." Kanya terdiam, kayak lagi mikirin sesuatu. "Lo mikirin apa sih dari tadi?"
"Hah? ngga." Kata dia dengan nada yang sedikit berbeda; sedih.
"Cerita lah, walaupun kita belum deket, tapi kita pasti sahabatan lah." Kata gue sotoy supaya dia kasih tau gue apa yang ada di pikirannya.
"Umm.. gaenak ah ceritain ke orang baru." Kata Kanya dengan raut wajahnya masih agak sedih.
"Emangnya lo belom pernah ceritain ke siapa-siapa?"
"Belom."
"Cerita aja ke gue. Mungkin gue bisa ngasih saran dan lo juga lega jadinya."
"Ceritanya panjang."
"Masih banyak waktu elah, santai."
"Yakin lo mau dengerin cerita gue?" Tanya Kanya dengan nada yang mulai antusias.
"Iyaa, cerita aja!" Kata gue sambil garuk-garuk kepala. Aduh nih bocah. "Duduk gih." Kata gue, menunjuk tempat tidur. Kanya menghembuskan nafasnya dan duduk di kasur gue. Gue ambil kursi meja belajar dan narik kursinya ke depan Kanya yang lagi duduk di kasur gue.Gue membalik kursinya supaya gue bisa duduk dan meletakkan tangan gue di punggung kursinya. Kanya memainkan jari-jari tangannya lalu gue dengan pelan nendang kaki nya supaya dia ngeliat gue dan mulai bercerita.

"Ada hubungannya sama Raihan?" Tanya gue langsung.
"Hah? Ngga bedon." Jawab dia dengan muka merah.
"Terus kenapa, Nya?" Tanya gue yang jadi bingung.
"Tentang keluarga gue sih, tapi ngga penting."
"Yaudah cerita!"
"Eh mending kita selesain PLKJ nya dulu" Kanya ngeles dan berdiri, mau jalan ke tempat tas nya tapi gue menahannya agar dia duduk kembali di kasur.
"Lepasin ah! Kerjain tugas dulu." Jawab dia emosi.
"Gue bakal ngerjain tugas kalo lu cerita dulu." Jawab gue.
"Lepasin tangan gue dulu."
"Tapi abis itu cerita. Kalo gak, gue gabakal ngelepas lengan lo sampe kita selesai survey." Kalimat itu dengan tiba-tiba keluar dari mulut gue dan setelah sadar, mata gue membesar. Kanya malah ketawa sampe pipinya merah lagi.

"Cerita atau gue ngga lepas tangannya." Ucap gue dengan tegas, tapi mulut gue gabisa nahan dan gue ikutan ketawa.
"Yaudah gausah lepas." Tantang si Kanya.
"Ohh nantangin nih?!" Tantang gue balik.
"Ehh?! Tunggu tunggu tunggu." Kanya panik tiba-tiba. "Yaudah gue cerita aja." Dia menarik tangannya dari genggaman gue. Tiba-tiba dia malah kabur masuk kamar mandi gue yang di dalam kamar dan ngunci pintunya.

"LAH? Kebelet lu?" Tanya gue dari luar.
"Aduh iya nih kayaknya bakal lama banget"
"Alah gue tau lo bohong!" Kata gue emosi. Cewek tuh ribet banget astaga apalagi yang satu ini. Masa iya gue ke nyokap, minta kunci kamar mandi kamar gue,sedangkan Kanya ada di dalem. Kan ngga lucu. Gue menghela nafas dan jalan ke depan pintu kamar mandi.

"Nya serius buka." Kata gue memohon.
"Jadi tuh.." Mulai Kanya dan gue mendekatkan kuping gue ke pintu supaya lebih jelas.
"..bokap gue kerja nya di luar. Dia jarang banget pulang dan setiap ada kesempatan liburan sekolah, pasti ada aja rapat atau kerjaan jadi kita gapernah lagi ngabisin waktu sebagai keluarga lengkap gitu......." Gue baru kali ini denger Kanya sesedih ini. Gue masih mending, bokap pulang malem tapi masih bisa jalan bareng dan ketemu tiap hari."..gue kangen dia bar." Lanjut Kanya dengan suara yang lebih sedih seakan menahan tangisnya.

"Nya,gue tau lo pasti sedih banget. Gue yakin dia juga kangen lo. Nanti waktunya pasti dateng kok dan dia balik.Orang sabar tuh balesan nya baik kok." Kata gue nyemangatin dia. Dia terdiam dan pintu kamar mandi nya dibuka. Kanya nunduk dan gue cuma bisa liatin dia sampe dia nengok ke gue. Airmata nya masih menempel di pipi nya yang merah dan mata nya penuh kesedihan. Gue ngga tega liat orang yang kayak gini. Gue narik tangan dia ke pinggang gue dan gue meluk dia. Tangan kanan gue menarik kepalanya ke sisi leher gue dan tangan kiri gue di pinggangnya. Dari bahasa tubuhnya, gue tau dia kaget. Tapi ngga lama,dia meletakkan kedua tangannya dia pinggang gue dan meluk balik dengan erat.

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang