Chapter 56

40.5K 1.4K 62
                                    

Akbar's POV

"Anjir gue gamau mati disini, lebih baik gue jalanin SMA kayak biasa daripada terjebak disini," ucap Kanya panik. Lampu di lift sekarang benar-benar kritis. Tinggal satu yang menyala dan udah redup juga.
"Baar,raaa,liiiff maafin gue kalo ada salah. Ohiya Akbar sebenernya gue suka sama lo selama ini." tutur Kanya sambil ngeliatin kita. Bener-bener udah mabok saking paniknya. Alara hanya tertawa di situasi ini dan Alif keliatan bingung sama Kanya. Tiba-tiba cahaya terakhir di lift mati.Alara yang tadi lagi ketawa sekarang diem. Gue hanya bisa melihat bayangan ketiga teman gue ini.

"Anjir, tangan siapa nih," kata Alara sambil keliatannya megang-megang dinding lift ini. Entah mau ngapain.
"Ra, DIEM!" kata gue dan Kanya makin panik gak ketolongan dan gue cuma bisa genggam tangan dia.
"Ra," panggil Alif. "Itu tangan gue,bodoh"

Semua hening.

"Mau ngapain sih,ra?" Tanya Alif yang udah kesel.
"Nyari tombol emergency."
"Ah gue gamau mati muda." Kata Kanya tiba-tiba.
"Gamau mati jomblo, Nya." Ralat Alara penuh tekanan di kata 'jomblo'.
"Yaudah Nya, kita nikah sekarang aja sebelom mati." ucap gue spontan.
"Punya sodara kok bego banget ya," kata Alif sambil berbisik. Sebelum gue bisa berontak, Alara menemukan tombol emergency nya dan suara petugas langsung menyapa kami. Alif berbicara dengan petugasnya dan dia bilang bahwa dia udah mengirim teknisi.
"Pak secepatnya!" kata Kanya dan sepertinya dia duduk. Lift semakin pengap kalau kita semua bergerak, apalagi Kanya yang daritadi gabisa diem. Alif selesai berbicara dengan petugas tadi lewat speaker dan kita semua akhirnya ikutan duduk di lantai. Gue bersebalahan dengan Kanya, dan dari bayangan sepertinya depan gue Alara baru sebelahnya Alif.

"Gak heran gue hal kayak gini terjadi dan gue terjebaknya sama kalian." tutur Alara pelan tapi seakan ada senyum dari suaranya.
"Bala lo semua," kata Alif yang disertai tawa pelan.
"Ya apapun kan bisa terjadi. Terima aja haha." Kata gue. Tiba-tiba gue merasakan sesuatu di pundak gue.
"Erm ini..Kanya?" Tanya gue, berusaha untuk melihat mukanya.
"Bukan, Bar." Jawab dia sarkastik.
"Kenapa lo?"
"Ngantuk. Panas." Cuma itu respon Kanya. Entah berapa lama kita berempat duduk dan akhirnya lift berkerja lagi.

Setelah itu kita ke kamar dan langsung beres-beres siap untuk tidur. Tetapi setelah itu Kanya engga bisa tidur dan malah keluar ke balkon kamar dia. Karena kamar kita ada connector door dan kamar mandi cuma satu, kita udah sepakat untuk pintunya tetap di buka. Karena gue juga belom ngantuk akhirnya gue menghampiri Kanya ke balkon.

"Kanya, tadi yang di lift lo jujur banget banget atau banget aja?" Tanya gue, membuka percakapan.
"Kalo pun iya, bukan masalah besar buat lo, Bar." Kata dia dengan nada rada lemes.
"Eh kenapa lu baper gini?" Jawab gue, mungkin dia masih capek karena tadi stuck di lift.
"Kalo misalnya besok gue pergi gimana, Bar?" Kata Kanya tiba-tiba. "Pergi kemana?" Tanya gue heran.
"Kayak pergi ninggalin lo."
"Apaansi Nya? Gajelas dah lu."
"Lo bakal biasa aja kan?"
"Kanya lo kenapa dah?" Tanya gue.
"Ih serius, kalo misalnya gue ga ada di dunia lo, lo bakal biasa aja kan? Atau malah bisa lebih bahagia gitu?" Tanya dia lagi. Setelah Kanya mengucapkan perkataan itu, gue memutuskan untuk memeluk dia dari belakang dan dagu gue bertumpu di kepala dia.

"Nya, jujur aja ya gue sebenernya seneng banget bisa ketemu lo. Bayangin kek kita kelas 10 se bodoh apa sampe pura-pura pacaran biar lo gak diterkam fans nya Raihan. Terus lo tiap Senin selalu ke rumah gue buat ngerjain PR mtk padahal kita malah ujung-ujungnya gosip. Gue ngga ada bosennya sama lo Nya. Walaupun lo ngelakuin hal bodoh-apalagi cara lo nyari cowok tuh payah banget."

"Gue ngga kapok buat jadi temen lo, ngasih lo nasehat. Jangan pernah mikir gitu Nya, gue ga akan se-seru ini kehidupan SMA nya kalo ngga ada lo. Walaupun lo dulunya takut banget ngelanggar peraturan karena katanya bisa bikin masa depan suram, tapi karena lo gak keterima OSIS jadinya malah brutal gini bareng gue haha. Jangan sedih gitu ah Nya, gue gabakal ninggalin lo kok." Tutur gue panjang dan masih memeluk Kanya sampai saat ini.

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang