10. Ini tentang Raisa

Magsimula sa umpisa
                                    

Sorak-sorak suara lagu di ruang kelas Angkasa terdengar sampai keluar kelas. Saking kencang nya mereka bernyanyi, kelas lain pun ikut bernyanyi. 

Erick, dan Andi memimpin lagu tersebut, mereka menjadi tukang gendang, yang menjadikan meja sebagai alatnya. Sedangkan beberapa murid lain ikut bernyanyi, dengam ember, sapu, kain pel, dan beberapa alat kebersihan sebagai band nya. 

“Akang gendang, kalau saya bilang muter, muter,” sahut Aan sembari menggoyangkan pinggulnya. Sontak kelakuan Aan menjadi gelak tawa kencang yang terdengar. “Muter, muter, muter!!” sahutnya. 

“Akang gendang kalau saya bilang maju, maju ya?” sahutnya kembali. “Maju, maju, maju!!” ujarnya. 

“GOYANG TERUS, AN!!” sahut seluruh kelas menertawakan nya. “Bahenol, An!! Kayak Bu Endang jogetnya, pakai ahhhh mantap,” sahut mereka kembali. 

“Woi semua jangan lupa saweran nya, kalau ngga nyawer, mending pulang!!” ujar Hafiz. “Akang gendang, sama biduan nya mau konser yang lain.” 

“Konser apaan tuh?!” sahut anak kelas mereka. 

“KONSER BTS, BARISAN TUKANG SINGGAH!!” sahut anak Razel di akhiri gelak tawanya. 

“Cocok emang!! Muka tukang singgah semua, lo!!” ujar para siswi perempuan. “Apalagi modelan kayak Aan sama Erick, bisa nya singgah!” 

“Nanti malem, babwang calling eneng,” sahut Aan memperagakan gaya telepon di telinga nya. “Kita urus berkas buat ke KUA, oke?!” 

Angkasa tersenyum tipis melihat kelakuan para sahabatnya. Kelakuan absurd yang mereka lakukan, membuat kehangatan di kelas ini selalu tercipta. Biasanya para murid akan selalu berkumpul, bernyanyi, dan melakukan semuanya bersama. Mereka akan mengingat itu ketika mereka lulus nanti, masa SMA adalah masa yang paling indah bagi semua orang, mendapatkan teman baru, mengenal satu sama lain, dan menjadi kenangan yang tak aka terlupakan nantinya. 

“Si Aan ngajak ke KUA, ketemu Bapaknya Ocha aja langsung kabur,” sahut Robi. “Palingan Aan mau nikmat nya doang, hati-hati Cha, habis lo sama Aan.”

Raisa tersenyum kepada Angkasa lalu melambaikan tangan nya ke udara dari depan pintu kelas. Angkasa ikut tersenyum, membuat para murid yang menatapnya seperti terhipnotis oleh ketampanan sang lelaki. Mereka melihat arah laju pandang mata Angkasa ke arah pintu, pasalnya di pintu banyak sekali anak murid, jadi mereka belum tau. 

“Mau kemana?” tanya Robi dan Hafiz sigap ketika melihat Angkasa sudah bangkit. 

“Raisa,” Angkasa langsung melewati kerumunan kelas, dan mencari keberadaan Raisa yang sempat hilang dari pandangan matanya. 

Dia tersenyum lebar ketika Raisa tengah menyender di dinding, dengan tangan yang memegang kotak makan kecil. Angkasa mendekat, lalu mengusap kepalanya. Raisa yang di perlakukan seperti itu, tentu saja terkejut oleh sikap Angkasa. 

“Makan siang bareng?” tanya Raisa mendongak menatap Angkasa yang jauh lebih tinggi darinya. “Ngapain di kelas tadi?” 

“Gak ngapa-ngapain,” balas Angkasa. “Makan di kantin depan aja, kalau di kantin belakang ramai. Gak enak, kalau lagi berduaan di ganggu.”

Raisa mengangguk mengiyakan. Dia berjalan di belakang Angkasa dengan pandangan tertunduk. Dia yakin bahwa para penggemar Angkasa akan menyerbu nya, jika Raisa berdekatan dengan Angkasa. Kejadian kemarin saja, masih di bicarakan sampai kini. Dengan cemooh kata kasar, yang membuat Raisa merasa tidak nayaman. 

Merasakan tidak ada Raisa di sebelahnya, Angkasa pun menoleh. Dia terkejut ketika Raisa menubruknya dari belakang. “Ih!!” sahut Raisa kesal mendongak. 

“Kamu kalau berhenti ngomong dulu dong!! Aku jadi nabrak kamu terus tau!!” ujarnya. “Ngapain sih?!” 

“Kamu yang ngapain?” kata Angkasa dingin. “Kalau jalan itu di sebelah aku, lihat ke jalanan, bukan lihat sepatu.” 

Dengan spontan, Angkasa merangkul Raisa, dan berjalan beriringan bersamanya. Beberapa murid yang berlalu lalang menatap mereka iri. Angkasa dengan mudah nya merangkul seorang perempuan di sekolah, dan berjalan dengan santai. 

“Lepas deh,” kata Raisa gemas. Tangan besar Angkasa memang terasa berat di pundaknya. “Angkasa lepas dong!! Malu tau di lihatin murid lain sama guru!!” 

“Gak peduli,” balas Angkasa enteng. Dia tetap berjalan dengan tangan yang satunya lagi berada di saku celana. Angkasa memang di segani oleh kalangan murid di sini. Dia juga anak murid yang ramah, hanya saja kepada lelaki, bukan dengan perempuan. Angkasa sudah jarang berkomunikasi, semenjak dia mengenal Razel. 

Razel adalah aset penting dalam hidupnya. Gak bisa tergantikan oleh apapun. Jabatan pemimpin Angkasa, kini dia pegang dengan sangat hati-hati, hingga Gangster lain pun tidak akan bisa menjatuhkan seorang Angkasa. 

Angkasa di kenal dingin dan kejam jika bermain di wilayah nya. Angkasa tidak akan segan-segan mempertaruhkan nyawa nya hanya untuk Razel. Angkasa adalah laki-laki yang memiliki banyak musuh, dan memiliki puluhan wilayah. Dia terkenal sadis, kepada seseorang yang menyentuh apa yang menjadi milik Angkasa. Bahkan termasuk Raisa. 

Sekarang Raisa adalah kehidupan Angkasa. Jika ada Raisa, maka ada Angkasa. Jika ada yang menyentuh Raisa, maka Angkasa yang akan menjadi tameng nya. Angkasa menjadikan Raisa sebagai ratu di Razel sejak kemarin. Angkasa tidak akan membiarkan siapapun, menjatuhkan harga diri perempuan yang dia cinta. 

Bahkan jika nyawa taruhan nya sekalipun. 

ANGKASA (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon