ALMA

6 0 0
                                    

Talisha Alma.

Gadis kelas 11 di sebuah SMA yang terletak di tengah padatnya hirup pikuk ibukota. Hidupnya sempurna, Ibu dan Ayah yang memberikannya kasih sayang, harta yang berlimpah, juga seorang pemuda yang teramat menyayanginya.

Dia anak tunggal. Sewaktu kecil, dia merasa kesepian karena tidak ada yang bisa ia ajak bermain. Beruntung, ia memiliki Ibu yang sangat pengertian. Ibunya berhenti bekerja karena putrinya lebih membutuhkan dirinya.

Semua barang yang ia kenakan merupakan merk ternama, semua original. Tidak ada yang KW.

Kehidupan sekolahnya tak kalah sempurna. Dia terkenal, dia disegani dan dia dianggap gadis tercantik di angkatan.

Alma tidak pernah menyombongkan dirinya, ia gadis baik, rendah hati, dan ramah. Ia tidak suka dipandang hanya dari apa yang ia miliki saat ini. Karena bagi gadis itu, hartanya bisa hilang sewaktu-waktu.

Soal cowok yang menyayanginya.. Ya, Alma punya. Kastara. Cowok yang sudah menjadi pacarnya semenjak kelas 10 semester 2. Bagi Alma, Kastara adalah jelmaan malaikat yang turun ke bumi untuk menemaninya menjalani kehidupan sekolah.

Kastara pintar, sangat pintar. Berbeda dengan Alma yang bodoh dan susah mengerti pelajaran.

Malam ini, pintu rumah Alma diketuk. Kondisi diluar sedang cerah dan banyak sekali bintang yang muncul. Ibu Alma, Oni, membuka pintu dengan senyum lebar terpatri di wajah.

Seseorang memandang sendu kearah Bu Oni, "Bu, suami ibu dibunuh. Maafkan saya, Bu. Saya gagal menjaga Bapak." Pak Dawan, sopir pribadi Ayah Alma menangis.

Wanita berkepala empat itu tidak menyangka, ia hanya mematung di tempatnya. Batinnya berkecamuk, benarkah suami yang ia cintai sudah pergi? Dan bagaimana reaksi putrinya bila mendengar semua ini?

"Pak, Bapak nggak bercanda 'kan? Mana mungkin suami saya dibunuh?" tegas Oni, ia masih belum siap dengan semuanya.

"Benar Bu, s-saya minta maaf. Maaf sudah gagal menjaga Bapak," lirih sopir itu pelan.

Ctaaaarrrrrr

Bunyi gelas pecah berasal dari tangga, disana, Alma berdiri dengan tangan membekap mulut. Ponselnya jatuh menjadi keping-keping. Gadis itu menangis, ia belum mau kehilangan Ayahnya. Ia masih butuh kasih sayang Ayahnya.

"Ibu, A-ayah nggak mungkin dibunuh 'kan Bu? Pak Dawan? Bapak bohong 'kan sama kita?" suara gadis itu bergetar. Dadanya sesak mengingat ia belum sempat bertemu Ayahnya hari ini. Ayahnya berangkat terlalu pagi sehingga Alma tidak sempat diantar olehnya.

"Kalo Bapak bisa, Bapak maunya juga bercanda, Non," jawab Pak Dawan sembari mengusap pipinya.

"Gimana bisa Ayah dibunuh? Ayah nggak punya musuh di bidang bisnis, Ayah bisnis bersih," tanya Alma dengan nada rendah.

Air yang mengalir di pipi tirus Pak Dawan semakin deras, ia tidak tega bila harus membeberkan fakta ini. Namun, majikannya perlu tau hal ini.

"Non, Bu, sebenernya Bapak dibunuh sama polisi. Bapak bandar Bu, bandar kelas kakap."

Dua perempuan yang ada di ruangan tersebut terpaku. Air mata bercucuran dari mata keduanya, gelengan pelan tanpa sadar dilakukan. Ayah? Pria baik dan penuh kelembutan itu adalah bandar narkoba? Pikir Alma tak percaya.

"Pak Dawan bohong! Alma nggak percaya sama Pak Dawan! Ayah nggak mungkin kerja kotor kaya gitu!"

Sementara perempuan dewasa masih tak bisa membuka mulutnya. Ia terlalu kaget. Suami yang ia cintai dan ia banggakan mengalami akhir hidup yang seperti ini.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka, dilihatnya ada 4 orang berpakaian santai namun mengenakan jaket kulit. Tampak seperti gangster.

Alma mengira yang mengetuk pintu adalah Ayah, namun dugaannya salah. Ia tidak mengenal wajah pria-pria itu.

"Maaf, cari siapa ya?" tanya Alma dengan suara bergetar.

"Benar ini kediaman Bapak Faruq?"

"Iya, ada apa ya?"

Kini, Bu Oni sudah mampu membuka suaranya.

"Maaf ibu, saya harus menyampaikan kabar kurang mengenakan. Suami ibu, tewas dalam penagkapan. Dan aset-aset berharga milik suami ibu, harus kami ambil sebagai barang sitaan."

Bu Oni semakin meneteskan air matanya, ia tidak menyangka semua yang ia miliki akan hilang dalam sekejap mata. Suami yang ia sayang, dan semua barang yang ia beli dengan susah payah.

"Tapi Pak, saya tidak pernah membeli barang-barang dengan uang hasil narkoba suami saya. Apa itu sepadan dengan yang akan Bapak ambil?"

"Suami Ibu tidak hanya bandar. Namun, dia telah menggelapkan uang perusahannya sendiri yang kami ketahui untuk membeli beberapa resort dan mobil mewah."

"Bapak nggak usah ngaco! Ayah saya nggak punya tuh resort ataupun mobil mewah! Keluarga kami nggak suka foya-foya, Pak!" dada Alma naik turun menahan emosi.

"Semua itu tidak beliau simpan disini, namun di Bali. Jadi, kami harap kerja sama Ibu dan Adik demi kelancaran penyelidikan," ujar polisi itu, lalu pergi.

Setelah beberapa langkah menjauh, seorang polisi datang dan menyentuh bahu Alma.

"Saya tau kamu merasa kehilangan. Tapi, apa yang Ayah kamu perbuat tidak bisa dianggap sebelah mata. Kamu harus kuat ya."

Semenjak itu, roda kehidupan Alma berputar.

———
Haiii
Gimana sisi Alma? Udah nemu point-nya belum?

Jangan lupa vote ya, karna vote itu gratis!

Spam komen biar aku semangat updatenya

See you!!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 11, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KamaWhere stories live. Discover now