• | Prolog | •

211 15 1
                                    

•oOo•

Gerombolan siswa SMA BIMA SAKTI baik putra maupun putri berbondong bondong menuju ke arah mading sekolah yang terletak di seberang Ruang Guru, bertujuan untuk melihat isi dari beberapa lembar kertas yang tertempel dimading tersebut. Diketahui kertas itu berisikan list "Pembagian Kelas" tahun ajaran baru.

Sudah menjadi kebiasaan SMA BIMA SAKTI, bahwa setiap semesternya akan diadakan rolling kelas berdasarkan perolehan nilai semester yang kemudian akan diperingkat dari nilai yang paling tinggi ke paling rendah. Dengan maksud, hal ini akan memacu minat dan semangat belajar siswa.

Mereka rela bersedak desakan demi melihat daftar kelas yang akan mereka tempati, tanpa memerdulikan siswa lain yang berukuran kecil. Alhasil, terjadilah aksi saling dorong mendorong.

"EH ANJING, KAKI GUE SETAN". Seorang siswa laki laki dengan jambul tegaknya berucap kesal, lantaran kakinya yang terinjak oleh  beberapa siswa lain yang sedang sibuk berdesak desakan.

"SUMPAH, BARUSAN GUE LIAT HURUF DEPAN NAMA GUE. LAH SEKARANG ILANG LAGI TAIII". Lanjutnya semakin kesal, sembari tangannya ia gunakan untuk menggeser paksa siswa siswa didepannya.

"Woi woi woiii, kira kira dong. Badan lo yang segede gini, jangan lo paksa masuk kerumunan. Untung gue kaga mati kegencet asw". Umpatannya semakin menjadi kala badannya tidak sengaja oleng karena tersenggol oleh siswa lain yang berbadan besar, jauh melebihi dirinya.

Lain halnya siswa berjambul tadi yang mengumpat kesal, kedua siswa  yang berstatus sebagai sahabat dari siswa berjambul tadi hanya dapat terkikik geli melihat kelakuan sang sahabat dari luar kerumunan. "Udah, Ngga. Ntaran aja liatnya, masih  penuh. Lo pengen mati kegencet badan bongsornya si Bobi?". Siswa yang berambut ikal berucap, dan seketika mengundang tawa siswa disebelahnya.

"Ini namanya perjuangan sob, kalian berdua mana paham". Angga kembali menyahut dengan setengah berteriak, sambil terus mencoba menerobos kerumunan. Sedikit lagi ia sampai ke garda depan.

"Perjuangan mbah mu".iswa yang sejak tadi hanya tertawa akhirnya turut mengeluarkan suaranya.

Beberapa detik kemudian Angga kembali berteriak, kali ini sangat nyaring, sampai sampai siswa lain menutup lubang telinga mereka. "VAREN, GUE DAPET NAMA LO. TAPI NAMA ARGA KAGA ADAAA".

Mendengar hal tersebut Varen dan Arga langsung mendekat menuju kerumunan. Para siswa yang melihat keduanya berjalan mendekat pun dengan mudahnya bersedia meminggir dan memberikan jalan.

"Aahhh, tau gitu mah gue nyuruh lo berdua aja yang liat nama kita, secara kalian gampang banget nyuruh orang laen minggir. Lah gue, mesti kegencet dulu anjir. Tega yaaa kalian". Angga berucap kesal, lantaran merasa usahanya sia sia.

"Halah lebay lo.... Udah mana gue pengen liat". Seusai mendengar ucapan Varen, Angga langsung menunjuk salah satu lembar kertas yang bertuliskan "XI MIPA 7". "Itu nama lo". Sambil menunjuk nama Varen. "Trus ini nama gue". Sambil menunjuk namanya sendiri pada lembar itu.

"Tapi gue kaga nemuin nama Arga dikelas kita". Tambah Angga lagi, menjelaskan.

"Ga, kita ngga sekelas". Merasa tidak menemukan nama Arga pada lembar kelasnya, Varen langsung menuju ke lembar yang berkemungkinan besar terdapat nama Arga didalamnya. Dan benar saja, nama Arga tertulis disana.

"1. Arganesha Deva T."

Namanya tertulis di nomor pertama, dilembar kertas pertama yang bertuliskan "XI MIPA 1". Yang mana kelas tersebut merupakan kelas unggulan SMA BIMA SAKTI.

"Lo di MIPA 1, Ga".

Mendengar hal itu, tangan Arga langsung bergerak menulusuri kertas kertas yang tertempel disana. Dan setelah memastikan namanya benar benar tertulis disana, Arga mengernyit tanda tak suka.

"Ga, lo kelas unggulan". Ucap varen hati hati.

"Lagi". Kali ini Angga yang menyahut.

Tanpa berfikir dan tanpa mengucap sepatah kata pun, Arga melangkah meninggalkan kerumunan yang bukannya berkurang massanya, namun malah bertambah dan didominasi oleh para siswa yang sudah mulai berbisik dan bergosip. Sudah dipastikan bahwa Arga lah topik mereka kali ini.

Mengetahui kemana Arga akan pergi, Valen dan Angga pun langsung berlari menyusul sang sahabat, menyamakan langkah untuk menuju kesatu tujuan.

"Ruang Kepala sekolah".

oOo•

28 Maret 2020

ARGANESHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang