46. Pengorbanan Alya

333 21 0
                                    

Alya dan dokter Anisa sudah kehabisan cara untuk membujuk security itu. Beruntung mister Tom datang. Akhirnya mereka dapat terlepas dari jeratan security itu.

"Kami sudah kehilangan banyak waktu kami, maafkan kami kami harus mengambil keputusan akhir"
"Terdakwa dinyatakan ber...."
"Tunggu....!"

Alya berteriak lantang. Menghentikan sang ketua hakim untuk melanjutkan kata-katanya. Semua mata mengarah pada Alya yang sudah tersungkur di mulut pintu utama pengadilan tinggi Changi Bay East itu.

Tubuhnya yang basah kuyup terlihat gemetar. Kakinya yang bengkak semakin memerah dan bercak-bercak darah yang keluar dari tangan dan kakinya semakin deras. Wajahnya pucat pasi, seperti tak ada aliran darah yang mengalir. Libra begitu gelisah melihat orang yang dikasihinya terkulai lemah. Dia berdiri. Bersiap melarikan dirinya ke arah Alya, namun dua orang polisi yang berada di sisi kanan dan kirinya menahannya.

Terlihat dokter Anisa menyusul Alya di belakangnya. Raut wajahnya lebih baik dari pada Alya meski dia juga basah kuyup. Om Firman dan Kak Alfin beranjak menghampiri mereka. Membimbing Alya menuju kursi yang telah disediakan. Alya menatap lekat wajah Libra. Bilur demi bilur air mata telah mengintai pelupuk matanya. Berusaha tersenyum untuknya.

Setelah situasi sudah mulai tenang sang ketua hakim mempersilahkan Alya untuk menunjukkan bukti-bukti yang dia miliki. Alya menyerahkan sebuah kaset.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh...."
"Perkenalkan nama saya Abdul Aziz, saya berkebangsaan Singapore-Taiwan. Saya adalah bendahara proyek baru milik bapak Mohammad Ali Ibrahim atau yang sering di panggil bapak Libra yang bekerja sama dengan salah satu perusahaan ternama di Singapore, milik mister John. Yang pertama lewat rekaman ini saya ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada bapak Libra dan mister John juga ibu Alya beserta dokter Anisa yang menjadi korban kesalah pahaman ini. Yang harus bela-belain terbang dari Singapore menuju Amerika. Isteri bapak Libra telah menceritakan kejadian yang terjadi di Singapore. Bapak Libra bukanlah seorang koruptor. Semua itu berawal dari saya. Selama dua bulan saya sudah tidak berada di Singapore, karena saya menjalani pengobatan kanker paru-paru dan hati saya di America. Saya sempat berpamitan pada sekretaris proyek pak Libra dan menitip salam kepada beliau ketika beliau kembali berkunjung ke Singapore. Saldo uang yang tersisa di brankas kantor saya itu benar adanya. Tapi bukan bapak Libra yang menggunakan. Sayalah yang menggunakan uang itu untuk mengimpor kebutuhan-kebutuhan pabrik. Saya sengaja mengambil uang itu karena saya tahu bahwa beberapa bulan ke depan bapak Libra tidak akan berkunjung ke Singapore. Saya bermaksud akan melaporkan hal itu kepada beliau lewat email, tapi kanker yang diderita saya semakin parah. Dan akhirnya saya terpaksa terbang ke America tanpa sepengetahuan beliau dan saya lupa menitip laporan itu kepada teman saya. "

Terlihat dalam rekaman itu Mister Abdul Aziz menampakkan laporan tentang pengeluaran uang yang diduga disalah gunakan oleh Libra, beberapa kwitansi pembelian barang dan surat-surat dari kantor pos.

"Yang terakhir... Mister John... cabutlah tuntutan anda kepada bapak Libra, beliau sama sekali tidak bersalah. Sekali lagi maafkan saya."

Palu diketuk tiga kali. Keputusan akhir dari kasus ini pun diambil. Libra dinyatakan bebas dari hukuman. Mister Tom menjabat tangan Libra begitu ketiga hakim pengadilan tinggi Changi Bay East menuruni podium. Mister Gerry tersenyum lebar kepada Libra. Menjabat tangannya, memeluk erat tubuhnya dan meminta ma'af atas perbuatan kasarnya. Ketiga hakim itu juga menjabat tangan Libra dan mengucapkan selamat atas semua yang telah terjadi. Alya masih tetap mematung. Takjub dengan peristiwa yang dialaminya barusan.

Libra beranjak menemui orang yang sangat dirindukannya. Yang selalu muncul dalam setiap doanya. Orang yang telah memiliki tempat istimewa di hatinya. Alya; sang isteri tercintanya. Sejurus kemudian tatapan mereka saling beradu. Keduanya tak mampu mengutarakan isi hati masing-masing dengan kata-kata. Hanya tatapan mata sipitnya yang mulai digenangi bilur-bilur air matalah yang berkata, mewakili perasaan hatinya yang begitu bahagia.

"Mas Libra...."

Alya menghambur ke pelukannya. Untaian kalimat tasbih dan tahmid tak henti-hentinya mengalir dari bibir merahnya. Air mata yang sejak tadi mengintai pelupuk matanya pun tak dapat tertahankan. Dia biarkan ia mengalir begitu saja. Begitu pun Libra.

"Subhanallah... Terima kasih ya Allah... Engkau telah mengembalikan suami hamba... terima kasih ya Allah...."
"Iya sayang... mas kembali, mas sangat merindukan kamu, apa kamu baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja mas..."

Semua yang hadir disana bagai tersihir mantra-mantra, seketika hening menyaksikan adegan itu. Mata-mata mereka mulai basah. Wajah-wajah mereka tertunduk. Terharu. Ikut merasakan kebahagiaan yang tengah mereka rasakan.

Flasshback off

Libra terisak. Dia menyeka matanya yang basah. Wajah yang waktu itu benar-benar teduh seperti tak menyimpan apapun, wajah yang terlihat begitu asri meski terlihat agak sedikit pucat, kini benar-benar telah mengungkap rahasianya, bahwa dia sebenarnya sedang sakit.

"Sayang... kenapa kamu gak pernah cerita sama mas kalau kamu sakit, Seandainya mas tahu mas pasti gak akan berangkat ke Singapore."
#####

Bidadari Surga 2 (Tamat)Where stories live. Discover now