44. Om Firman

268 17 0
                                    

"Tom...!"

Seorang petugas bernama mister Gerry meneriaki mister Tom dari bingkai pintu koridor itu. Wajahnya merah padam. Memberi isyarat agar Libra segera dikembalikan ke tempatnya.

Dengan sedikit menghela napas berat, mister Tom menarik lengan Libra. Tak sedikit pun Alya menampakkan wajah sedihnya di depan Libra. Wajahnya tetap sumringah. Tak ingin memperlihatkan aura kesedihan di hadapan suami tercintanya. Wajah itu tetap tersenyum meski hatinya bagai di sayat pedang yang tajam. Mata itu terus memandang tubuh kurus suaminya yang semakin menjauh.

Gelap. Mata Alya tiba-tiba gelap. Dia kehilangan kesadarannya. Pingsan. Libra menepis tangan kekar yang menjerat lengannya. Berlari menuju arah Alya yang semakin lemah. Mister Gerry berteriak lantang pada mister Tom. Namun mister Tom tak mampu melakukan sesuatu. Membiarkan Libra memeluk isterinya. Dokter Anisa mengambil langkah cepat menghampiri mister Gerry.

"Mister... Please.... help me. Allow Libra to accompany Alya. I promise, he will return after Alya aware!"

Dokter Anisa memasang wajah melas di depan mister Gerry. Tanpa menjawab dokter Anisa, petugas itu memberi isyarat kepada mister Tom untuk mengawal Libra. Dokter Anisapun membawa Alya ke rumah sakit tempatnya bekerja.

"Mas..."

Alya membuka matanya. Tersenyum. Meski dalam kondisi lemah. Berusaha menghibur Libra yang masih menitikkan air mata dari dua kelopak matanya yang indah.

"Mas, jangan bersedih aku baik-baik saja."
"Kamu harus pulang sayang, biar aku minta tolong dokter Anisa untuk menelfon om Firman atau tante Ratih dan tante Rifqa untuk menjemput kamu, kamu gak aman disini"
"Nggak mas, aku akan tetap disini sampai urusan kamu selesai."
"Mas harus percaya sama aku, aku baik-baik saja mas."

Alya berusaha bangkit. Berusaha untuk tetap menyunggingkan senyum di hadapannya meski terasa berat. Tak ingin dia bersedih. Libra mengecup lembut keningnya. Satu jam berlalu, Mister Tom membawa Libra kembali ke kantor polisi. Seorang petugas kepolisian Singapore yang sangat perhatian terhadap mereka. Dia lah yang telah memberi tahu semua tentang prosedur-prosedur yang harus mereka lalui dalam menindak lanjuti kasus ini.

"Om Firman, bisa ketemu Alya sekarang?"
"Iya sayang, kamu kenapa? Kamu dimana?"
"Changi Bay East om.''

Empat jam kemudian, om Firman sudah tiba di bandara Changi dan langsung menuju tempat tinggal dokter Anisa.

Sejurus kemudian mobil sedan warna birunya sudah bertengger di depan rumah dokter Anisa. Alya menghambur ke pelukan om Firman begitu tiba di ruang tamu. Tak ada yang mampu Alya lontarkan. Diam, membeku. Rasa ingin tahu tentang apa yang terjadi telah menyergap dada om Firman.

Satu kali. Dua kali. Om Firman berusaha bertanya kepada Alya. Namun, Alya tetap membisu. Menitikkan air mata di dua pipinya yang memerah. Dokter Anisa menggigit bibir. Betapa dia sangat mengerti dengan perasaan Alya saat ini.

"Pak Firman izinkan saya yang menceritakan semuanya"

Dokter Anisa pun menceritakan apa yang dia ketahui dari Alya. Sesekali om Firman menggigit bibir. Menghela napas berat. Senyap. Suasana menjadi hening. Alya tak mau melepas dekapan om Firman. Merasakan kehadiran sang ayah tercinta dalam dekapannya.

"Yes mister Tom? Oh ok, thank you for your information. I and my friend will take care of it. Yes. Soon. Ok see you."

Dua pasang bola mata Alya dan om Firman membulat mendengar percakapan dokter Anisa. Alya melepas pelukannya. Meminta penjelasan tentang apa yang dikatakan mister Tom. Om Firman meraih ponselnya. Menghidupkannya. Mencari nomor kontak tante Rifqa dan tante Ratih, kedua adiknya yang masing-masing berada di Sumatera Utara dan Malang. Memintanya untuk menyusul mereka ke Changi Bay East. Dia membutuhkan pertolongan mereka. Mereka termasuk seorang pengusaha perempuan yang hebat. Mampu menyelesaikan problematika yang terjadi dalam lingkungannya dengan cukup mengesankan.

"Kita tidak punya waktu yang banyak untuk menyelesaikan masalah ini. Jika dalam dua kali dua puluh empat jam kita tidak bisa mengumpulkan bukti-bukti yang kita butuhkan, perkara ini akan semakin rumit, karena Libra akan di pindah ke kejaksaan, di penjara terbesar kota Changi."

Kak Alfin menjelaskan. Om Firman, tante Ratih, tante Rifqa, dokter Anisa pun Alya manggut-manggut mendengarnya. Membeku. Berharap bisa mendapat petunjuk dalam menindak kasus ini. Setelah beberapa waktu mereka mulai membagi tugas untuk menyelesaikan kasus ini. Alya dengan dokter Anisa, tante Ratih dan tante Rifqa, om Firman dan kak Alfin.

Bidadari Surga 2 (Tamat)Onde histórias criam vida. Descubra agora