sebenarnya waktu menengah pertama mereka pernah beda kelas tapi hanya miko saja karena nilainya turun dan harus terpisah tapi miko tak terima ia protes ke kepala sekolah dan guru bk sampai ia membawa orang tuannya menyuruhnya satu kelas lagi sama ardi dan caca, awalnya kepsek dan BK tidak menerima usulan miko tapi miko tetap kukueh ingin satu kelas sama mereka sampai sampai ia mengancam orang tuanya berhenti menjadi donasi disekolahnya, alhasil yang namanya orang indonesia kalau sudah berhubungan dengan uang pasti menang.

"eh nanti kayaknya ada rapat deh, gimana kalau nanti kita jalan jalan ke mall"ujar miko

"setuju"seru caca"eh tapi lo jangan sebar hoax"

"bener, nanti aja bonyok gue rapat disini katanya para donasi donasi akan melakukan rapat, emang bonyok kalian nggak ikut"

"gue mah apa pernah dikasih tau kek gituan, tatapan muka aja gue udah bersyukur"ucap caca sedikit sensi, pasalnya orang tuanya itu gila kerja semuanya ia hanya tinggal sama adik dan pembantu

"kalau lo mau kan di"

Tangan ardi nenari nari diudara"nggak tau nanti aku pamit dulu sama sama orang tuaku"ucapnya menggunakan bahsa isyarat

"siap di, pokoknya nanti kita haris bersenang melepas penat di otak"

*_____*

Dan benar saja saat jam pelajar ke 4 seluruh siswa siswi dipulangkan, sorak gembira terpancarkan oleh semuanya karena jarang jarang sekolah elit pulang lebih awal

Ardi tadi sudah mengirimkan pesan ke kedua orang tuanya jika dirinya jalan jalan karena pulang lebih awal, setelah mendapati persetujuan ardi baru mau menerima ajakan miko

Miko menyerahkan hodie moca ke arah ardi karena ardi tak membawa hodie ataupun jaket untung saja dimobilnya ada hodie yang sempat ia kenakan semalam dan lupa ia tidak ambil

Caca melepas jas yang ia kenakan diganti dengan balutan hodie merah muda miliknya, miko dan ardi pun juga serupa melepas jas dan dasi yang mereka pakai dan diganti dengan hodie

Miko memakirkan mobilnya diparkiran mall yang sangat luas itu, mereka turun dari mobil langsung bergegas masuk ke mall. Tujuan utama mereka ke sini bermain timezone yang tampaknya belum terlalu ramai karena jam masih menjukan pukul 11 siang

"kita main itu yuk"tunjuk caca ke Street basketball yang ada beberapa meter dari mereka

Miko mengekuarkan powercart dari dompetnya"yah saldo gue kok tunggal ini aja, tunggu disini ya gue isi saldo"ucap miko melenggang pergi

"kamu bawa minum"tanya ardi menggunakan bahasa isyarat, memang miko dan caca sangat lihai memahami bahasa isyarat ardi

"bawa, kamu haus"ardi mengangguk, caca mengeluarkan botol mimum yang ada didalam tasnya lalu ia serahkan ke ardi

Ardi menerima botol minum pemberian caca dan langsung meminumnya"makasih"

"yuk, udah gue isi nih kita puasin mainya"ucap miko baru saja datang

Merekapun mulai bermain street basketball melempar lemparkan bola basket ke ring, setiap miko dan ardi melemparkan bola pasti masuk karna mereka kan ahlinya bermain bola berwarna orange itu, memasukan ke ring jarak jauh dan mendapat tree point saja sering apalagi cuma sekedar permainan timezone tapi beda dengan caca ia hanya memasukan beberapa kali itupun karena ia diangkat miko karena bukan hanay tubuhnya yang minimalis ia juga tak bisa main basket

"kalian curang, seharusnyakan tingginya nyamain gue"gerutu caca, pasalnya tinggi caca hanya 160cm sedangkan ardi dan miko sekitar 185 cm.

"hahaha lo aja yang pendek"ujar miko tak terima

"pokoknya kali ini harus nyamain tinggi gue"

"oke"miko menyamakan tingginya dengan caca dan melemparkan bolanya ke ring dan hap! masuk"tuhkan nggak ngaruh lo aja yang gak bisa, ngaku aja kalau kalah"

"ets permainan disini masih banyak, kalau kalian bisa ngalahin gue, gue akan traktir kalian"

"beneran"caca mengangguk

Merekapun melanjutkan permainan demi permainan yang ada di timezone dan yang terakhir mereka bermain dance dance revalution mereka meloncat loncat seru agar mendapat scor tinggi

Caca turun dari dance dance revalution karena merasa sangat capek kringat membanjiri kening dan lehernya apalagi ia memakai pakaian double yang membuatnya pengap ya walau tempatnya ada AC nya tetap saja ia merasa gerah

"gue menang enam kali, gibran empat kali dan lo dua kali, berarti lo traktir kita kita"ujar bima semangat

Caca memutar bola matanya malas"bacot!"

*_____*

Sepulangnya dari mall ardi langsung pulang ke rumahnya, ya walaupun ia tau kalau dirumah hanya asisten rumah tangganya dan petugas lainya, ia tetap pulang karena tak membuar narti dan gunardi cemas, yap yang cemas mereka bukan orang tuanya, sebenarnya sih gibran dan cika itu tidak benci dengan ardi, cika juga meperhatikan ardi seperti kalayaknya ibu dan anak dan sebaliknya gibran juga menyangi ardi seperti menyangi anak anaknya lainya walaupun tak seperti menyangi fira dan ardo, alesannya cika dan gibran itu mereka sedikit malu jika orang orang banyak yang tau kalau mereka mempunyai anak yang nggak bisa bicara, orang orang taunya anak ke dua dari gibran dan cika sangat pendiam bukan bisu, hanya orang orang tertentu yang tau

"baru aja bibi mau menyuruh pak gun untuk mencari mas ardi karena udah hampir magrib belum pulang, bibi kawatir kalau terjadi apa apa dengan mas ardi"

"maaf"ucap ardi dengan bahasa isyarat

"wis ora popo sekarang mas ardi bersih besih badan, nanti bibi siapin makan malam"ardi mengangguk mengerti.

Setelah selesai mandi ardi langsung turun ke lantai dasar untuk makan malam, ardi mendudukan bokongnya di salah satu kursi meja makan.

Nih mas bibi udah masakin makanan kesukan mas ardi, pasti mas ardi bakal suka"ujar narti menyerahkan piring berisi nasi dan lauk.

"bibi nggak makan"

"bibi udah tadi, mas ardi sih pulangnya kemaleman"

Ardi hanya membalasnya dengan senyuman

"mas ardi tadi nggak lupakan minum obatnya?"

Ardi mengangguk, mana bisa ia melupakan obat penujang hidupnya itu, tapi sesekali ia pernah lupa sih.

Tbc.

why I'm different Where stories live. Discover now