Bab Dua Puluh Delapan

4.2K 1K 169
                                    

Empat puluh menit kemudian, Mandy sudah berada di tempat kejadian perkara dan membawa tujuh anggota kepolisian serta dua mobil ambulans

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Empat puluh menit kemudian, Mandy sudah berada di tempat kejadian perkara dan membawa tujuh anggota kepolisian serta dua mobil ambulans. Lapangan olahraga ramai di setiap sudut oleh orang-orang yang menonton kesadisan pada malam yang baru datang. Mandy berdiri dengan wajah kaku dan tidak sanggup menekuk barang sebentar.

Ivorine dan Clarent, dua remaja perempuan itu sudah mendapatkan pertolongan darurat dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Lima menit yang lalu, Mandy bahkan masih bisa melihat kepala Ivorine yang hampir botak, wajahnya berdarah sambil menjerit-jerit histeris seperti orang gila. Bicara seolah-olah dialah yang membantai temannya sendiri.

Lalu, satu per satu tiga remaja yang sudah tidak bernyawa ditenggelamkan ke kantong jenazah berwarna kuning.

Louis Knél menangis tanpa bisa diredam saat melihat kondisi jasad putrinya yang mengenaskan. Dada kirinya terbelah hingga ruas tulang rusuknya terlihat. Padahal, baru beberapa jam lalu Mandy bicara dengan Louis di kantor polisi bersama dengan keangkuhannya yang setinggi langit.

Lagi-lagi, dan memang ini sudah menjadi hal lumrah, Mandy berada dalam garis polisi yang membentang. Serius, ia merasakan kengerian lain yang tampaknya akan segera datang. Menghantui Rheingau, melumuri status berita di tivi dan koran. Bahkan sudah pasti bakal menjadi berita utama di surat kabar nasional. Wawancara tanpa persiapan sudah pasti akan disodorkan jurnalis-jurnalis itu padanya. Mereka bahkan sudah sejak setengah jam yang lalu menunggu Mandy keluar dari garis polisi.

Pada sela pemandangan sibuk dan mencengangkan itu, Mandy membuka handycam yang ditemukan Daniel tak lama setelah memeriksa lokasi. Tangannya berbalut sarung tangan lateks saat berupaya menyalakan video. Mandy mengerutkan kening pada porsi yang ia sendiri sulit terjemahkan. Rekaman itu tampak biasa saja awalnya. Kemudian pada durasi waktu lima menit berikutnya, kekejaman Ivorine dan teman-temannya seperti berbalik pada diri mereka sendiri.

Monica ada di situ sebagai korban. Monica juga ada di situ sebagai bukan sebagai penonton apalagi pelakuorang yang menyaksikan segalanya dengan tawa kemenangan. Jantung Mandy digempur rasa penasaran yang tinggi. Bulu kuduknya merinding dan menjalar ke atas kepala. Satu arah dengan logikanya yang di luar nalar. Terlebih saat melihat Ivorine secara sadis menyiksa teman-temannya, Monica justru bicara dengan gestur memerintah, tenang, natural, dan

Mandy mematikan benda itu. menarik napas berkali-kali untuk menyesuaikan kondisi otaknya sendiri. Di belakangnya, ternyata Louis sudah sejak tadi berdiri dan melihat rekaman selama Mandy terlalu serius hingga tidak memedulikan apa yang sejak tadi membuntutinya.

Secara paksa, Louis merebut handycam itu, menontonnya ulang meski Mandy melarang keras.

Mungkin, Mandy sudah bisa menerka apa yang akan terjadi setelah ini jika ia tidak bertindak cepat.

❄❄❄

Felicia berbaring lama di atas tempat tidur berisi ampas kapas. Ia tidak punya jam dinding untuk melihat sudah di angka berapa jarum jam sekarang. Felicia hanya mampu membayangkan. Cuaca terasa dingin saat udara yang masuknya entah dari mana menyentuh kulit. Tidak ada baju hangat yang seharusnya mampu ia gunakan untuk menghalau dingin. Bulan pastilah sudah muncul di atas langit dan bintang tidak sebenderang apa yang ia gambarkan dalam pikiran. Suara serangga malam di luar menandakan bahwa itulah salah satu penyebab lorong sel tahanan menjadi sunyi.

Pӧlzl  [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now