Bab Dua Puluh Lima

3.8K 1K 200
                                    

Alert::::: mengandung kata-kata kasar dan mungkin sedikit menggelikan.

SELAMAT MEMBACA🖤🖤🖤🖤🖤

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

SELAMAT MEMBACA
🖤🖤🖤🖤🖤

Hal yang sewajarnya Monica miliki seketika binasa, di detik saat kedua matanya melihat kekasihnya bercumbu gila dengan ibunya sendiri. Ibunya, wanita yang telah melahirkannya, yang seharusnya menjadi panutan setelah ketiadaan ayahnya. Apa yang terjadi di depan matanya bukanlah sendaan. Sebuah realita yang mustahil membendung air matanya mulai menggempur.

"Monic, aku bisa menjelaskan, ini tidak seperti yang kaupikirkan." Celine berjalan mendekat pada putrinya yang berdiri gemetar dan menangis. Gaun tidur yang sudah ia betulkan masih menggelayut. Tangannya menarik rambut ke belakang sebab menutupi sebagian wajah. "Kumohon ... apa yang kau lihat ini tidak benar."

"INI GILA!" sergah Monica dalam hentakan suara serak.

"Monic, maafkan Mom. Seharusnya ini tidak pernah terjadi."

"Yah, seharusnya ini memang tidak pernah terjadi dan sekarang kau melakukannya! Katakan padaku, Mom ... katakan kalau apa yang kulihat ini hanya mimpi."

Celine menggeleng. Kepalanya tertekan dan ia menangis gamang. Tangannya berusaha meraih tubuh putrinya di mana wajah itu sudah dibanjiri air mata, meski ditolak berkali-kali.

"Maafkan, aku ... aku sudah berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Tetapi Isaac datang dan memengaruhiku."

Sedan tangis Monica berhenti. "Mengulang? Artinya, kalian sudah pernah melakukan ini?" Matanya mengedar. Pada Celine yang gugup lebih parah, pada pria pengkhianat yang sedang berdiri, sesekali menunduk dan―terlihat lebih mirip seperti pengecut.

"Aku ... Oh, tidak, seharusnya ini sudah berakhir."

"Kalian sudah sering melakukan ini bahkan semenjak Dad masih hidup! Katakan padaku, Mom!"

"Tidak!" Tubuh Celine mulai gemetar dan ia tidak berani menatap mata nyalang milik Monica. Terduduk di lantai dengan kedua tangan menekan kepala.

"LIHAT AKU!" Monica membentak. Mencengkeram kedua bahu ibunya. "Lihat aku, Mom! Bagaimana bisa kau mengkhianati Dad? Kau satu-satunya wanita yang sangat dicintainya, hingga mati pun Dad―" Monica terdiam. Melepaskan tubuh Celine. "―astaga! Itukah sebabnya Dad dibunuh? Apa kau yang sudah membunuh dad? Atau kau, Müller?!"

Isaac langsung mendelik mendengar tuduhan Monica.

"Tidak! Aku tidak membunuh Ferdinand, aku sangat mencintainya ... mustahil aku membunuh suamiku. Monica, kumohon ... aku tahu ini salah. Aku menyesal ...." Celine jatuh berlutut di hadapan Monica. "Hentikan ini ...."

"Aku tidak akan berhenti sebelum mendengarkan alasan yang sebenarnya. Ini terlalu menyakitkan." Monica bicara dalam suara parau. "Aku sangat menyayangimu, Mom. Aku tidak percaya kau melakukan ini di belakangku, di belakang Dad. Ya Tuhan ... hidup macam apa ini?"

Pӧlzl  [Sudah Terbit]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum