Fixed on You ||03

4.8K 312 73
                                    

Fixed On You ✨




Clarissa menghela nafas. Ia memutar bola matanya begitu Arvin sampai menurunkannya di panti jompo. Apa tidak ada hukuman yang lebih berat daripada ini? Jika Clarissa bisa memilih, dia akan meminta Darin untuk mengurungnya di kamar saja. Namun, sudah di pastikan Darin tidak akan melakukan itu.

Dua hari menjadi baik? Baiklah. Clarissa akan mencobanya.

"Sudah. Jangan terus memasang wajah seram mu itu. Bisa-bisa lansia yang ada disini takut melihatmu." Tubuh Arvin berdiri menjulang tinggi di samping Clarissa. keberadaan Arvin cukup menarik perhatian nenek-nenek yang berlalu lalang di depan mereka.

Clarissa paham betul bagaimana wajah tampan Arvin. Hidungnya yang mancung, mata hazelnya, dan tubuhnya yang tinggi atletis persis seperti Arion. Bedanya, jika Arvin memiliki tatapan lembut dan senyuman hangat, Arion memiliki tatapan tajam serta senyuman mematikan. Jika di ibaratkan, Arion itu seperti Guntur lalu Arvin seperti pelangi.

"Apa kau akan terus berada di sini kak?" tanya Clarissa. Arvin sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan tempat ini.

Arvin dan Clarissa masih setia berdiri di ruang tamu. Berada tepat di depan sekumpulan lansia yang sedang bermain catur. Setidaknya ada dua nenek-nenek dan tiga kakek-kakek yang terus memantau mereka.

"Jadi kau ingin aku pergi? Aku kira kau ingin aku menemanimu disini?" Arvin mengedipkan sebelah matanya. Dan itu membuat Clarissa curiga.

"Kau pasti menginginkan sesuatu dariku bukan? Aku terlalu mengenalmu kak. Kau tidak akan melakukan sesuatu secara Cuma-Cuma." Tuding Clarissa.

Arvin tertawa lebar yang terlihat jelas begitu di paksakan. "Hahahh... kau memang saudariku yang paling mengerti aku."

"Baiklah, jadi apa yang kau butuhkan?" Clarissa ingin segera mengakhiri ini. Jadi ia tidak ingin menego dengan Arvin.

"Okey. Kau memang yang terbaik Clar." Arvin merundukkan tubuhnya untuk membisikkan sesuatu di telinga Clarissa.

Wajah Clarissa berubah dingin begitu Arvin selesai membisikkan sesuatu. "Pastikan rencanamu itu tidak melukaiku." Ucap Clarissa dengan tatapan tajam mengancam.

"Tentu tidak." Balas Arvin yakin. Ia selalu melakukan sesuatu dengan pertimbangan yang matang.

"Hey anak muda? Apa kalian akan terus berada di situ?" kata salah satu kakek yang sedang bermain catur. Kakek itu memanggil Clarissa agar bergabung dengannya.

"Kau duduklah bersama mereka. Aku akan segera kembali." Arvin menepuk pundak Clarissa sebagai tanda pamitnya. Pria itu lekas berbalik dan sibuk melihat ponselnya dengan serius.

Clarissa tak menghiraukan itu. Yang ia harapakan satu hari ini cepat berlalu dan masa hukumannya cepat selesai. Dua hari. Clarissa harus bertahan selama itu.

Clarissa memilih tempat duduk di samping kakek-kakek yang cukup pendiam. Dimana kakek itu hanya terus fokus pada permainan papan catur.

"Kau terlihat masih muda nak, berapa umur mu?" tanya seorang nenek yang duduk di depan Clarissa.

"Delapan belas tahun." Jawab Clarissa singkat tidak ingin memperpanjang percakapan.

"kau begitu sombong." Ujar kakek di samping Clarissa. ia meresa salah telah menilai kakek itu pendiam.

"Hah? Kalau aku sombong, berarti kau kakek tua menyebalkan." Sungut Clarissa kesal. Ia balas menatap tajam kakek itu. Mereka saling melemparkan tatapan nyalang. Membuat ruangan itu seperti mencekam.

Fixed On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang