+15 Sindrom kelas 2 SMP seharusnya berhenti setelah dirimu sudah kelas 3 SMP

18 0 0
                                    

+15 Sindrom kelas 2 SMP seharusnya berhenti setelah dirimu sudah kelas 3 SMP

.

.

.

TINGTONG!

Bel kediaman Okita berbunyi. Souko yang tengah bersiap-siap berangkat ke sekolah, segera berjalan ke depan rumah untuk membukakan pintu. Tangannya menggerakkan gagang pintu kebawah dan menariknya. Begitu pintu terbuka, seorang laki-laki yang dikenalnya tertegun begitu melihatnya.

"So- Souko.."

"Hi-" Souko menundukkan kepalanya. Setelah menyadari perasaannya, dia belum berani menatap langsung laki-laki yang disukainya itu. Bahkan untuk sekedar menyapa pun suaranya seperti tertahan di ujung lidahnya.

"Souko?" Panggil Hijikata. "Souko. Apa Sougo sudah berangkat?"

"I- iya! Semuanya sudah berangkat. Hanya aku yang belum. Jadi aku masih disini hahaha..." Souko merutuki dirinya sendiri. Jika seperti ini, sudah pasti akan membuat laki-laki dihadapannya itu menyadari perasaannya.

"Aku mau mengambil barang-barang ku yang semalam. Dia belum membuangnya, kan?"

"Eh?" Souko mengangkat kepalanya. "Tidak. Aku sudah mengamankannya untukmu. Sekarang barang-barang mu ada di kamarku."

"Terima kasih."

Hijikata tersenyum namun senyumannya terlihat tidak seperti biasanya. Souko menyadarinya dan bertanya, "kau baik-baik saja?"

"Ya... Aku tidak apa-apa. Aku mau mengambil barangku sekarang. Tidak masalahkan?"

"E- eh? Iya.... Gapapa." Jawab Souko. Kepalanya tertunduk saat Hijikata masuk melewatinya. Ada sensasi dingin mengalir di tubuhnya. Hijikata... Laki-laki itu rasanya seperti bersikap dingin padanya.

Hijikata selama ini selalu bersikap lembut padanya. Selalu membantunya. Selalu memperhatikannya. Mungkinkah laki-laki itu juga menyukainya?

Souko menggelengkan kepala dan menepuk-nepuk pipinya. Jika memang seperti itu, dia pasti akan sangat bahagia. Mungkin akan sedikit canggung saat mereka mulai berpacaran nanti.

Tanpa sadar dia tersenyum dan tertawa pelan. Hijikata yang sudah mengambil barang-barangnya melihat itu. "Kenapa kau senyum seperti itu, Souko?"

"E-eh??" Souko refleks memalingkan wajahnya dari Hijikata. "A- apa kau sudah mengambil barang-barangmu?"

"Sudah..."

"Mau berangkat bareng?" Tanya Souko.

Tidak ada jawaban, Souko menoleh ke arah Hijikata. Wajah laki-laki itu terlihat bingung dan sedih.

"Hi-"

"Maaf. Kau berangkat sendiri saja. Aku harus menaruh barang-barang ini di tempatku." Hijikata berjalan menghampiri Souko dan berhenti tepat di depan gadis itu. Ia tersenyum sesaat lalu pergi meninggalkannya. "Terimakasih. Sampai jumpa di sekolah."

._._._._._._._._.

Matahari bersinar terang di atas langit, menyilaukan mata siapapun yang melihat ke luar ruangan saat itu. Souko memperhatikan pakaian teman-teman sekalasnya, beberapa diantara mereka sudah ada yang memakai seragam musim panas.

"Haah..." Souko menghela nafas panjang mengingat sikap Hijikata beberapa hari lalu. Kalau dipikir-pikir ini pertama kalinya dia melihat laki-laki itu bersikap dingin- tidak. Lebih tepatnya seperti menjaga jarak. Karena dia masih bisa merasakan kelembutan dari suara pemilik mata blue obsidian itu.

A Good Day To Change+Where stories live. Discover now