.

Aku tidur bermalas - malasan diranjang besarku. Merenungi nasib dan kesialan.

Aku ditipu dan di tinggalkan kekasihku. Dia meninggalkanku dengan hutang yang sangat banyak. Membuatku di kejar-kejar oleh rentenir yang bisa saja membunuhku jika aku tidak melunasi hutang.

Nasib burukku bahkan tidak berakhir disitu. Rumah yang setengah mati kucicil dari jerih payahku bekerja selama beberapa tahun musnah begitu saja. Dia menjualnya tanpa sepengetahuanku sehingga membuatku berakhir menjadi gembel tanpa tempat tinggal sebelum Anastasia memungutku.

"Fuh."

Anastasia benar-benar beruntung bisa menikahi Bastian. Pria itu selain kaya juga tampan.

Kamar yang kutempati seperti kamar mewah yang sering kulihat dilayar televisi dalam drama-drama romantis.

"Aku memang sial."

Aku tidak akan pernah lagi mau mempercayai orang lain. Tidak akan pernah.

Pria yang menjalin hubungan denganku selama lima tahun saja sanggup melakukan hal kejam itu padaku. Apa lagi dengan orang-orang baru yang kukenal.

Aku tidak mengerti apa yang salah denganku?

Aku hidup dengan baik. Tidak pernah menyakiti orang lain. Tidak pernah menuntut lebih pada orang tua yang tidak bisa memenuhi keperluanku. Tidak pernah iri pada Anastasia yang selalu bersinar.

Annabelle Peyton? Tidak ada yang memperhatikanku karena seorang Annabelle Peyton tidak bersinar seperti seorang Anastasia Peyton.

Aku tidak menyalahkan Anastasia karena dia selalu mendapatkan perhatian lebih dariku. Aku cukup puas dengan kekasih yang menipuku dulu, cukup puas dengan pekerjaanku, rumah kecilku, usaha kecilku dan impian-impianku. Itu sudah membuatku bahagia.

Tapi nasib berkata lain. Aku sama sekali tidak diberkati.

"Apa yang kau lakukan Anna?"

Aku memiringkan kepalaku, melirik dengan sudut mataku kearah pintu kamar. Bastian masih dengan jas kerjanya mengunjungiku.

"Tidak ada. Aku hanya merenungi nasibku."

Dengan malas aku mengangkat tubuhku dan duduk bersandar pada kepala ranjang.

Bastian mendekat. Dia menunduk agar wajahnya sejajar dengan wajahku.

"Apa kau menginginkan sesuatu? Anastasia bilang kau tidak memakan makananmu lagi."

Bastian mengacak rambutku sembari tersenyum ramah.

Belasan tahun aku hidup bersama Anastasia baru kali ini aku merasa iri pada hal yang dia miliki.

Dia benar-benar beruntung menikahi Bastian. Aku sampai harus menahan air mataku ketika secara tidak sengaja membandingkan mantan kekasihku dengan suaminya.

"Aku ingin sesuatu yang dingin."

"Es krim?"

Dia langsung menebak. Aku mengangguk malas.

"Tapi Anastasia tidak akan memberikannya padaku."

Aku menunduk. Memeluk perutku.

"Tunggulah, aku akan membawakannya untukmu."

"Tapi bagaimana dengan Anastasia?"

Aku mendongak untuk melihat wajahnya. Dia mengedipkan matanya sebelah dan kembali mengacak rambutku.

"Jangan beritahukan padanya. Anggap ini rahasia kecil kita."

Apa yang membuatku tambah ingin menangis adalah INI.

Romance Suspense Short Story Collection [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang