PART 12: KETAHUAN✔️

1.2K 76 19
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

TERIMA KASIH BUAT KALIAN YANG UDAH NGEVOTE🙆

HAPPY READING

***

"Lo beneran gak inget gue? Cowok ganteng kayak gue gak diinget?" tanyanya dengan tingkat kepedean yang besar.

Gadis cantik bermanik hitam itu memutar bola matanya malas, cowok di depannya sangatlah kepedean.

"Baru kali ini gue nemuin cowok yang sepede lo. Lagipula kalo gue gak inget lo, berarti lo gak penting buat gue, ngerti?!"

Gila! Gila! Jleb banget kata-katanya. Ini baru pertama kalinya seorang gadis mengatakan padanya bahwa dia tidak penting. Biasanya gadis-gadis akan mengejarnya atau menggodanya.

"Ck. Baru kali ini gue dibilang gak penting, ternyata sakit juga, ya?" Dia menopang dagu di kepala motornya.

"Bodo amat!" Gea memalingkan wajahnya, sambil melipatkan tangannya di depan dada.

"Yaudah kita kenalan lagi. Gue Evan, Kapten Basket SMA Semarak." Dia kembali melayangkan senyum lebar pada gadis itu.

Seketika pikiran Gea terbawa ke beberapa minggu yang lalu, saat pertemuannya dengan cowok itu.

"Lo udah inget?" tanya Evan sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ohh, ternyata elo." Gadis itu mengangguk-angguk mengerti.

Evan tersenyum miring. "Bagus kalau lo udah inget."

"Gue udah inget, terus ngapain lo masih di sini?" tanyanya lagi dengan wajah jutek.

"Lo mau pulang kan? Gue anter," ucap Evan dengan cengirannya.

"Gak usah!" Bukannya ingin menolak, tapi dia takut rahasianya terbongkar. Kemarin saja rahasianya hampir terbongkar oleh Ralvaro.

"Lo mau sampe kapan nunggu di sini? Ini udah mulai malem lho, katanya di sekitar sini kalo udah malem banyak premannya," ucapnya.

Gea tampak berpikir kembali. Benar juga, ini sudah mulai malam. Dari tadi juga tak ada kendaraan umum yang lewat. tentu saja dia tidak mau sampai bertemu dengan preman-preman yang dikatakan cowok itu. Sepertinya ia harus membuang egonya. Ia tak mau terus-menerus ada di sini.

"Yaudah! Mana helmnya?" tanya Gea membuat kedua sudut bibir cowok itu melengkung ke atas.

Cowok itu melepaskan helmnya dan memakaikan helm itu pada Gea. Hal itu membuat Gea mengerutkan dahinya bingung.

"Gue gak punya helm lebih, jadi lo pake punya gue saja," ucapnya seakan-akan bisa membaca pikiran Gea.

"Elo aja deh yang pake helmnya, nanti kalau lo kenapa-napa gimana? Apalagi kan elo yang nyetir." Gea berniat membuka helmnya kembali tapi segera ditahan oleh Evan.

"Gak papa, lo aja yang pake," ucap Gea lagi.

"Ciee, tadi katanya bukan siapa-siapa, kok sekarang malah khawatirin gue?" goda Evan. Ia menaik-turunkan alisnya.

"Apaan sih lo! Kagak yah! Ayo pergi," ucap Gea sambil menaiki motor Evan. Lumayan tinggi sih, tapi untungnya dia sudah terbiasa menaiki motor seperti ini.

"Gue ngasih helmnya ke elo karena gue gak mau cewek kayak lo kenapa-napa. Biar gue yang kenapa-napa, asal lo nggak."

Bukannya baper, Gea malah menatap cowok itu dengan tatapan datar. Dia sudah sering mendapatkan gombalan-gombalan seperti itu, jadi dia sudah tahan banting.

Ralgea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang