PART 14: JOMBLO ITU ENAK TAU! KAYAK ... ADA MANIS-MANISNYA. ✔

1.2K 75 7
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

TERIMA KASIH BUAT KALIAN YANG UDAH NGEVOTE🙆

HAPPY READING

***

Sepasang muda-mudi yang baru saja menjadi kekasih sekarang ini kembali fokus pada film yang mereka nonton. Padahal tadi keduanya sempat bertengkar, tapi sekarang keduanya tampak tak ada apa-apa. Pasangan itu memang aneh.

Beberapa saat kemudian film itu selesai, hal itu membuat Ralvaro berkesempatan untuk menanyakan lebam-lebam yang ada di tubuh gadis itu. Bagaimana bisa badan gadis mungil sepertinya bisa dipenuhi lebam-lebam? Tidak mungkin karena terjatuh atau terbentur, pasalnya lebam ini terlihat seperti bekas pukulan.

"Ge?"

Gadis itu menoleh. "Kenapa?" tanyanya. Perasaannya terasa tidak enak melihat tatapan serius dari cowok yang berstatus pacarnya itu.

"Tolong ceritain semua masalah lo. Gue gak bisa liat lo kesakitan lagi. Ceritain ke gue semua yang lo sembunyiin saat ini. Gue mau jadi orang yang berguna buat lo."

Gea tertegun sejenak lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Baru kali ini dia melihat cowok itu seserius itu juga perkataannya yang tiba-tiba menjadi panjang. Dia menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya memilin bagian ujung bajunya. Sejujurnya, ia belum siap membagikan masalahnya pada orang lain. Di satu sisi dia tidak mau membebankan orang lain, tapi di sisi lain Ralvaro adalah pacarnya sekarang, dia tidak seharusnya menyembunyikan apapun pada cowok itu.

Ralvaro bisa menangkap keraguan dalam diri Gea. Dia tahu gadis itu juga memiliki privasi, tapi jika sudah berkaitan dengan tindak kekerasan, Ralvaro tidak akan membiarkan ini terus terjadi.

Dengan gerakan pelan Ralvaro menggenggam kedua tangan Gea dan menatap lekat mata gadis itu.

"Gue tau ini privasi, tapi kalo udah pake kekerasan, gue gak bisa diam," ucapnya. Tatapan hangat Ralvaro membuat gadis itu serasa ingin menumpahkan semua kesedihannya.

Dia berpikir, mungkin Ralvaro bisa membuat bebannya sedikit berkurang. Sudah cukup ia terus memendam semua kesedihannya. Sudah saatnya dia menceritakan semuanya.

"Orang tuaku cerai saat aku masih kecil. Aku dibesarin oleh Mama, tapi entah kenapa Mama selalu benci sama aku. Mama selalu numpahin amarahnya sama aku. Mamaku juga sering gonta-ganti cowok, aku gak ngerti kenapa, tapi aku muak liat kelakuannya. Dia selalu mukul aku saat dia emosi. Luka-luka yang kamu liat itu ... hasil perbuatannya."

Gea menarik napas berat, sulit rasanya untuk meneruskan kisahnya. Melihat gadis itu tampak rapuh, Ralvaro reflek mengangkat tangannya untuk menenangkan gadis itu, tapi entah kenapa dia malah ragu, rasa gengsi masih memenuhi pikirannya. Sayangnya, rasa peduli yang ada di dalam dirinya selalu bisa mengalahkan rasa gengsi tersebut. Dengan gerakan pelan Ralvaro menyandarkan kepala gadis itu di dada bidangnya lalu mendekap gadis itu.

Gea tidak menolak perlakuan yang diperbuat kekasihnya itu. Dia hanya melanjutkan ceritanya.

"Mama juga selalu maksa aku buat ikut dia jadi pelacur, tapi aku selalu nolak. Aku ... mau kehidupan yang baik." Tanpa sadar air matanya perlahan turun. Dia meremas baju Ralvaro.

"Aku gak mau jadi pelacur, aku juga pengen kayak orang lain yang setiap tahun selalu ngerayain hari ibu. Aku cuma mau Mama yang selalu ngerawat aku dengan kasih sayang, mau Mama yang mengajarkan apa yang baik dan apa yang jahat, bukan Mama yang mengajari anaknya jadi pelacur."

Ralgea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang