Six

1.1K 26 0
                                    

Hari ini hari Jumat , satu minggu berselang setelah Erlda dikejutkan dengan peristiwa kegilaan Kino.

"Mbak.. hari ini saya serius, nggak ada yang perlu mbak kerjakan."

"Ini ada yang aneh deh. Terus saya ngapain masuk kalau memang nggak ada yang dikerjakan?"

"Bukan mbak, maksud saya bukan enggak ada yang dikerjakan sama sekali . Mbak hari ini diminta sama pak Sefyan untuk nemuin Direksi di kediamannya."

Erlda memang sudah membaca pesan Denisa subuh tadi, namun nampaknya Ia lupa .

"Kan ada kamu, kenapa harus saya ?"

"Wah... itu enggak tahu deh, pak Sefyan minta nya begitu , mbak."

Erlda hanya bisa terdiam.

TOK TOKK TOKKK

"Permisi...."

Seorang pria bertubuh tegap mengetuk pintu lalu masuk ke dalam .

"Saya belum bilang masuk lho pak."

"Erlda... tolong jangan kasar - kasar sama saya."

Denisa hanya menahan senyum melihat pemandangan ini, Erlda layaknya tidak bisa di taklukan oleh siapapun.

"Ada apa ya pak ?"

"Sudah siap? "

"Memang kita mau kemana?"

Sefyan langsung melontarkan padangan pada Denisa, seharusnya Denisa sudah menyiapkan Erlda sejak dua puluh menit yang lalu namun kini yang Sefyan lihat Erlda masih duduk di meja kerjanya dengan riasan seadanya dan dihadapannya nampak monitor yang menyala disana.

"Denisa...."

"Beri saya waktu lima menit lagi ya pak."

Sefyan segera meninggalkan ruangan Erlda dan dengan cekatan Denisa segera menyiapkan Erlda.

"Mbakk.. mohon banget bantuannya, biar saya enggak di pecat atau di rumahkan."

Lima menit berlalu akhirnya pintu ruang kerja Erlda terbuka .

"Oke bagus , Denisa. "

Sefyan dan Erlda berjalan menuju elevator dan kapsul besi membawa mereka ke basement gedung dalam waktu dua menit.

Jalanan nampak tidak terlalu ramai, di pagi menjelang siang.

"Ini ngapain sih pak? Saya jadi berasa bukan diri saya sendiri."

"Saya enggak lihat bedanya loh, Erl. Perubahan rambut kamu cuman di gerai doang yang biasanya di konde."

"Itu bukan konde pak, itu cepol."

"Iyah itu pokoknya. Percaya diri aja, saya juga enggak tahu sebenarnya kita kesana mau berbuat apa , Erl. "

Erlda segera membelalakan kedua matanya, bisa - bisanya atasannya pergi ke suatu tempat tanpa mengetahui tujuan aslinya.

Namun ini bukan hal baru untuk Erlda.

Sefyan bukannya tidak berkompeten, Ia sangat berkompeten , cukup pintar , namun selagi masih ada Erlda, Ia akan membuat Erlda menjadi dirinya.

Hitung - hitung belajar katanya.

Tapi Erlda sendiri malah tidak tertarik dengan posisi Sefyan sebagai ketua Divisi itu.

Mata Erlda secara tiba -tiba terbelalak memasuki pintu gerbang perumahan yang cukup membentang. Ia bahkan tidak bisa menahan rasa terkejutnya hingga tanpa sadar membuka sedikit mulutnya sambil menarik napas.

HELP YOU OUTWhere stories live. Discover now