Ten

340 19 1
                                    

Boleh kakak, vote nya untuk cerita recehan ini.. :D

Selamat membaca :)

.

.

Drtttt..... drt............drttt.....

Incoming call, mama

Erlda segera melepaskan pulpen ditangan kanannya dan langsung menerima panggilan tersebut.

"Halo... Erlda"

"Halo.. ma."

"Apakabar nak ? Sehat kamu ? "

"Sehat kok ma, mama.. lagi apa ?"

"Mama lagi break sebentar habis kelas. Kamu ? "

"Aku lagi kerja... uhmm..eh itu leher mama kenapa ?"

"Oh.. ini itu kena liontin mama, nggak sengaja kepentok." Jawab mama Erlda santai.

"Mama beneran nggak apa – apa ? Perlu aku atau Delvan anter ke rumah sakit nggak? "

"De... mama nggak apa – apa. Ini cuman nggak sengaja kena liontin kalung batu mama."

Erlda merasa ada yang aneh namun Ia tidak mau memaksa mama untuk bercerita lebih jauh.

"Yaudah ya Erl.. mama mau ngajar dulu habis ini, kamu semangat ya kerjanuya. Jangan lupa jaga kesehatan dan kalau nggak sibuk mampir ke rumah."

"Iya ma, maaf ya Erld belum bisa pulang tiap pekan."

"Gapapa kok, jangan terlalu dipikirn ya Erl..mama sayang kamu." Mama Erlda melayangkan blowkiss dari sebrang sana.

"Bye ma." Balas Erlda sambil melayangakan blowkiss juga.

Panggilan terputus dan Erlda meletakan ponselnya dimeja.

KNOCKKK KNOCKKKK

"Masuk..."

Seorang laki –l aki yang tak Ia kenal masuk ke dalam ruangan Erlda dengan amplop di tangannya.

"Maaf, anda... siapa ya ?"

Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut laki – laki itu, kaki pria tersebut langsung mendekati Erlda dan secara otomatis Erlda langsung beranjak berdiri dan sedikit menjauh dari meja.

Tangan laki – laki itu melemparkan beberapa lembar kertas ke meja, kertas itu menampilkan foto – foto seukuran A4 yang siapapun melihatnya akan merasa jijik setengah mati.

"Bagaimana? Kapan kau bisa bekerja ?" Ucap laki – laki itu dingin.

"Kau membuat suap pada ku?" Tanya Erlda sambil mengatur napasnya. Ia takut sekaligus waspada dalam satu waktu.

"Tidak juga, namun ini bukan yang kamu butuhkan sejak lama ?"

Laki – laki tersebut masih belum menyebutkan nama pada Erlda. Ia juga tidak menampilkan ekspresi membunuh ataupun mendesak Erlda, hanya ekspresi orang biasanya namun hingga sekarang Erlda masih belum bisa bernapas normal.

"Segera kabari Mr. Sefyan kau bisa bekerja kapan, nona Erlda." Tangan pria itu kembali membereskan foto – foto dan memasukannya ke dalam amplop.

Pakaian serba hitam dari ujung pundak sampai ujung mata kaki serta sepatu bertali menjadi outfit laki – laki itu, tak lama kemudian Ia memberi senyum pada Erlda dan menuju keluar ruangan Erlda.

Erlda segera duduk perlahan di tempat duduk belakang meja kerjanya dan masih menormalkan napasnya, kepala nya bersandar pada sandaran kursi.

.

HELP YOU OUTWhere stories live. Discover now