Three

2.2K 27 0
                                    

Semua karna ulah Sefyan, atasan Erlda yang umurnya tidak berbeda sangat jauh dengannya. Seseorang yang tidak ingin dikatakan tua , tapi setiap jalan yang diambil oleh Sefyan terasa berada di zaman 90 an.


"Kenapa , kenapa selalu aku yang kau telpon, Mr.Sefyan."

"Lalu siapa? Denisa ? Dia sudah disini, bahkan mengenakan pakaian seadanya ."

"Kau kan bisa meminta saran padanya. "

"Saran ? Iya dia memberikan saran, makanya aku menelpon mu."

Erlda berjalan sambil tergopoh – gopoh menuju kereta MRT yang berjarak 10 meter di depannnya, dengan ear buds di kedua telinga nya membuat panggilan dirinya dan Sefyan tidak terputus .

"Kau mengenakan pakaian rapi kan, Erlda ?"

"TENTU SAJA!,, aku mengenakan pakaian rapi tapi tidak dengan wajahku."

"Ah... maafkan aku, kau boleh cuti nanti setengah hari. "

Erlda menghela napas ketika kakinya sudah sampai di dalam gerbong kereta, dan beberapa saat kemudian Ia memutar kedua bola matanya.

"Ya .. ya .. ya , mau kau katakana seperti itu juga , aku tidak bisa menikmatinya. Pekerjaan yang kau limpahkan terlalu banyak !!!"

Erlda menahan suaranya agar tidak terdengar penumpang di dalam gerbong tersebut.

"Lihat saja sekarang, hari libur ku terambil bukan? "

"Oh, Erlda tolong lah... Baiklah, jatah makan siang ku tambahkan 2 kupon. "

Erlda menemukan tempat duduk di depannya dan segera menghampiri kesana.

"Sepertinya akan lebih baik kalau kau memberikan ku surat penendangan."

Di seberang sana , Sefyan membeku hingga Ia merasa mulutnya tidak bisa digerakan dan hanya mengeluarkan suara merancau.

"AIOAIOA AIGOOO..... , Tuhann, pulangkan saja aku bila Erlda ingin pergi dari perusahaan ini."

Erlda hanya tertawa kecil mendengar tanggapan Sefyan dari earbuds ungu nya,beberapa saat kemudian , Ia menekan tombol untuk mematikan panggilan.

Lima belas menit berlalu dan akhirnya kereta MRT yang Erlda tumpangi sampai di sebuah stasiun. Ia segera turun ketika pintu terbuka dan menaiki tangga , terus berjalan dengan sangat cepat hingga sampai di tempatnya bekerja.

Mata Erlda melirik ke arah jam tangannya, waktu menunjukan pukul delapan pagi, Ia sangat tepat waktu , pertemuan mendadak di adakan pukul sembilan.

"Oke aku masih punya waktu untuk membereskan wajah ku dan ruangan ku."

Elevator berdenting dan pintu terbuka, kaki Erlda berjalan dan segera memasuki ruangannya. Kertas yang berserakan dimana – mana , ruangan yang berukuran 4 x 3 meter menjadi tampak sangat kumuh.

"Aish... besok – besok aku tidak ingin lembur di kantor , membereskannya menjadi harus sesegera mungkin."

Ia segera merapikan kertas – kertas yang tersebar di sofa berkapasitas dua orang . Meletakan di meja kerjanya kemudian memasukan kedalam folder kekar serta meletakannya di rak samping meja kerjanya.

Lima menit berlalu dan akhirnya ruangan Erlda kembali seperti sediakala, dengan sangat rapi. Ia segera mengambil beberapa riasan di laci kerjanya dan memoleskan ke wajah yang sangat sederhana .

"Oke selesai. "

Erlda meletakan kembali segala riasannya dan duduk di kursi kerja serta menyalakan computer nya. Erlda merasa bingung sendiri harus berbuat apa sekarang, pertemuan dadakan ,Ia bahkan tidak tahu Sefyan akan membahas apa.

HELP YOU OUTWhere stories live. Discover now