Rasa~

3.5K 359 66
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

💐💐

"Kalau cerita masa lalumu bikin hati aku sakit, lebih baik tidak  usah di ceritakan. Aku tidak siap mendengar kisahmu dulu sebelum bersamaku. Bukan karena aku egois, aku hanya menjaga hatiku agar tidak terluka dengan sebuah masa lalu." -Asya-
Indahnursf~

💐💐

"Mas, hujan lagi." rengek Asya saat keduanya keluar dari supermarket sesuai permintaan Asya sebelumnya yang ingin beli roti Jepang.

Zaid gemas melihat ekspresi lucu Asya, segera dia elus kepala Asya yang terbalut jilbab, sementara Asya hanya memeluk lengan Zaid seolah dijadikan tempat sandaran.

"Kita tunggu sampai reda ya Sayang, ga boleh ngeluh, hujan itu berkah, rahmat dari Allah," jelas Zaid.

Asya mengangguk kemudian menatap nanar tetes demi tetes air hujan yang jatuh ke bumi. Damai. Ya, tenang sekali rasanya mendengar suara air hujan dan sejuknya udara saat hujan.

"Allahumma soyyiban nafi'an," ucap Zaid dan diikuti oleh Asya.

Sudah setengah jam lebih mereka berada di pinggir jalan raya, Asya semakin merasa kedinginan, hujan belum juga berhenti malah semakin deras.

"Mas, udah mau Ashar, kita terobos aja gimana? Gapapa mandi hujan, sekali-sekali kan? Daripada kita berdiri lama di sini, makin sore, lho." Saran Asya. Sedari tadi dia melihat arloji yang sudah menunjukkan pukul 15.01.

Zaid menimbang-nimbang saran istrinya, Zaid tidak masalah jika dia yang terkena air hujan, hanya saja dia memikirkan Asya, apakah istrinya akan baik-baik saja? Zaid takut nanti Asya sakit.

"Mas takut Asya sakit kan? Tenang aja, Asya anti panas dan anti hujan. Jadi Asya enggak bakal sakit hanya terkena air, ya, Asya juga bukan Kambing yang takut air," jawab Asya meyakinkan.

"Kamu ini,... beneran ga bakal sakit nih?" Zaid memastikan.

Mata Asya berbinar mendengar respons Zaid, selain memang sudah sore Asya juga ingin mandi hujan, terakhir dia mandi hujan bareng Nania itu saat dia kelas 1 SMA, dan itu pun mereka berdua diam-diam dari ibu agar tidak ketahuan.

Ah, rasanya Asya rindu masa kecil yang serba asyik dan tidak banyak beban yang harus dipikirkan.

"Tenang aja, tampang aja lemah aslinya mah kuat," ucap Asya dengan kepedean tingkat tinggi.

Zaid tertawa, "Oke, siapa takut. Ayo," ajak Zaid, kemudian setelah Asya memasang aba-aba mereka berlari menuju motor untuk pulang walau keadaan hujan sedang sangat derasnya.

"Masih mau lanjut?" teriak Zaid saat motor mereka melaju cukup cepat karena jalanan sepi saat hujan begini. Kebanyakan orang mmemilih untuk berteduh dari pada melanjutkan perjalanan.

"Lanjut dong," jawab Asya, bibirnya sudah gemetar karena kedinginan.

"Yakin masih mau lanjut? Kamu enggak kenapa-napa kan?" tanya Zaid khawatir mendengar suara Asya yang gemetar.

"Asya suka hujan, jadi Asya enggak akan sakit karena hujan," jawabnya santai.

"Mas, Asya mau berdiri. Mau bicara sama hujan," teriak Asya. Perlahan dia berdiri di atas motor dan melentangkan tangannya, beberapa detik dia menikmati tetes demi tetes air hujan yang membasahi tubuhnya.

"Sudah?" tanya Zaid, saat Asya berdiri dia memperlambat laju motornya.

"Sudah, Asya takut jatuh." Asya tertawa mengingat konyolnya dirinya yang seperti anak kecil.

Di Penghujung Doa Cinta {Terbit}Where stories live. Discover now