Kencan Pertama~

4.3K 386 18
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

💐💐

"Kamu tahu ga, apa bedanya kamu sama batu es? Sama-sama dingin dan kaku, kalo batu es gunanya untuk pendingin minuman, kalo kamu pendingin hati aku." -Asya-
Indahnursf~

💐💐

Setelah selesai pertemuan dengan dosen pembimbing, Asya memutuskan untuk ke kostan Putri--teman Asya. Dia sedang malas pulang ke rumah, karena Asya merasa bosan jika harus di rumah, suaminya saja pulang sore bahkan mendekati waktu magrib.

Membahas tentang suami, Asya benar-benar kesal pada Zaid, dia akan marah besar hari ini, tepatnya saat Zaid sudah pulang. Tunggu saja! Asya akan balas dendam.

"Loh tuh kesel sama suami sendiri. Ya, bisa jadi dia lakukan itu biar bisa menjahili loh, toh kalian sudah suami istri, kan?" respons Putri saat mendengar cerita Asya tentang apa yang dia alami hari ini.

Putri dan Gina sudah selesai skripsi, mmereka sedang menunggu sidang dan mereka sudah bisa sedikit santai karena tidak berkutat dengan skripsi. Berbeda dengan Asya dan Tria, mereka berdua masih berjuang dalam skripsi yang entah kapan bertemu ujungnya.

"Ya, enggak gitu juga kali, Gin. Masa sama istri sendiri jahat banget. Wajar aja kalo banyak mahasiswi ngeri dan memberi gelar dosen batu es. Memang dingin dan aneh banget tuh orang, kenapa pula takdir gue harus jadi istrinya. Mampus dah," cerocos Asya masih dengan kekesalannya hari ini.

Gina menoyor kepala Asya, Gina tak habis pikir dengan pola pikir Asya yang menurutnya 'kurang bersyukur'.  "Woy istighfar woy, sadarrr. Nasib loh itu sudah enak, loh enggak perlu kerja sana-sini dan cari jodoh ngajuin proposal ta'aruf sana-sini, semua sudah loh dapetin. Bersyukur dikit kenapa sih, nih orang aneh banget. Banyak tuh mahasiswi yang pingin berada diposisi loh, kok loh malah enggal bersyukur. Kufur nikmat banget ni hamba," protes Gina tak terima mendengar penuturan Asya yang menurutnya kufur nikmat.

Asya tidak terima atas perlakuan Gina dia membalas dengan menepuk bahu Gina, kesal. "Enak aja kufur nikmat. Enggak usah loh ajarin gue juga sudah tahu cara bersyukur. Cuma, apa yang harus gue syukuri dapet suami macam si dosen batu es?" ucap Asya asal. Padahal, dia sangat dispesialkan oleh Zaid setiap harinya.

Benar kata Gina, dia kurang bersyukur.

Gina mengubah posisi duduknya, kini dia berhadapan dengan Asya, dia menatap Asya serius. Kali ini, Gina harus menceramahi Asya yang entah otaknya sedang gangguan atau memang pola pikir Asya yang sedang korslet.

"Yee, nih orang. Astagfirullah banget ya, sadar woy. Loh pikir ga ada yang mau sama tuh suami loh, heh? Gue rasa seantero kampus juga kenal sama dosen batu esnya loh itu. Siapa coba yang enggak kenal pak Zaid, si dosen unyu-unyu, sudah manis, ganteng, badan kek model, walau gayanya sederhana dia sudah punya rumah sendiri dan harta, ya walau ga kek anak sultan hartanya, cowok mandiri, alim juga yang utama, terus,...prestasinya di mana-mana, lulusan terbaik pasca sarjana beberapa tahun lalu, peraih juara 1 lomba MTQ nasional, dosen termuda di fakultas dakwah, dosen terkeren di dakwah, dan yang lebih hebatnya lagi,... pak Zaid itu dosen yang paling pengertian dengan mahasiswa, idaman banget woy. Perfect banget dah, paket komplit sekomplit-komplitnya, kalo loh enggak mau lagi sama dia, loh lapor aja ke gue ya, gue siap terima dudanya pak Zaid, gapapa gue rela nunggu kalian pisah. Masa depan gue sudah dipastikan cerah, dan juga akhirat gue sudah terbayang bakal nyicip surga karena dibimbing sama orang alim dan pinter," jelas Gina dengan gaya khasnya.

Asya melotot mendengar penuturan Gina. Benar, tidak bisa dimungkiri semua yang Gina ucapkan memang fakta dan Asya mengetahui itu. Hanya saja, mengingat sikap menyebalkan Zaid membuat Asya ingin menghabisi Zaid hari ini juga.

Di Penghujung Doa Cinta {Terbit}Where stories live. Discover now