Putra Kelana 2

21.2K 1.8K 35
                                    

Kabut lenyap seketika saat sosok yang mereka cari muncul, sosok yang selama ini hanya bermain dari kegelapan, otak di balik rencana menciptakan kota setan.

Abyad melangkah mendekat, menyisakan jejak kaki di rerumputan berupa api yang menghanguskan.

"Jadi kau yang selama ini selalu menggagalkan rencanaku?" tanya Abyad kepada Kelana. Uap keluar dari mulutnya ketika berbicara. "Apa maumu sekarang?"

"Aku ingin kau pergi dari sini dan jangan kembali!" tegas Kelana.

Abyad tertawa, tawa yang mampu membuat seluruh penghuni hutan berlari mencari tempat persembunyian. "Apa hakmu?"

"Aku hanya menjalankan salah satu perintah-Nya, 'Amar makruf nahi mungkar'! Karena keberadaanmu di sini sudah membawa banyak kemungkaran!"

"Begitukah?" tanyanya sambil menatap Kelana dan Fajar bergantian. "Baiklah aku akan pergi, tapi ... tunggu hari kiamat tiba!"

"Makhluk terkutuk!" umpat Fajar kemudian mengambil beberapa helai daun di tanah, membacakan doa yang membuat daun tersebut menjadi kaku dan tajam seperti pisau belati, lantas melemparnya ke arah Abyad.

Tak sedikit pun Abyad mengelak, bahkan dia tersenyum, seakan tak merasakan sakit sama sekali oleh serangan barusan.

"Begitu saja?" ejeknya, membuat dada Fajar panas.

Kelana menahan Fajar yang terlihat ingin menyerang Abyad kembali, lantas duduk bersila, mengeluarkan tasbih berwarna putih miliknya dari dalam tas dan melapalkan doa.

"Argh ... argh ... panas ... panas!" teriak Abyad tak lama kemudian.

"Berhasil?" gumam Fajar.

"Hahaha ... hahaha ... hanya terasa hangat di tubuhku ini! Seperti ini kalian ingin mengusirku?" tanya Abyad sinis.

Kelana dan Fajar menyerang Abyad kembali secara bertubi-tubi, Fajar dengan ilmu gaibnya, sementara Kelana dengan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an-nya, tetapi tak satu pun dari serangan mereka mampu membuat Abyad kewalahan, malah mereka yang kewalahan dan kelelahan.

"Jika begini kita tak akan berhasil, Kelana, dia terlalu kuat! Level yang mampu mengatasinya para nabi dan ulama!"

"Ulama? Kakekku seorang ulama di kalangan jin Padang 12! Kau ingat?"

"Lalu?"

"Bukankah aku keturunannya?"

Fajar mengangguk.

"Aku mengerti maksudmu, tetapi tubuhmu yang tak murni lagi, menghalangi potensi penuh yang kau punya! Aku bahkan mengikutimu mendaki selama dua belas jam, padahal bisa saja aku langsung berada di puncak dengan sekali kedip."

Kelana terdiam, dia menyadari apa yang dikatakan sahabatnya itu benar. 'Orang Limun' jika sudah 'bercampur' dengan manusia, segala kemampuan gaibnya berkurang hingga ke titik terendah.

"Hanya ada satu cara mengembalikannya," gumam Kelana.

"Apa kau berpikir untuk menjadi orang limun sepenuhnya lagi?" tanya Fajar.

"Jika itu satu-satunya cara, aku bisa apa?"

"Bagaimana dengan Widuri? Retno? Dia masih bayi! Kau tahu jika sudah memurnikan diri, kau tak bisa lagi hidup berdampingan dengan mereka!"

Kelana berdiri. "Jika dia berhasil mewujudkan rencananya sekarang, aku khawatir Retno akan tumbuh menjadi manusia yang tak beriman kepada Tuhannya. Bukankah kau sendiri sudah tahu bagaimana nasib daerah yang dikuasai mereka?"

Fajar menghela napas. "Kau rela berpisah dengan mereka?"

"Aku rela jika itu demi kebaikan mereka." Kelana membelakangi Abyad, di depannya terhampar cahaya dari lampu-lampu rumah di bawah Gunung Palung, terlihat seperti cahaya kunang-kunang.

DESA SETANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang