04 : Some People who I Loved

16 1 20
                                    

lagi puasa banyak banyakin amal, salah satunya vote karya orang lain, ayo ah!
- Lee Jeno si gantenk dari koryah.

Selamat membaca
.
.
.

Sejak ditinggalkan begitu saja di depan kelas tadi, aku tidak berbicara lagi dengan Jeno. Susah juga cari dia, sudah mencari sampai rooftop ternyata dia ada di ruangan piket lagi ngobrol sama Satpam.

Gila, Jeno sengambek itu. Ditambah Ryu dan Hua yang terus menanyakan kabarku dengan Jeno. Nambah lagi Chenle dan Felix yang terus mengajakku main ludo sama cacing.

Kepalaku bisa pecah berubah jadi butiran kerikil.

Sehabis bel pulang tadi, aku berlari menuju gerbang sebelum Jeno termasuk Yohan melihatku. Aku berjalan di sepanjang kota Seoul ditemani mendung dan suara gemuruh langit.

Berhenti sejenak untuk beristirahat, menengadahkan kepala keatas. Menatap langit dengan awan gelap dan memejamkan mata.

Titik demi titik hujan membasahi muka hingga bajuku. Hujan berubah deras, aku masih diam di tempat dengan mata terpejam menghadap langit. Tangan yang saling bertautan lalu memeluk diri.

Ditengah pelukan hujan, muncullah pelukan hangat dari seorang laki-laki.

Hujan memelukku dingin, tapi lelaki ini memelukku hangat.

'Jeno,' batinku bersuara.

Di seberang jalan, aku melihat seorang laki-laki membawa dua payung hitam, satunya dia pakai dan satunya lagi dia pegang.

Lelaki itu tampak melihatku yang sedang berpelukan dengan Jeno. Berdiri mematung menyaksikan kami.

Tapi aku tak bisa melihatnya dengan jelas, ya kunang-kunang. Dia memakai baju putih yang dilapisi mantel coklat, celana panjang kotak-kotak, dan memakai syal coklat di lehernya. Lalu, lelaki itu perlahan pergi dan berubah menjadi hitam.

Penglihatan gelap, tubuh melemas, dan kakiku tak bisa menahan tubuh. Setelahnya, aku tak ingat apa-apa.

~

Kepalaku pusing seperti sedang bermain komidi putar. Mataku terbuka dan mendapati Jeno bersama Tante Taeyeon menyambutku dengan senyum berseri.

Tante Taeyeon yang tak lain adalah Mamanya Jeno, membantuku duduk. Dan Jeno yang membawakanku teh manis hangat.

"Lo udah baikkan Nay?"

"Masih pusing gak?"

"Pingsan ko gak bilang-bilang?!"

Jeno dipukul kecil oleh Tante Taeyeon dan dia melarang Jeno mengeluarkan kata-kata lagi. Aku hanya bisa tersenyum simpul melihat mereka.

Melihat-lihat seisi ruangan, ternyata itu kamar Jeno. Aku hafal sekali kamar Jeno karena aku sering mengunjungi ruangan ini.

Sekedar bermain, maaf hehe.

"Lain kali kalo lagi marahan jangan sampe hujan-hujanan ah!" tegas Tante Taeyeon menasihati.

"Iya, Ma," respon Jeno.

"Kalian pacaran tuh aneh-aneh aja," ucap.

Pacaran? Jadian aja belom pernah. Tapi perhatian dan perlakuan Jeno padaku layaknya seperti pacar apalagi sama ngambeknya Jeno tadi. Kami cuma bersahabat.

My HopeWhere stories live. Discover now