01 : There is You

65 19 57
                                    

Bergerak tanpa gerakkan.
Berbicara tanpa mengeluarkan suara.
Peluk tanpa dirasakan.
Rindu tanpa balasan.

- Imajinasi -

~•~•~•~•~

The story of
"My Hope"
.

Selamat membaca
.
.

"Kamu adalah satu-satunya wanita yang aku cintai selama ini."

"Setelah dewasa nanti aku akan menikahimu, sayang."

"Aku akan menjadi laki-laki yang setia untukmu."

"Dan aku harap bisa menetap bersamamu selamanya."

"Selamanya..."

"Selamanya.."

"Selam---"

Tittt! --- suara klakson motor

"Hhh, AHH KAK!" teriakku.

Aku kaget dan jatuh dari belakang motor scooter berwarna putih. Paha dan pantat kiriku terbentur sekaligus.

"Ya ampun, Dek!" seru gadis pemilik motor itu, lalu membantuku untuk berdiri.

Gadis itu membersihkan rok dan memastikan tubuh bagian bawahku tak ada yang terluka. Dia terlihat cemas. Menggemaskan.

"Ko ngagetin sih! Sakit ahh," lirihku kesakitan sambil memegang pinggang kiri yang sedikit encok.

"Salah siapa ngelamun coba! Jomblo mah apa yang harus dilamunin," ledek gadis itu sambil tertawa manis dan mengelus lengan kiriku dengan lembut.

"Ish, Kak Rose! Udah ah aku laper."

Bayangan itu terus menghantui kepalaku. Kalimat-kalimat yang membuat bulu kuduk berdiri (geli) tapi bagiku itu sangatlah mengerikan.

Sedikit menelan ludah dan memejamkan mata berusaha tidak mengingat apapun lagi. Optimis saja mungkin hanya efek kelaparan.

Aku berjalan menuju pintu depan rumahku. Rumah yang tak besar dan tak kecil memiliki dua lantai. Dihuni oleh dua orang gadis kakak beradik. Warisan dari kedua orang tuaku.

Kami---Aku dan Kak Rose--- telah yatim piatu. Orang tua kami meninggal karena kecelakaan pesawat sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu. Karena itulah, kami harus hidup mandiri tanpa perhatian orang tua.

Perutku terasa sakit. Aku berlari ke dapur setelah membuka sepatu dan menyimpan tas di sofa ruang tengah. Melihat ada apa saja makanan di balik tudung saji. Kubuka tudung saji dan senyum sumringah.

"Yee makan! Kayanya enak nih!"

Aku mencium wangi nasi goreng udang yang Kak Rose masak. Menu yang hampir setiap hari kami makan, kami jarang memasak makanan yang susah dibuat.

Aku mulai melahap makanan tersebut dengan bahagia. Laparku terobati, cacing-cacing perutku sudah tak demo lagi. Bahagia itu sederhana.

"Jangan diabisin! Kakak belom makan juga," teriaknya.

"Sini atuh cepet!" teriakku sambil menyuapkan nasi.

~•~•~•~•~

Bukkk!

Aku terbangun pagi itu, terkejut akan suara yang bersumber dari ruangan sebelah. Kamar Kak Rose.

Beranjak turun dari ranjang dan aku segera menuju sumber suara.

My HopeWhere stories live. Discover now