03 : Kejutan

31 8 39
                                    

Selamat membaca
.
.
.

"Ayo pulang!" ajaknya.

Laki-laki bertubuh jangkung, berambut hitam ke abu-abuan, dan memiliki lekukan wajah yang tampan saat dia tersenyum padaku. Aku berdiri mematung dan mengerutkan kening saat melihatnya.

"Siapa Nay?" tanya Jaemin.

Gelengan kepalaku membuat Jaemin bingung dan keluar mobil. Jaemin menarik jasnya sampai atas sikut dan siaga 1.

Kelakuan Jaemin dibalas lelaki tak dikenal itu dengan tertawa kecil membuat mata Jaemin melotot dan sepertinya berlanjut siaga 2.

"Mohon maaf, lebih baik anda pergi!" perintah Jaemin dengan nada keras.

"Kalau masih diam disitu saya akan habisi anda!"

Lelaki itu melangkah maju satu langkah ke kanan. Ancaman Jaemin tidak membuatnya takut. Ada apa dengan laki-laki itu?

"Ngapain dah anj--- Wih, brotha!" sahut Mark dengan mata yang melebar dan mulut yang terbuka lebar.

Jaemin dan aku saling menatap heran dengan mengerutkan kening masing-masing, melihat perlakuan mereka yang sudah akrab sekali. Aku bertanya pada Jaemin tapi tak dijawab olehnya. Keningnya masih tetap mengerut sambil melihat heran kearah Mark dan lelaki itu.

"Guys, he is my friend. Ya meskipun lebih tua dia sih, kenalin Jung Jaehyun," ucap Mark menjawab tanya-tanya kami---aku dan Jaemin--- dari tadi.

Laki-laki bermarga Jung itu mengulurkan tangan kanannya tanda memperkenalkan. Aku dan Jaemin membalas uluran tangannya serta anggukan.

"Terus kenapa lo tiba-tiba ajak Nayoung pulang?" tanya Jaemin.

"Gua pacar kakaknya, Roseanne Park," jawabnya.

Jawaban itu membuat mulut dan mata kami bertiga melebar. Dia hanya tertawa kecil melihat respon kami. Mungkin dia orangnya receh, sejak tadi ketawa terus.

"S-serius? Sejak kapan?" tanyaku.

Pertanyaanku hanya dijawab senyuman berdimple di pipi miliknya. Dia mengajakku untuk bergegas naik mobil tepat 10 meter di belakang mobil Mark. Sebelum hujan katanya.

Pintu depan mobil kubuka dan Kak Rose tersenyum lebar saat melihatku. Pipi Kak Rose ku cubit lumayan keras dan ia mengusap pipinya yang memerah kesakitan.

Karena di depan diisi oleh pacar pemilik mobil jadi aku duduk di jok belakang. Pasangan didepanku sangat serasi, sepanjang jalan mereka saling bercanda. Melupakan aku yang sendiri di belakang.

"Basmi aku dong baygon!" ucapku yang tak didengarkan oleh mereka berdua.

Aku bergumam kesal, "Asik bener, aku kan iri."

"Janji deh aku bakalan setia."

"Kan aku cuma maunya kamu gak ada yang lain."

"Ish bucin," gumamku dan mengalihkan pandangan ke arah kaca mobil.

"Janji... selamanya."

Perkataan Kak Jae, perkataan itu ---sangat menggelikan--- perkataan yang selalu menghatui pikiranku, sering menjadi kembang tidurku, dan setia menemani rinduku. Pada seseorang yang entah... aku tidak ingin mengingatnya.

"Selamanya."

'JANGAN GANGGU GUE LO!' teriak batinku.

Hatiku tak pernah salah, aku memang tidak ingin mengingatnya, tetapi di hati yang dalam ini ada sesuatu berwujud harapan kecil yang kemungkinan buah harapan... nantinya pun kecil.

My HopeWhere stories live. Discover now