Masa akreditasi sekolah sudah semakin dekat. Hal ini membuat anak-anak OSIS semakin sibuk akan banyaknya persiapan supaya sekolahnya dapat mendapatkan nilai akreditasi yang maksimal.
Hari ini mereka berkumpul di ruang OSIS ketika pulang sekolah untuk mematangkan persiapan. Kiara datang sedikit terlambat. Tadi ia harus pergi ke toilet dulu, biasa kedatangan tamu bulanan yang cukup membuatnya repot.
"Eh, Kiara, sini! Tolong sampein hal yang udah kita bahas kemarin di depan temen-temen dong!" minta Elang sedikit berteriak karena Kiara baru saja masuk ke ruangan tersebut.
Kiara dengan kikuk maju ke depan untuk menyampaikan hal yang sudah sempat dibahasnya dengan Elang kemarin. Kemarin Elang mengantarnya pulang, karena lagi-lagi Kiara tidak mendapatkan angkot dan cuaca mendung. Dengan terpaksa Kiara menerima tumpangan Elang.
"Jadi besok kan guru-guru rapat buat ujian kelas dua belas, otomatis kelas kosong selama beberapa jam. Nah, kita manfaatin waktu itu buat bersihin lingkungan sekolah. Kelasnya dirapiin, barang-barang yang udah gak penting mending dibuang aja. Biar nggak keliatan kotor kelasnya," jelas Kiara
Semua pengurus OSIS mengangguk setuju dengan ide Kiara. Ria selaku sekretaris mencatat ide Kiara dan bersuara, "Oke kalo gitu, nanti kalian umumin di grup kelas masing-masing buat bawa alat kebersihan ya! Nanti yang nggak bawa alat kebersihan kita kasih hukuman."
"Weh, ide bagus juga nih! Hukumannya apa enaknya?" tanya Ohim
"Gimana kalo harus bantuin kita buat mading?" saran Ria
"Boleh, tuh. Kan waktu kita mepet banget buat nyelesaiin mading, jadi kita suruh mereka yang ga bawa alat kebersihan untuk bantu aja." putus Elang
Semua pengurus mengangguk setuju. Rapat selesai dan waktunya untuk pulang. Tiba-tiba perut Kiara sangat nyeri dan membuatnya lemas. Banyak pengurus OSIS yang sudah pulang. Dengan tertatih Kiara keluar ruang rapat menuju ke gerbang. Ia hendak pesan taksi online sembari berjalan ke gerbang. Ia sangat fokus ke ponselnya, dengan tangan kiri memegang perutnya yang mules dan badan yang menunduk menahan sakit.
bug!
Tubuh mungil Kiara menabrak seorang laki-laki yang berhenti di depannya dan menyebabkan ia jatuh. Tak hanya badannya yang jatuh, tetapi ponselnya juga. Saat hendak mengambil ponselnya, tangan seseorang terulur mengambilkan untuknya dan sudah siap untuk membantu mengangkatnya berdiri. Dengan kesal ia mengambil ponselnya dengan kasar dan menerima uluran tangan orang itu. Tetapi karena terlalu kesal sampai-sampai ia belum melihat siapa sebenarnya orang yang menabraknya itu.
Kiara sudah berdiri dan hendak memaki orang tersebut. Ia menatap orang itu dengan terkejut. Orang itu tersenyum tipis, sambil berkata, "Lain kali kalo lagi sakit gak usah maksa ikut rapat."
Kiara tertawa dengan remeh dan menjawab, "Gak usah sok peduli." Setelah mengatakan itu, ia segera berjalan ke gerbang karena taksi-nya sudah sampai. Ia tidak sedikitpun menoleh ke belakang.
Seperti biasa, Keno dengan tatapan yang sulit diartikan menatap kepergian Kiara dengan diam. Dalam hatinya ia sangat ingin mengejar gadis itu dan mengantarnya pulang. Ia di sekolah sampai se-sore itu bukan tidak ada alasan. Ia sudah mengamati dari tadi pagi bahwa Kiara terlihat sakit perut. Ia khawatir.
Namun, nyatanya memang dia terlalu pengecut karena hanya berani muncul sesekali dihadapan Kiara dan membuat gadis itu kesal dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
Akhirnya Keno memutuskan untuk pergi dari sekolah. Ia sudah melihat Kiara masuk taksi. Ia akan lewat rumah Kiara sebentar untuk memastikan gadis itu pulang dengan selamat.
-
Kiara terbangun saat Bi Inah mengetuk pintu kamarnya. Dengan kesadaran yang belum penuh, Kiara duduk di tepi kasur sambil memegang perutnya. Perutnya masih terasa nyeri. Tetapi sudah lebih baik dari pada saat di sekolah tadi.
"Non, ini ada ojol yang nganterin barang. Katanya buat Non Kiara," jelas Bi Inah sembari meletakkan paper bag yang katanya dari ojol itu di meja samping kasur Kiara.
"Hah? Kiara ga ada pesen apa-apa tuh, Bi?" bingung Kiara
"Ga tau, Non. Bibi mah nurut aja sama kang ojolnya," jawab Bi Inah
Setelah Bi Inah pergi, Kiara membuka paper bag tersebut dan melihat sebuah pad pereda nyeri haid, dua botol kiranti, dan juga satu toblerone white chocolate size jumbo. Perasaan Kiara bergejolak tidak jelas. Ada rasa yang tidak bisa dideskripsikan.
Tak lupa, ada sebuah note kecil di dalam paper bag tersebut.
Semoga barang-barang ini bisa ngeredain sakit perut lo, ya.
Maaf gue terlalu pecundang untuk ngasih ini secara langsung.
Ada letupan bahagia dari hatinya yang terdalam. Sayangnya perasaan itu tertutup oleh gumpalan kekecewaan yang ia pendam sejak kejadian itu. Kiara hanya bisa diam, tidak bisa berbuat apa-apa untuk sekarang. Barangnya sudah sampai, mendingan diminumkan kirantinya dari pada mubazir?
Kiara membuka HP-nya untuk memberikan pemberitahuan di grup kelas bahwa besok setiap orang wajib membawa satu alat kebersihan. Ternyata ada dua notifikasi yang cukup menarik perhatiannya.
Arkeno S added you as a friend by phone number.
(whatsapp)
Kayla : gue yang kasih nomer lo ke Keno.
-
YOU ARE READING
K I A R A
Teen FictionPenyesalan memang selalu hadir di akhir. Itulah yang dirasakan Arkeno Sebastian sekarang. Menjadi berandalan dengan segala kesibukan tetap saja tidak cukup untuk melupakan gadis itu. Ia tidak bisa munafik akan perasaannya terhadap gadis itu yang ter...
