44• Bulan mendengar dalam bisu

213 27 0
                                    

Even in your darkest night or
lightest day it always there, didn't
speak, just there, for you, listen carefully, no matter what.

[]

Julius adalah bulan, lelaki pecinta gitar akuistik itu diam tak bersuara namun selalu ada di sana ketika kau merasa sulit atau ingin berbagi suka. Cukup dengan tengok saja ke arahnya, maka ia akan mendengar semua ocehanmu tanpa menyergah atau sok menggurui. Julius adalah teman yang asik, terkadang gila. Jenar bilang sendiri padanya, kalau sikap Julius yang menenangkan ini begitu membuatnya jatuh cinta.

Sama seperti Scarlet, Julius adalah tipe orang yang menjaga kedamaian dan anti konflik. Lelaki ini dibekali kemampuan bersosialisasi yang baik hingga bisa membaur di lingkungan manapun. Tapi ia selalu bilang, kalau Rean dan Leon adalah orang yang paling unik diantara semuanya. Keduanya mampu tertawa sampai menangis dan menangis sambil tertawa. Masing-masing memiliki beban sendiri yang juga belum begitu Julius mengerti kronologisnya. Keduanya tak suka menyampaikan melalu lisan. Seperti teka-teki dengan jawaban melalui persepsi yang tak kunjung ditentukan titik akhirnya.

Aku lupa kapan pertama kali melihat wajah Julius. Aku lahir di kota ini dan tinggal di rumah samping Julius sejak hari itu. Aku ingat, saat kami berebut bola plastik seukuran bola tenis di halaman rumahku. Julius menangis tertahan dan aku tetap tak menyerahkan bola merah itu padanya. Aku ingat juga hari dimana kami pergi ke Taman Kanak-Kanak yang sama. Ia diusik oleh beberapa bajingan kecil yang akhirnya menangis karena aku memukulnya.

Kalau kupikir-pikir, tidak ada hari dimana aku tumbuh tanpa adanya Julius di sisiku.

Aku ragu, mengapa ia begitu betah denganku. Aku tidak ingin ia merasa terpaksa. Toh aku sudah tidak suka memaksakan kehendak dan asal pukul seperti masa kecilku yang bodoh itu. Aku pernah bilang, pergi saja kalau ingin. Memang hanya ia lah temanku. Tapi sepertinya aku tidak bisa terus menutup diri. Terutama setelah kecelakaan itu, sebagian diriku ikut mati bersama ayah. Untuk kembali menghidupinya, aku harus memulai dari awal.

Menjadi Anggrean yang baru. Orang yang ramah dan murah senyum. Tidak bersikap kasar serta supel. Sesuatu yang bahkan tak pernah kupikirkan sebelumnya, sedikitpun. Meski ada sedikit rasa takut untuk memulai berteman setelah Leon memutuskan persahabatan kami, aku tidak boleh menyerah. Mari buka lembaran baru. Tapi kembali lagi, aku hanya manusia. Diri baru yang susah payah kubentuk hancur ketika kanker terkutuk ini datang. Segala luka masa lalu terangkat ke permukaan.

Aku kembali menjadi aku yang ingin kulupakan. Aku yang penuh kepedihan. Aku yang tak bisa melakukan apapun kecuali meratap. Aku benci, tapi untuk lari dari kegelapan ini aku tak punya apapun lagi. Maka aku tetap di sini, jadi begini.

Julius mengamati Rean yang tersengal-sengal dengan wajah sama pucatnya dengan lelaki itu sendiri. Ia dilanda gundah. Sebagian dirinya bilang ia harus datang, sebagian lainnya ingin ia tinggal diam. Seperti bagaimana ia seharusnya. Rean pun takkan suka dilihat dalam keadaan kambuh begitu, tapi bagaimana lagi. Lelaki itu butuh pertolongan.

"Re, sesak lagi?" Persetan dengan segala konflik batin dalam benaknya Julius segera menghampiri Rean.

Tanpa diduganya Rean mengangguk sebagai jawaban. Pertama kalinya dalam hidup Julius melihat Rean sakit dan si empunya mengiyakan. Namun ia masih Rean yang keras kepala. Lelaki itu mencoba bangkit, tentu saja, gagal. Seperti dihantam palu, kepalanya nyeri bukan main. Seharusnya Rean tahu, tubuhnya tak akan mampu untuk diajak berpura baik-baik saja. Ia limbung.

WithinWhere stories live. Discover now