27• Tumbang

270 28 7
                                    

Bad times always exist in life,
it'll wake you up to the good stuff
you weren't paying attention to.

[]

Ini pertama kalinya bagiku setelah bertahun-tahun tenggelam dalam aliran deras kehidupan. Sudah cukup lama sejak aku tidak membiarkan diriku bersenang-senang dan hidup dengan santai. Kurasa aku harus berhenti untuk terus menekan diriku dan sedikit berbangga atas apa yang kucapai. Meskipun belum ada yang signifikan. Setidaknya aku mampu melampaui halang-rintang hingga detik ini.

"Naik kapal itu yuk, kayanya seru." ajakku.

"Apaan? Itu mainan anak TK kali." sahut Jenar, sang pecinta adrenalin ekstrem.

Tentu saja gadis super kuat itu tidak akan menerima ajakanku menaiki ayunan berbentuk kapal raksasa yang notabenenya tidak menegangkan sama sekali. Padahal aku mengajaknya naik wahana itu untuk menghindari roller coaster tapi apa daya, tidak mungkin.

"Pakai satu-satu!" Elshe menyodorkan bando dengan karakter lucu padaku dan Jenar.

Aku memilih yang tanduk rusa, milik Elshe adalah bintang, dan Jenar mendapatkan sisanya, yaitu bando dengan unicorn warna-warni di kedua sisinya.

"Lucu banget!" seru Robin sembari mengarahkan kameranya pada kami.

Tadi pagi setelah bangun tidur aku dikejutkan oleh kedatangan mereka dengan pakaian rapi di rumahku. Katanya ingin ke teen park. Akupun mengiyakan karena memang sudah sangat lama tidak kesini. Bagusnya, semua tampak lebih baik. Wahana, suasana, makanan, segalanya, jauh lebih indah dari apa yang tersimpan di memoriku.

Actually unplanned trip is the best cause planned one would never be real.

Rasanya ingin muntah setelah naik roller coaster. Untung tidak. Belum selesai mualku, Robin mengajak kami ke rumah hantu. Sebenarnya aku tidak terlalu takut pada hal-hal semacam ini tapi yah, tetap saja aku tidak seberani itu.

"Seru banget ya!" Elshe mengunyah mochi stroberi yang dibelinya beberapa saat lalu.

Aku meminta mochi itu satu lalu mengunyahnya, "habis ini apa lagi?"

"Autumn breeze keknya bagus." usul Robin.

"Yang tiket masuknya agak mahalan itu?"

"Seratus tiga puluhan kalau gak salah,"

"Ngapain sih? Palingan foto-foto doang."

Elshe segera menyahut, "ya emang Jenar. Di sana foto-foto, tapi atmosfernya beda kali. Musim gugur super cantik kayak di luar negeri gitu."

"Elah,"

"yang excited dong. Bentar lagi kan kita pada kelas dua belas, gak bakal sesantuy ini. Nikmati aja momennya sebisa mungkin." tambah Robin.

"Aduh berat," sahutku.

Tidak menampik, memang benar yang dikatakan Robin. Sebelum kita terlampau sibuk untuk sekedar saling berkumpul seperti ini. Akan lebih baik kalau menikmati apa yang kita lalui sekarang.

Hari sudah hampir sore ketika kami berempat memutuskan untuk meninggalkan teen park yang masih cukup ramai ini. Tentu saja kami tidak langsung pulang. Rencananya kami akan main ke Kedai Pak Rusdi, makan yang banyak lalu pergi ke benteng sampai matahari tenggelam.

"Kirimin fotonya dong, pengen cepet-cepet ngeinstastory nih." kata Elshe pada Robin.

"Entar deh."

"Oh ya, tumben gak bareng Julius?" tambah Elshe.

Senang sekali rasanya. Tapi sebelum kami beranjak pergi ponselku bergetar. Menampilkan nama Rean di lock screen. Setelah sekian lama tidak berkomunikasi, hal apa yang kiranya membuat lelaki itu kembali menghubungiku.

WithinWhere stories live. Discover now