"Ya itu kan resiko kerjaan kalian, gimana sih?" Evan terkekeh. "Udah dulu ya, udah malem juga, gue gaenak sama orang rumah, nanti dicariin."

"Buset, udah kuliah masih dicariin!" ejek Nada. "Yaudah Ati-ati, makasih yaaaa jangan kapok booking gue!" Lanjut Nada.

Nada melambaikan tangannya pada Evan yang kini mulai mengendarai motornya menjauhi gerbang rumah Nada.

"Kalau dipikir-pikir, kedengarannya gue kayak cewek bookingan, ya?" ucarnya dalam hati sembari membuka slot kunci gerbang rumahnya.

"Ya emang iya sih," lanjutnya, kini dikuti hembusan nafas berat.

Rumahnya masih sepi. Sepertinya Bunda Din memang belum pulang dari Kedai. Rencananya malam ini Nada akan mengerjakan tugas yang diberikan oleh Pak Rama. Dan lanjut untuk membaca novel barunya yang baru saja Ia beli tadi siang setelah kuliah. Itu pun kalau tugasnya sedikit dan bisa diselesaikan malam ini.

Setelah Nada berganti baju dengan baju yang nyaman, menyiapkan kopi dan camilan, Nada mulai menghidupkan laptop di meja belajarnya. Setelah membaca dan memahami tugas yang diberikan Pak Rama, Nada mulai mengerjakan tugas tersebut. Memang tidak banyak, namun dibutuhkan analisis yang kuat dan benar serta pemilihan teori yang pas. Kalua teori yang dipilih tidak pas, ya hasil analisisnya akan tidak tajam dan tidak menjawab pertanyaan penelitian.

Tepat pukul satu malam, Nada berhasil menyelesaikan tugasnya. Ya walaupun memang untuk pengetikannya belum rapi dan Ia juga belum mengedit cover depan tugas tersebut. Tapi berhubung tenggat waktu yang diberikan masih lama, Nada akan menyelesaikannya esok hari.

Rupanya Nada mengubah rencananya malam ini. Ia tidak akan mulai membaca novel barunya sekarang. Karena saat ini sudah dini hari, Nada takut Ia tidak bisa bangun jam tujuh pagi esok hari.

***

Pagi ini, jam delapan pagi, seharusnya kelas Pak Rama. Namun tida-tiba saja ada pengumuman kalua kelasnya kosong. Entah Nada harus senang apa sedih. Kalua dihitung-hitung sudah lebih dari tiga kelas yang kosong, itu berarti aka nada banyak kelas pengganti, tugas dan makalah yang akan menumpuk di akhir semester.

HUFFFF. Nada menghembuskan nafas kesalnya. Seperti biasa, Rena dan Petra hanya saling berpandangan dan menggerakkan bahu mereka keatas dan kebawah. Entah itu kode berartikan apa, Nada tidak mengerti.

"Banyak banget nih besok kelas penggantinya." Ucap Nada setelah melepaskan tas ranselnya dan menaruhnya di kursi kosong sampingnya.

"Ya gitu, bukannya tiap semester juga gitu. Kelas pengganti numpuk, tugas numpuk, begadang, mana banyak orderan. Bodo amat dah besok gimana ngatur waktunya." Rena menimpali.

"Biasanya juga nggak pernah ngerjain tugas, sok-sok bingung atur waktu. Gue aja yang--" belum sempat Petra menyelesaikan kalimanta, Nada dan Rena sudah memotong.

"Nggak usah mulai deh Pet!" Ucap Nada dan Rena bersamaan, seolah tau sebentar lagi Petra akan membandng-bandingkan dengan jadwalnya yang juga ada pekerjaan lain selain di Jasa Pendamping, yaitu jadi barista di salah satu café milik temannya.

"Oke-Oke, By the way, kemarin selesai kelas jam dua belas, gue liat Pak Rama lari-lari ke mobil gitu, kayaknya ada yang penting, deh." Rena membuka percakapan lagi.

"Kemaren ini?" Tanya Nada memastikan.

"Iya." Jawab Rena diikuti anggukan kecil dari Petra seolah meyakinkan Nada kalua yang dikatakan Rena adalah benar.

"Mungkin, ada hubungannya dia nggak masuk kelas hari ini." Rena menyambung.

"Kira-Kira kenapa, ya?" Nada mulai tertarik dan mulai penasaran. Kira-kira apa yang membuat Pak Rama kemarin tidak ada di ruangan, dan tenyata dia terburu-buru ke mobil dan sekarang dia tidak masuk kelas.

"Nikah mungkin." Ujar Petra yang sukses membuat Nada membelalakkan matanya dan tersedak ludahnya sendiri. Alhasil kini Nada terbatuk batuk.

"Heeee nggak heran juga sih, kalo Pak Rama kemungkinan sekarang lagi resepsi pernikahan. Lagian dia juga pasti punya pacar." Rena membalas sembari mengelus punggung Nada untuk meredakan batuknya.

"Ya aneh lah, kalo dia udah punya pacar, bukan, katakannlah calon istrinya ya, ngapain dia pakai jasa kita? Kenapa dia nggak ngajakin pacarnya?" Tanya Nada yang kini sudah tidak batuk lagi.

"Iya juga, ya?" Petra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Terus kenapa dong?" Rena kini mulai membuka ponselnya dan mencari tahu informasi yang bisa dia dapatkan dari cewek cewek para Fans Pak Rama. Bisa jadi mereka sudah mengetahui alasan kenapa Pak Rama tidak masuk hari ini. Memang diantara mereka bertiga, Nada, Rena dan Petra, hanya Rena yang punya teman banyak di kampus. Dan salah satu manfaat punya teman banyak adalah, mudahnya Rena kalua disuruh untuk mencari informasi dan gossip yang beredar di kampus.

Nada juga melirik ponselnya yang kini ia letakkan diatas meja. Sudah sejak malam itu, terakhir Pak Rama mengiriminya pesan, Tidak ada lagi pesan masuk ataupun telepon dari Pak Rama. Bukannya Nada mengharapkan keduanya, namun entah mengapa hal ini mengusik Nada.

***

Malam ini, setelah selesai mengisi lima lagu di Kedai Pojok. Nada menunggu di meja paling pojok sembari membuka laptopnya dan mengerjakan tugas yang diberikan dosen tadi siang. Namun Nada tidak tampak berkonsentrasi karena pandangannya tidak pernah bisa lepas dari ponsel yang ia letakkan diatas meja.

Nada bimbang. Ia sangat penasaran kenapa Pak Rama tidak masuk kelas.

HUFFF. Lagi lagi nada menghembuskan nafasnya dengan keras sebelum menutup laptopnya dan membuka kunci ponselnya. Dicarinya nomor kontak Pak Rama lalu memanggilnya.

Tuuuuttt

Tuuuuuttt

Tuuuutttt

"Halo? Maaf ya, Dhana lagi ke toilet, mau menghubungi kembali atau titip pesan saja? Nanti saya suruh Dhana menghubungi kembali?"

"Oh iya halo, Tidak apa-apa. Nanti saya saja yang menghubungi kembali."

Deg. Jantung Nada tiba-tiba berdetak lebih cepat daripada biasanya.

Benar kata Petra.

***

DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)Where stories live. Discover now