"Panjang ceritanya Shilaaa!" Gemas Ify kepada sahabatnya.

"Ya ceritain dong" kata Shilla lagi. Ifypun menghela napasnya. Kalau dia menceritakan semuanya secara detail maka akan memakan waktu. Makanya dia hanya memberi tahu inti permasalahannya saja.

"What? Jadi sebenarnya lo dulu pernah pacaran sama Rio terus putus? Dia macarin lo karena kalah taruhan dan dia ga ngenalin lo sama sekali karena penampilan lo yang berubah. Terus dia menghindar setelah tahu kalau lo itu salah satu mantannya?" Tanya Shilla beruntun. Dia sempat terkejut mengetahui ini. Pantas saja awalnya Ify menjaga jarak dari Rio karena dia ada masa lalu yang tak mengenakan bersama Rio.

"Iya"

"Kalau perasaan lo sekarang ke dia gimana?

"Gue ga tau Shil" lirih Ify. Diapun bingung dengan perasaannya sendiri.

Shilla menghela napasnya. Untuk masalah yang seperti ini rupanya Ify memang tak begitu mengerti. Dia bahkan tidak menyadari kalau sebenarnya dia telah jatuh cinta lagi kepada Rio. Atau mungkin cintanya yang dulu tak pernah hilang. Makanya tidak ada yang bisa mengetuk pintu hati Ify. Dan saat Rio hadir kembali, awalnya Ify menolak. Tapi lama-kelamaan Ify menerimanya karena sejatinya rasa cinta itu hadir kembali.

"Gue rasa lo itu cinta sama dia Fy. Lo ga mungkin ngarepin pesan atau telpon dari Rio kalau lo gak ada perasaan apa-apa. Untuk masalah Rio yang tiba-tiba ngehindar dari lo setelah tau semuanya itu gue ga tau dah. Lo tanyain aja langsung ke dia nya" Nasehat Shilla.

"Gimana gue mau tanya Shil, dia aja ngehindarin gue?"

"Ya makanya telpon dong. Ribet banget sih! Atau gue aja nih yang nelpon dia" Shilla merebut ponsel Ify dan mencari kontak Rio. Lalu dia menekan ikon panggil.

*Shil!" Tegur Ify. Dia berushaa mengambil ponselnya kembali namun Shilla menjauhkannya. Dia meletakkan ponsel itu ke telinganya. Nomer Rio masih berdering.

"Ga akan berhasil Shilla. Dia pasti ga mau ngangkat telpon gue" kata Ify. Dan setelah Ify berucap seperti itu Shillapun menurunkan ponselnya.

"Beneran. Ga diangkat" kata Shilla yang membuat Ify semakin lesu.

*********

Rio melirik malas ponselnya yang berdering dan menampilkan nama Ify di sana. Kalau biasanya dia harusnya senang karena Ify tiba-tiba menelponnya. Namun berbeda dengan sekarang. Dia sama sekali tidak berminat untuk mengangkat panggilan itu. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya. Lebih tepatnya menyibukkan dirinya agar tidak selalu mengingat Ify.

Seharian ini dia mati-matian menahan diri agar tidak menghubungi Ify atau mendatangi rumahnya. Dia masih kesal karena kenyataan Ify yang berniat untuk membalaskan sakit hatinya dulu. Untung saja dia tahu ini lebih awal. Karena dia tidak bisa membayangkan jika semua ini tidak terbongkar. Entah apa yang telah Ify rencanakan untuk membalasnya.

Dulu dia mungkin salah, dia akui itu. Tapi tidak bisakah Ify melihat kseungguhannya kini tanpa mengingat yang dulu lagi? Dia bahkan rela berubah ke arah yang lebih hanya untuk Ify seorang. Kurang apa lagi pembuktian yang dia lakukan selama ini?

Rio kembali mengangkat kepalanya saat ponselnya berdering kembali. Dia pun mengambil ponselnya saat tau kalau bukan Ify yang menelpon. Bahkan dia tahu saat deringan pertama, karena nada dering panggilan dari Ify sengaja dia atur berbeda dari yang lainnya. Sebucin itukah dia terhadap Ify?

Rio mengernyitkan keningnya saat membaca nama si penelpon yang tak lain adalah tante Selvi, mamanya Ify. Dia menimbang-nimbang antara mengangkatnya atau tidak. Lalu setelah berpikir beberapa detik dia pun memutuskan untuk menerimanya saja. Toh dia tidak ada masalah dengan orang tua Ify kan?

When The Jerk Falling in LoveWhere stories live. Discover now