Bagian Enam - Kepergian

123 10 0
                                    


“Mah, Akbar insya Allah lusa pulang ke Indonesia.” Akbar yang mengabari Shopia lewat telepon genggamnya.

Kata Najwa satu Minggu lagi?

“Jadi, Mamah gak senang Akbar pulang?”

Bukan begitu, ya sudah, nanti Mamah kabari Najwa, yah.”

Jangan, Mah, ini kan kejutan.

“Ya sudah, nanti kabari Mamah lagi.” Akbar langsung mematikan telepon tersebut.

Awalnya jadwal kepulangan Akbar memang Minggu depan. Namun, urusannya bisa selesai lebih cepat dari prediksi Akbar. Jadilah ia bisa pulang ke Indonesia lusa nanti, dan berharap Najwa bisa bahagia melihat kedatangan Akbar.

Bagi Akbar, Najwa ialah gadis terbaik yang dikenalnya. Ia mampu mengisi kekosongan hati serta memberikan warna kehidupan tersendiri.

Setelah memberi kabar Shopia, Akbar pun langsung membereskan beberapa barang yang akan dibawanya pulang.

***

Persiapan pernikahan yang sempat membuat Najwa kewalahan, kini sudah selesai. Sebenarnya, ada rasa tidak percaya, ia akan segera menjadi seorang istri.

Entah kenapa senyuman Najwa selalu menebar di setiap hari. Bahkan, tidak ada alasan untuk meredupkan senyumannya itu.

“Kenapa?” Salwa yang merasa heran dengan sikap Najwa, sejak tadi ia hanya sibuk dengan pemikirannya sendiri.

“Sal, Aku kok gak percaya akan menikah.” Senyumannya kembali merekah.

“Bahasa pengantin beda, sih,” celoteh Salwa dengan senyum kecut.

“Sirik aja. Makanya jangan judes jadi cewek!” Salwa pura-pura tak mendengar, ia hanya sibuk dengan minuman yang sejak tadi menemani mereka.

Setelah jadwal mengajar selesai. Najwa mengajak Salwa jalan keluar, ia sedikit bosan di rumah dengan aktifitas yang sama. Jadilah, mereka berdua menikmati udara sore di warung kopi dekat sekolah Najwa.

Tidak ada lagi percakapan apa pun. Keduanya, sama-sama menikmati alunan musik yang terdengar selaras dengan menu minuman yang mereka pesan sejak tadi.

[Apa kabar? Jaga diri baik-baik, yah]

Satu pesan WhatsApp dari Akbar. Tumben dirinya mengirimkan pesan seperti ini, biasanya hanya seputar persiapan pernikahan saja.

[Alhamdulillah baik. Iya, Mas juga.]

[Di mana?]

[Warkop dekat sekolah, bersama Salwa.]

Seperti biasa, pesan Najwa akhirnya tidak dibalas lagi.

Tidak terasa mereka cukup lama mereka duduk diam dengan beberapa kali putaran lagu. Najwa sesekali melihat jam tangannya, ternyata sudah menunjukkan pukul empat sore. Segera mereka berdua beranjak pulang, dan menuju dua arah jalan berbeda.

Untuk sampai di rumah, Najwa tidak memerlukan waktu yang lama. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari rumah, jika diakumulasikan sekitar sepuluh menit perjalanan.

***

Rasa rindu terkadang lebih menggebu di malam hari.

Baru saja dua pekan Najwa tidak bertemu Akbar, tetapi rasa rindu itu seakan menyayat. Beberapa kali Najwa membuka aplikasi WhatsApp untuk melihat pesan yang masuk. Namun, diantara pesan-pesan itu tidak ada pesan dari Akbar.

Entah keberanian dari mana, Najwa pun memilih untuk mengirimkan pesan lebih dulu. Tentunya tanpa bahasan rindu.

[Mas]

Liku Najwa (COMPLETE)Where stories live. Discover now