Prolog

497 48 55
                                    

“Menjadi sempurna di matamu adalah hal yang paling tersulit, sekalipun harus berpura-pura menjadi orang lain.” – Najwa

“... Saya tidak menaruh cinta. Tapi perlahan-lahan rasa iba berubah menjadi rasa ingin memiliki seutuhnya.” –Azka

“Aku yang sempat menaburkan rasa, tapi kini mendapatkan sayatan pisau di ujung kisah penantian.” –Akbar

****


Setiap pertemuan telah dikehendaki-Nya dan setiap harapan telah bersama takdir-Nya. Seberapa kuat melangkah, tapi jika tidak ada dalam takdir, maka akan hancur pula langkah itu. Meskipun cintanya telah terlontarkan bersama janji pada-Nya.

Menjadi perempuan memang begitu sulit, ia tidak bisa bebas dalam melangkah. Ia hanya bisa pasrah atas langkah yang diambil kekasih hatinya. Karena itu, diamlah ditempat dengan segala hal keajaiban yang memaksa datang.

Seberapa kuat dia membenci, jika telah waktunya mencintai maka akan pada titik rasa itu juga. Hal itu yang selalu menjadi bait doa bagi seorang wanita bernamakan Najwa.

“... Saya tidak pernah mencintaimu, siapa kamu? Hanya benalu bagi kehidupan saya!" ucapan itu terdengar seperti petir bagi hati Najwa. Wanita mana yang tidak sakit, jika suaminya sendiri tidak mencintainya.

“Lalu, kenapa Mas memintaku pada Ayah kala itu? Jika memang Mas tidak mencintaiku? Mas, aku adalah istrimu,” jawab Najwa dengan berusaha tegar, ia tidak ingin terlihat lemah.

“Tidak perlu saya bahas!” Laki-laki itu pergi begitu saja dengan wajah masamnya. Ia sama sekali tidak suka jika memandang wanita yang sekarang berstatus sebagai istrinya.

Najwa hanya bisa pasrah atas ucapan laki-laki tersebut yang sekarang berstatus sebagai suaminya.

.
.
.
.

Mohon krisarnya...💗

Liku Najwa (COMPLETE)Where stories live. Discover now