"Pakai sabuk pengamannya." Lanjut Anka ketika melihat gadis itu yang lagi-lagi melamun memandanginya.

"B baik pak." Ucap Anna terkesiap kaget.

Di dalam mobil, mereka sibuk dengan dunianya masing-masing. Anka fokus menyetir tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Sedangkan Anna sibuk melihat keriuhan jalanan hari itu. Meskipun hari ini hari libur, ibukota tetap saja ramai. Asap kendaraan mengepul menutupi pandangan gadis itu. Hanya puluhan kendaraan yang bisa dilihatnya dibalik kaca jendela mobil.

Gadis itu akhirnya bisa bernapas lega ketika sampai di rumahnya. Karena macet, dia terjebak satu jam lebih di dalam mobil bersama dengan manusia paling menyeramkan baginya. Selama itu, dia merasa sulit bernapas karena ada hawa mencekam disampingnya.

"Terima kasih pak atas tumpangannya." Ucapnya sembari melepaskan sabuk pengaman. Laki-laki itu hanya mengangguk. Benar-benar orang yang hemat bicara.

"Terima kasih untuk tadi." Ucap Anka pelan.

"Apa pak?" Tanya Anna. Sebenarnya Anna mendengarnya, tetapi ia hanya ingin menggoda atasannya itu sesekali.

"Terima kasih untuk tadi." Ucap Anka lebih keras. Wajahnya terlihat menahan kesal. Ingin rasanya Anna tertawa, tetapi ia urungkan.

"Sama-sama pak." Jawab Anna yang masih menahan tawanya. Jika bosnya tahu kalau dirinya mengerjainya, bisa-bisa pekerjaannya akan terancam.

"Jangan lupa laporan keuangannya." Ucapan laki-laki itu sukses membuat selera tawa gadis itu hilang. Sepertinya dia tahu kalau Anna mengerjainya dan ingin membalas dendam. Pikir Anna.

"Iya pak." Jawab Anna malas.

Nadine yang tahu sahabatnya diantar oleh Anka segera menginterupsi Anna saat itu juga.

"Kamu dekat sama Pak Anka Ann?" Tanya Nadine yang mengikuti gadis itu ke kamar.

"Apa sih Dine?" Wajah Anna berkerut. Mana mungkin dia dekat dengan bos kulkas itu. Bahkan dalam keseharian saja, mereka hanya berbicara tentang pekerjaan. Terlebihnya, mereka tidak ada kepentingan untuk saling bicara satu sama lain.

"Jangan-jangan kamu pacaran ya sana Pak Anka." Gadis itu mulai berpikir temannya itu mulai aneh. Pacaran dengan Anka? Benar-benar hal yang mustahil.

"Nadine, tidak mungkin Anna punya hubungan lebih dari pekerjaan dengan Pak Anka. Kamu tahu sendiri kan seperti apa Pak Anka?" Anna menarik selimut dan tidak memedulikan temannya itu yang tetap saja menanyakan hal-hal aneh. Ia ingin beristirahat sebentar, karena nanti malam, tugas dari Anka harus ia kerjakan.

🌸🌸🌸

Paginya, Anna sudah mulai bekerja lagi. Mukanya terlihat lusuh. Gadis itu merasa sangat kesal karena jatah liburnya hilang dengan percuma.

Namun, ada satu hal lagi yang membuat dirinya terkejut. Ternyata, dirinya sudah bekerja sebulan di kantor itu. Anna merasa terharu bisa bertahan selama itu dengan atasannya yang gila kerja dan benar-benar menyebalkan.

Tunggu, ada satu hal lagi yang aneh. Bosnya terlambat? Selama sebulan dia bekerja, Anna tidak pernah melihat satu kali pun Anka terlambat.

"Bagaimana orang itu bisa terlambat?" Batinnya bertanya-tanya. Gadis itu segera menghilangkan rasa penasarannya. Lebih baik dia mengerjakan tugasnya daripada memikirkan hal-hal yang tidak berguna.

"Halo. Baik pak." Brian tiba-tiba menelepon gadis itu dan menyuruhnya untuk segera ke ruangannya.

"Ada apa pak." Tanya Anna setibanya di ruangan Brian.

My Perfectionist Boss "Sudah Diterbitkan"Where stories live. Discover now