Bab 19. Kawan Lama

Start from the beginning
                                    

Suasana hari itu cukup ramai karena para pendaki yang tengah berkumpul menyusun rencana pendakian sebelumnya. Karina sendiri belum mengetahui tujuan Udin menghubungi dan mengajak dirinya untuk datang ke sana. Tidak seperti biasanya, kali ini Udin-lah yang menghubunginya. Di mana El? Karina sudah menemukan jawabannya. Pemuda itu tengah duduk bersanding dengan seorang gadis yang sangat cantik. Kulitnya putih bersih, bulu matanya lentik, senyumnya manis, dan kaki jenjangnya menyelaraskan tinggi tubuh El. Karina langsung dapat menebak bahwa gadis itu adalah kekasih El yang pernah membuat pemuda itu gamang kala mendaki Rinjani.

"Akhirnya mereka balikan," ujar Adul yang tiba-tiba seraya duduk di sisi Karina.

"Kamu tahu arah pandangku, ya. Kapan mereka balikan? Memangnya sempat bubaran?"

"Saat turun dari Rinjani mereka putus, lalu mereka balikan setelah kita turun dari Ciremai. Sebenarnya Pramoda gak punya alasan kuat saat mutusin hubungannya dengan Bang El, dia cuma mau pemudanya itu berhenti mendaki demi keselamatannya," jelas Adul, "namanya pecinta alam, mau dilarang kayak apa tetap aja balik lagi. Sekarang malah si Pramoda jadi bagian dari anggota kita juga," tambanya.

Beberapa bulan telah berlalu rupanya membuat Karina cukup banyak ketinggalan informasi. Selama turun dari Ciremai dan memiliki hubungan yang tidak baik dengan Arsel membuat dirinya lupa dengan keempat teman mendakinya.

Selanjutnya Adul menceritakan bagaimana pendakian mereka setelah turun dari Ciremai. Hingga akhirnya Udin pun berhasil menemukan pujaan hatinya kala mendaki Puncak Slamet. Selain itu, turunnya berat badan Adul juga menjadi bagian dari perbincangan dua insan itu; Karina dan Adul. Di hadapan keduanya, ada Reksa yang tengah asyik berbincang dengan Lisa. Semuanya tampak akrab dan hangat.

"Jadi ada alasan apa kenapa kalian ngundang aku ke sini? Ada pendakian? Ke mana kita?"

Satu hal yang disukai Reksa dari diri Karina adalah, gadis itu tidak sekalipun larut dalam kesedihan ataupun luka yang menyerang hatinya. Dalam hitungan bulan, Karina tengah kembali menjadi pribadi yang ceria dan bergairah seperti saat pertama dirinya bertemu dengan gadis manis itu.

Topi kesukaannya telah Reksa kembalikan saat hendak mengunjungi basecamp, tentu saja Karina jauh lebih semangat dan antusias karena penampilannya telah kembali dilengkapi oleh topi kesukaannya. Sepanjang pertemuan saat itu pembahasan mereka tidak lain adalah tentang pendakian, dan seorang Reksa yang sebelumnya tidak banyak bicara kini menunjukkan jati diri yang sebenarnya; jahil dan mudah berbaur.

"Bagaimana?" tanya El di ujung penjelasannya.

Adul dan Udin tetap seperti mereka adanya, selalu kompak dan setia kawan. Keduanya serempak menganggukkan kepala dan setuju dengan ide yang El paparkan sebelumnya. Mereka berencana mendaki Merbabu dan kali ini menggunakan perjalanan pribadi seperti mendaki Ciremai sebelumnya. Tidak menggunakan jasa travel. Lisa pun setuju dengan alasan, hal itu dapat menghemat biaya pengeluaran selama melakukan perjalanan.

"Deal! Sementara ini jadwal kuliahku aman, hanya mempersiapkan proposal penelitian. Ya, meski begitu kurasa bisa ditangani," ucap Karina pada keempat teman mendakinya.

Seperti rahasia umum, berita kepergian Arsel tidak satupun dari keempat teman Karina menanyakannya. Seolah mereka pun telah mengetahui hubungan Karina dan Arsel yang tidak baik-baik saja. Sejak awal Karina tiba, tidak satupun dari mereka menyinggung sebuah perbincangan tentang Arsel. Jujur saja, hal itu membuat Karina tidak nyaman. Bukan ia tak menyadari, hanya saja Karina sungguh ingin salah satu dari mereka ada yang menyebut nama Arsel semata-mata karena mereka benar-benar mengingat Arsel dan tak mengabaikannya karena keberadaan Reksa. Namun, Karina membiarkannya. Mungkin begini lebih baik, gumam Karina dalam hati.

3.726 [COMPLETE]Where stories live. Discover now