Prolog

22.3K 1.3K 52
                                    

Azan subuh terdengar samar berkumandang dari ribuan meter di lereng gunung. Bisik angin yang berembus begitu merayu mata yang masih sayup. Tubuh seolah terempas. Udara dingin menusuk sela-sela tulang rusuk hingga sebuah jaket tebal tak lagi mampu melindungi tubuh.

Pemuda itu masih tegak berdiri menanti terbitnya matahari dari ufuk peristirahatan sang surya.

"Hoi, Sel, subuh jamaah!" ajak salah satu pendaki pada pemuda itu.

"Oke." Ia teriak pada teman pendakinya lalu berjalan mengambil tayamum.

Kini ia tengah berdiri di barisan salat. Menghadap Tuhan, memunaikan kewajibannya. Beberapa pendaki tidak melakukan. Mereka membantu menyiapkan sarapan pagi.

Usai melakukan ibadah, para pemuda tadi kembali menikmati keindahan alam yang Tuhan berikan bersama-sama dengan pendaki lainnya. Arsel berdiri di tengah barisan, menghadap Gunung Tambora. Dari pelupuk matanya perlahan muncul semburat oranye. Cahaya matahari pagi yang menghangatkan itu, sangat mereka dambakan. Jauh di bawah sana, birunya kaldera tampak menyerupai laut. Begitu pekat, nampak indah sekali. Anak gunung mengembuskan asap dan abu vulkanik. Namanya, Gunung Barujari.

"Sel, foto bareng, yuk!" seru gadis yang menanjak bersama si pemuda yang dipanggil tadi.

Arsel  menghampiri. Ponsel di tangan kanan gadis itu telah siap memotret. Keduanya melakukan foto selfie. Si gadis merangkul bahu pemuda di sisi kirinya.

"Ka, bisa bantu pegang dan arahkan kameranya ke saya? Mau buat video," pintanya setelah melakukan foto.
Segera gadis itu menggamit ponsel Arsel dan bediri di hadapannya. Menyorotkan kamera ke arah pemuda yang memintakan bantuannya tadi.

"Kamera siap!" seru gadis itu lalu menekan tombol rec pada ponsel.

Hai! pagi ini, 23 Februari 2017 saya berada di ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, Puncak Rinjani. Saya minta maaf karena belakangan ini telah mengabaikanmu. Sebenarnya saya memikirkan beberapa hal yang mengganggu pikiran, tapi syukurlah semuanya telah beres. Di atas sini, saya sudah memutuskan. Saya akan mengaku sebuah rahasia yang tak pernah kamu tahu.  Asmara Novandra, maukah kamu menjadi kekasih saya?

Langit tidak pernah tahu, kapan datangnya hujan atau kapan datangnya cerah. Langit hanya tahu, jika matahari menampakkan wujudnya, maka itu cerah. Dan, jika matahari bersembunyi, maka manusia harus bersiaga. Bisa saja hujan akan turun atau sebaliknya; Mendung.

Seperti mencumbui harapan manusia, lalu mengkhianati begitu saja. Manusia tidak pernah tahu, mengapa ia dapat hidup lama atau mengapa ia hanya hidup singkat. Seperti dua buah hati yang saling mengingkari atau menyatakan kebenaran. Mereka takkan tahu mengapa berdebar atau mengapa biasa saja. Apakah itu cinta? Atau, itu hanya ilusi?

Manusia tidak pernah tahu, mengapa seseorang jatuh cinta dengan gilanya atau mengapa seseorang patah hati dengan gilanya.

Mereka lupa, kalau ternyata luka dan kepedihan juga terjadi karena terlalu cinta. Seperti si gadis yang tak pernah tahu, apakah dada kiri pemuda yang selalu bersamanya berdebar untuknya? Dan, si pemuda yang selalu bertanya-tanya untuk siapa hatinya selalu berdebar?

3.726 [COMPLETE]Where stories live. Discover now