Bab 17. Aku Baik-baik Saja

3.2K 283 4
                                    

"Turun di sini, pak!" ujar Tiara.

Karina bersama Tiara dan ketiga anggota lain—termasuk Reksa—telah tiba di lokasi pertanian. Cerahnya mentari pagi itu seolah memberikan harapan pada setiap insan yang hidup di muka bumi. Debar dada Karina menuntutnya agar bersemangat. Gadis itu pun tersenyum. Merekah indah seperti mawar yang baru tumbuh dewasa.

"Ciye ... seneng," celetuk Reksa.

Reksa tetaplah Reksa. Satu-satunya teman yang peka pada setiap ekspresi yang terpancar dari wajah Karina. Reksa tahu betul setiap ucapan yang Karina katakan belakangan ini selalu berbanding terbalik dengan suasana hatinya. Jika Karina mengatakan 'hatinya senang', maka sebenarnya hati Karina tidak dalam keadaan senang. Begitupun sebaliknya.

Hari-harinya besama Karina telah membuat Reksa merasa terlalu memiliki Karina. Seringkali dirinya sadar bahwa apa yang dirasakan hatinya dan apa yang selalu ia pikirkan adalah sebuah kesalahan. Seharusnya Reksa tidak menjerat Karina ataupun masuk ke dalam hidup gadis itu di saat situasi sedang tak baik-baik saja. Bukankah saat ini posisi Reksa dapat disebut memanfaatkan keadaan? Anggap saja begitu, tetapi sebenarnya ia juga tak ingin orang lain menganggapnya demikian. Saat ini hatinya tidak ingin jauh dari Karina, rasanya ingin agar terus dapat melindungi dan membuat gadis itu tersenyum tulus tanpa perlu berbohong lagi. Entah apa yang membuat Reksa jatuh hati padanya, pemuda itu selalu merasakan debar dada yang tak karuan kala berdekatan dengan Karina. Memikirkan gadis itu saat tak bertemu barang satu hari pun rasanya sakit. Melihat Karina tersenyum dalam keadaan seperti ini juga rasanya sakit. Isi kepalanya membuat si hati sadar, bahwa dirinya telah hilang kendali dalam mencintai. Reksa menyerah pada luka yang mungkin akan bersarang di hatinya. Ia telah siap menerima penolakan dari Karina.

"Ya, senenglah. Kalau praktikum ini selesai dan dapat nilai minimal B, kita gak perlu lagi repot-repot remedi. Apalagi sampai mengulang mata kuliah, membuang waktu. Dan, aku pun malas kalau harus bersama-sama dengan kamu dan Ozyx. Rasanya hampir gila setiap hari bertemu dan mendengar segala hal gila yang kalian bicarakan dari hasil imajinasi kalian itu," ucap Karina sembari berjalan bersisian dengan Reksa setelah turun dari angkutan umum.

"Justru itu! Bagaimana kalau kita perburuk aja praktikum ini? Saya justru sangat ingin berlama-lama denganmu." Reksa mendahului langkah Karina setelah usai mengucapkan gombalannya barusan.

"Kamu benar-benar bosan hidup!" Karina membulatkan matanya ke arah Reksa.

Reksa tertawa. Kali ini Karina benar-benar mengancamnya. Satu hal yang selalu Reksa rindukan tiap malam, membayangkan bagaimana wajah Karina ketika marah dan mengancam dirinya. Bahkan tatapan itu jauh lebih merindukan dibanding pertemuan tatap kala pertamakali keduanya bertemu di kedai kopi.

Reksa menghentikan langkahnya, membalik tubuhnya menghadap Karina. Berjalan beberapa langkah hingga kini keduanya berhadapan. "Makin cinta sama Kamen," celetuk Reksa seraya kembali berjalan mendahului Karina.

Mendengar hal mustahil yang Reksa ucapkan, jelas saja bola mata Karina makin membulat. Jemari tangannya mengepal. "Brengsek kamu, Sa!"

Andai saja Reksa tahu, segala hal yang ia bayangkan tentang jawaban Karina atas perasaannya hanyalah sebuah ketakutan saja. Karina selalu berpikir bahwa hidup begitu adil. Tuhan mendatangkan Reksa di waktu yang tepat, di waktu yang benar-benar ia butuh seseorang untuk menghibur dan membangkitkan cerianya. Hanya saja jika untuk mencintai, luka di dasar hatinya jauh lebih kuat dari rasa cinta yang ada.

Jika Karina menceritakan perdebatannya dengan Arsel, mungkin bagi orang lain kedatangan Reksa adalah sebuah kesalahan. Namun, bagi Karina mungkin saja kisahnya bersama Arsel memang hanya sampai di sini. Cinta yang tidak bisa dipaksakan, cinta yang terlambat disadari, cinta yang melukai, cinta yang terlalu cepat mengakui, dan cinta yang katanya benar-benar cinta. Karina telah mengubur dalam-dalam perasaannya untuk tidak lagi merasa cinta. Keberadaan Reksa sudah cukup untuknya tanpa perlu menghadirkan cinta dalam hatinya. Dia akan menghargai keputusanku ini, 'kan?

3.726 [COMPLETE]Where stories live. Discover now