Bab 17. Aku Baik-baik Saja

Start from the beginning
                                    

Sementara itu, Reksa tengah menyimpan senyumnya dengan memunggui Karina. Ozyx yang berjalan di belakang Karina hanya tersenyum jahil melihat aksi Reksa yang tidak henti-hentinya menggoda si gadis manis itu. Boleh juga caramu, Sa. Mungkin dia masih menutup hatinya, tetapi saya bisa lihat kalau dia benar-benar membutuhkankau. Sungguh beruntung kau, sialan.

Ozyx berjalan mendekati Karina, berusaha mengibas segala hal yang tengah Karina pikirkan. Sejak tadi Ozyx tahu, ke mana pikiran Karina dan untuk apa senyum yang ia berikan.

"Butuh tembok untuk dipukul atau bantal untuk dipeluk? Aku siap, Neng." Tiba-tiba saja Ozyx mengatakan hal menyebalkan pada Karina setelah gadis itu meredam kekesalannya pada Reksa.

"Kalian berdua!"

***

Sang surya makin terik. Karina dan keempat temannya berhasil mewawancari seorang pertani bernama Marsih. Ibu Tani itu telah bekerja di ladang terong selama tiga puluh tahun. Karina dan teman-temannya mendapat kesimpulan bahwa pertanian tempatnya praktikum sangatlah berkualitas baik.

Teknik budidaya yang dilakukan oleh para petani sangat baik. Bu Marsih menuturkan bahwa sebelum mengolah tanah, para petani melakukan pembenihan terlebih dahulu selama satu bulan. Ketika benih telah dicabut, maka benih ditanam pada tanah yang telah disiapkan. Pupuk yang digunakan pun memiliki kualitas jempolan; pupuk organik dan pupuk kimia.

Selain itu, Karina mendapatkan hasil bahwa manajemen yang diterapkan pada pertanian yang dikelola Bu Marsih bersama petani lain, amat-sangat baik. Tidak hanya teknik budidaya, sarana, dan teknik pengolahan lahan pun terbilang rapi. Bu Marsih mengatakan, sebelum benih ditanam, lahan selalu diberikan penyemprotan pestisida. Setelah satu minggu lahan dicangkul dan diberi penyemprotan, barulah benih ditanam dengan cara disemai.

Pertanian terong ini selalu dipelihara oleh petani dengan melakukan penyemprotan pengendalian hama sebanyak satu minggu sekali. Apabila petani mengalami panen, biasanya dalam satu musim panen, petani dapat menghasilkan 10 ton di satu hektar lahan. Terong pun siap dipasarkan.

Selain itu, hasil olahan terong yang telah dipanen para petani pun cukup membuahkan hasil. Sebagian terong yang disisipkan untuk dijual dalam bentuk olahan, dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibanding menjual hasil panen mentah. Biasanya, para petani terong menjual hasil panennya mulai dari 7.000 sampai 10.000 rupiah per kilogram, dengan menyesuaikan harga pasar juga tentunya. Sementara hasil olah panen terong dapat bervariasi jenis makanan dengan hasil jual yang bervariasi juga. Karena itu, para petani terong lebih suka menjual terong dalam bentuk olahan.

Siang itu Karina puas dengan pencapaiannya. Hatinya bergelora. Benar-benar pengalaman yang menarik. Menyatu dengan alam dan bercengkerama dengan pegiat lahan. Dari kejauhan, Reksa memandangi senyum indah yang begitu merekah. Dia selalu mampu menutupi kepedihannya, batin Reksa. Sementara di tempat lain, Ozyx telah selesai mengisi sebuah lembar kosong di bukunya. Jari-jarinya baru saja usai menggoreskan ilustrasi khas Ozyx seperti biasanya. Kini pemuda itu menggambarkan seorang pemuda yang tengah memperhatikan pujaan hatinya dari kejauhan, sembunyi-sembunyi dan tersenyum. Kalian berdua, entah kapan akan bersatu, semoga bahagia, gumam si pembuat ilustrasi.

"Yang, kamu gak beneran berkhianat dariku, 'kan?" tanya Rifi pada kekasih hatinya.

Tiara yang semula tengah melengkapi catatan penelitiannya, kini menatap Rifi dalam-dalam. "Tidak untuk sekarang, Yang."

Jelas saja Rifi menepuk jidat dan mengusap wajahnya. "For God Sake! Aku gak rela kamu bermain di belakangaku dengan Ozyx sialan itu!"

"Hoi ... hoi ... saya mendengarmu, Rifi."

Rifi menoleh pada suara yang menyebut namanya tadi. Didapatinya seorang pemuda melambai dan mengedipkan sebelah mata pada dirinya, kemudian tersenyum. "Mati kau, Zyx!"

Bukan Rifi dan Tiara namanya kalau tidak merusak keheningan. Pasangan sejoli itu selalu membuat teman-temannya gemas dengan tingkah mereka. Bukan gemas karena keduanya lucu, melainkan hal menyebalkan yang mereka lakukan sungguh membuat Karina dan Reksa terkadang ingin memaki. Tidak dengan Ozyx yang justru sangat senang bisa masuk ke dalam celotehan Rifi dan Tiara. Seperti saat ini, Ozyx telah melancarkan aksinya dengan merangkul Tiara yang duduk di antara ia dan Rifi.

"Jauhkan tanganmu, Zyx! Sialan!"

Ozyx menggelengkan kepala seraya mengembuskan napas berat. "Galak sekali."

***

Kelima mahasiswa itu kembali ke singgasana masing-masing; rumah kos. Sepanjang perjalanan, langit petang tampak meracau Karina. Seolah bergurau, mengingatkan dirinya kembali pada patah hati dan kekecewaannya.

"Saya datang ke sini, menemuimu, karena saya muak dengan keseharianmu yang bahagia bersama penyanyi kedai itu ataupun Bang El. Saya ... gak suka kamu jadi milik orang lain. Hari itu Andra menyadarkan saya, dan kini saya menyadari ucapan Andra benar. Saya ... menyukaimu. Saya jatuh hati padamu tanpa sekalipun saya sadari. Andra meyakinkan saya kalau apa yang dilihatnya adalah benar."

Tersungging senyum pahit di wajah Karina. Ingatannya sangat membuat hatinya sakit. Teringat kembali dengan perdebatan antara dirinya dan Arsel tempo hari, bagaikan jalan buntu yang telah menjebak dirinya. Karina merasa hidupnya menjadi sempit. Ia tidak tahu apakah bisa menjalani hari-harinya tanpa Arsel setelah sekian lama mereka selalu bersama? Meski dirinya sadar, hidup harus terus berjalan dan tidak untuk diratapi. Semua yang terjadi antara dirinya dan Arsel hanyalah kesalah pahaman yang kemudian akan kembali seperti sedia kala. Karina menoleh ke arah Reksa. Pemuda yang tengah memandangi langit senja dari balik jendela angkutan umum, tampak sangat mengagumkan. Dia tidak akan meninggalkanku, bukan? Meski begitu, apa aku akan menjadi jahat jika suatu hari dia jatuh hati padaku dan aku tidak bisa menerimanya? Aku tidak mungkin dapat menghapuskan perasaanku untuk Arsel begitu saja. Setiap manusia memerlukan waktu untuk mengolah kembali dirinya, bukan? Bahkan seorang yang berkuasa di suatu negeri pun perlu waktu untuk memikirkan nasib negaranya.

Sebenarnya beberapa menit yang lalu Reksa menyadari bahwa Karina tengah memperhatikan dirinya. Namun, ia tidak ingin membuat Karina malu dengan menoleh dan menangkap perhatian Karina. Reksa tahu untuk alasan apa Karina menunjukkan kembali senyum pahit itu. Ia pun teringat dengan perdebatan Karina dan Arsel tempo hari.

"Tch. Jadi begitu rupanya. JAWAB SAYA, KALIAN SUDAH SEJAUH MANA?!"

"Apa maksud kamu?! Apa hak kamu teriak padaku?! Bahkan di tempatku sendiri! APA HAKMU TERIAK PADAKU?!"

Reksa menarik napas panjang. Refleks, Karina menoleh. Gadis itu menyadari untuk apa helaan napas yang terdengaar cukup berat. Mereka kembali bertemu tatap di dalam angkutan umum, bersamaan dengan petang yang makin lama kian tenggelam. Tatapan keduanya seolah saling berbalas.

"Aku baik-baik saja, tetaplah bersamaku."

"Saya akan selalu bersamamu dalam waktu yang saya mampu."

3.726 [COMPLETE]Where stories live. Discover now